JAKARTA – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menuturkan La Nina berpotensi mengganggu musim tanam padi pertama pada Oktober 2020-Maret 2021. Fenomena cuaca ekstrem itu diprediksi bakal membuat curah hujan bulanan di Indonesia naik 20-40 persen dan mengancam target produksi beras sebesar 20 juta ton dari luas tanam 8,2 juta hektare.
"Sektor pertanian perlu persiapan khusus untuk mengantisipasi dampak La Nina," ujar Syahrul, kemarin.
Menurut Menteri Pertanian, pemerintah menyiapkan tujuh strategi untuk menghalau dampak La Nina. Pertama, kata dia, pemetaan wilayah-wilayah rawan banjir dengan memperhatikan pola kejadian sebelumnya. Selanjutnya, Kementerian mengaktifkan sistem peringatan dini serta memantau perubahan iklim bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Strategi ketiga, ucap Syahrul, Kementerian Pertanian membentuk beberapa kelompok tugas, seperti Satuan Tugas Organisme Pengganggu Tanaman serta Dampak Perubahan Iklim, brigade alat mesin pertanian dan tanam, serta brigade panen dan serap gabah. "Ini harus ada di setiap provinsi, bahkan kabupaten," katanya.
Keempat, Syahrul mengimbuhkan, Kementerian akan menerapkan pemompaan sawah dan rehabilitasi jaringan irigasi agar tanaman padi tidak tergenang. Selanjutnya, pemerintah mendorong penggunaan benih tahan genangan. Dari sisi petani, Syahrul mengimbau agar petani mengasuransikan usaha tani padinya untuk mengantisipasi puso.
"Namun, jika akhirnya gagal panen, Kementerian Pertanian akan menyediakan bantuan benih gratis," ujar Syahrul.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menambahkan, berdasarkan data beberapa tahun terakhir, La Nina biasanya menyebabkan banjir dan mengakibatkan 30-50 ribu hektare sawah puso. Meski demikian, ia mengklaim jumlah itu hanya 0,34 persen dari rata-rata luas pertanaman nasional. Ia berujar, ada sekitar 40 kabupaten yang terus dipantau karena merupakan daerah rawan banjir.
"Kalau daerah langganan banjir, tidak cukup dengan solusi darurat saja. Perlu ada solusi temporer dan jangka panjang. Infrastruktur harus diperbaiki secara permanen," ujar Suwandi.
Bupati Banyuasin Askolani mengungkapkan, pemerintahannya sudah mengantisipasi potensi banjir akibat La Nina, terutama di wilayah bantaran Sungai Musi dan area persawahan lebak. Ia pun menyatakan sudah menyiapkan antisipasi dampak lain La Nina, seperti munculnya hama wereng dan keong.
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, Said Abdullah, meminta pemerintah memastikan infrastruktur irigasi dan pembuangan air berjalan baik sebelum La Nina datang. Ia juga mendesak pemerintah membuat pemetaan persawahan secara mendetail dari tingkat kabupaten hingga desa. "Keputusan membangun infrastruktur harus tepat sasaran," kata dia.
Said menyatakan pemerintah harus memperhatikan penerapan sistem peringatan dini yang bersahabat dengan petani. Menurut dia, meskipun penetrasi Internet sudah merata, belum semua petani menguasai aplikasi yang dikembangkan pemerintah. "Sebaiknya memakai media yang sederhana, misalnya pesan grup WhatsApp."
LARISSA HUDA