JAKARTA – Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menyatakan sistem pembayaran jalan tol tanpa sentuh atau multi-lane free flow (MLFF) akan diterapkan di 41 ruas jalan mulai tahun depan. Anggota BPJT, Eka Pria Anas, mengatakan MLFF akan dipasang di ruas-ruas padat, seperti di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, serta jalan tol Trans Jawa yang mencakup Surabaya dan Semarang, serta Bali.
“Prinsipnya, dipasang di ruas jalan yang dominan, meliputi 80 persen lalu lintas jalan tol,” ucapnya dalam sebuah diskusi virtual, kemarin.
Menurut Eka, jumlah ruas jalan tersebut merupakan rencana tahap pertama, sehingga kelak masih bisa diperluas ke jalur bebas hambatan lain, termasuk jalan tol Trans Sumatera. Teknologi MLFF akan diaktifkan secara bertahap untuk melayani lalu lintas reguler pada pertengahan 2022. Dia memprediksi pemberlakuan secara menyeluruh dilaksanakan paling lambat pada awal 2023.
“Bertahap dari single lane (jalur terpisah) yang diberi pembatas, lalu beroperasi penuh pada 2023.”
Suasana di Gerbang Tol Pasar Rebo 2, Jakarta, 10 April 2020. TEMPO/M Taufan Rengganis
Penerapan sistem pembayaran tanpa sentuh merupakan kelanjutan dari program elektronifikasi jalan tol. Sebelumnya, BPJT telah menghapus sistem pembayaran manual di gerbang jalan tol. Menurut BPJT, pembayaran dengan sistem manual membutuhkan waktu 10 detik di gerbang, kartu jalan tol 4 detik, dan tanpa sentuh nol detik.
Dari tujuh konsorsium yang mendaftar prakualifikasi tender MLFF pada pertengahan 2020, Roatex Ltd Zrt asal Hungaria memenangi proyek tersebut, dengan masa konsesi 10 tahun. MLFF, yang merupakan prakarsa Roatex, menggunakan teknologi global navigation satellite system (GNSS).
Dalam perencanaan awal Kementerian Pekerjaan Umum, MLFF akan diimplementasikan di jalur sepanjang total 1.713 kilometer. Chief Representative Roatex Ltd Zrt di Indonesia, Musfihin Dahlan, mengatakan entitasnya punya waktu 12 bulan sejak kontrak diteken untuk memasang perangkat. Adapun uji coba bakal dilaksanakan pada kuartal pertama 2022.
Merujuk pada dokumen di laman resmi BPJT, Roatex mengajukan investasi senilai Rp 6,45 triliun. Adapun tawaran lump sum service alias kontrak sekali bayar untuk tahun pertama pengoperasian MLFF sebesar Rp 1,21 triliun. “Lump sum fee untuk jalan tol yang sudah ada, sementara untuk jalan tol baru kalkulasinya per jalur,” tutur Eka.
Gardu tol otomatis (GTO) di gerbang tol Kemayoran, Jakarta, 2017. TEMPO/Tony Hartawan
Kepala BPJT Danang Parikesit mengatakan lembaganya memberi waktu 70 hari bagi konsorsium Roatex untuk menyiapkan persyaratan kontrak kerja sama dan membentuk badan usaha pelaksana MLFF. Pemenang tender MLFF diumumkan Kementerian Pekerjaan Umum pada 27 Januari lalu. “Itu waktu maksimal, bisa saja lebih cepat terbentuk badan usaha dan persiapannya,” kata Danang.
Dia menyebutkan pengguna jalan tol nantinya harus memiliki perangkat penyimpan identitas kendaraan yang terintegrasi agar dapat terbaca oleh satelit GNSS. Setelah tertangkap sensor di setiap gerbang jalan tol, MLFF akan memproses transaksi, kemudian mendistribusikan biayanya ke setiap operator jalan tol yang ruasnya dilewati kendaraan.
Sistem transaksi ini masih dikembangkan BPJT bersama Bank Indonesia serta Kementerian Komunikasi dan Informatika. “Ada pilihan untuk pengendara, antara memakai perangkat khusus on board unit (OBU) di mobilnya atau memakai e-OBU yang dipasang di telepon seluler,” tutur Danang.
Menurut Danang, MLFF berpeluang menjadi platform yang mewadahi sistem elektronik tol lainnya, seperti intelligent toll road system dengan teknologi weigh-in-motion yang bisa mendeteksi ukuran dan berat kendaraan barang secara otomatis. Sistem ini pun dikolaborasikan dengan Kementerian Perhubungan dan kepolisian.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita, sebelumnya mendesak agar OBU dijual semurah mungkin supaya tidak memberatkan pemilik kendaraan logistik. Sedangkan ihwal rencana penggunaan e-OBU, ia berpendapat, butuh sosialisasi dini supaya mudah dipahami oleh pengemudi. “Kalau perlu diberi gratis oleh operator jalan tol karena MLFF membuat mereka untung,” ujar Zaldy.
Anggota Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Sudaryatmo, mengatakan MLFF bisa membingungkan pengendara yang bepergian jauh. “Jalan tol itu kan satu jaringan. Jangan sampai pengguna jalan tol bingung karena sebagian jalan sudah pakai MLFF dan lainnya masih tempel e-money,” kata dia.
FAJAR PEBRIANTO | CAESAR AKBAR