Sepuluh tahun lalu, Darul Syahdanul kesulitan mencari modal kerja sebesar Rp 120 juta. “Padahal, proyek konfeksi yang hendak dijalani sangat potensial,” ujar dia, kemarin. Dia mengutarakan pengalaman itu kepada Jezzie Setiawan saat keduanya sama-sama menjadi relawan organisasi nonprofit bidang sosial-politik pada 2014.
Rupanya, curahan hati Darul itu menjadi titik penting bagi keduanya ketika menggagas perusahaan rintisan di bidang teknologi finansial (fintech). Kebetulan Jezzie punya pengalaman mengurus kredit perbankan segmen korporasi. “Dana pembiayaan yang disalurkan lembaga keuangan, seperti perbankan, baru menyentuh 3 persen dari total potensi debitor,” kata Jezzie.
Melihat peluang itu, sekaligus merasa memiliki visi yang sama, mereka lantas sepakat membentuk perusahaan fintech bernama Gandeng Tangan, yang berfokus mengurusi peer-to-peer lending, pada Maret 2015. Gandeng Tangan mempertemukan investor dan debitor. Pelaku usaha mikro-kecil yang disasar adalah para pemilik warung kelontong, usaha rumahan, koperasi, dan distributor.
Menurut Jezzie, para pelaku usaha itu bisa mendapat pendanaan hingga puluhan juta rupiah, dengan tenor dari bulanan hingga tahunan. Bukan hanya pendanaan berupa uang, menurut Jezzie, calon peminjam juga bisa memperoleh pinjaman berupa barang. "Kami juga bermain di supply chain. Warung kelontong, misalnya, bisa mendapat suplai sebuah produk dengan harga terjangkau," kata Kepala Eksekutif Gandeng Tangan itu.
Tak hanya menggandeng investor, Gandeng Tangan juga menjalin kemitraan dengan distributor barang atau koperasi. Debitor dari kalangan warung kelontong, misalnya, bisa mendapat pasokan sayuran dengan harga di hulu yang bisa ditekan. Walhasil, margin yang bisa didapat peminjam bisa lebih lebar. "Menyasar supply chain seperti ini jadi membuat pemberdayaan makin melebar," ujarnya.
Lima tahun berjalan, Jezzie mengklaim Gandeng Tangan sudah berada pada jalur yang direncanakan, dengan melayani lebih dari 20 ribu kreditor. Jumlah peminjam dari kalangan usaha kecil dan mikro sudah berada di angka 4.000 dengan realisasi pinjaman sepanjang tahun mencapai Rp 14 miliar. “Selain koperasi, kami sedang menjalin kerja sama dengan bank di daerah, seperti Bank Sulawesi Selatan," kata Jezzie.
Kepala Operasional Gandeng Tangan, Darul Syahdanul, mengatakan awalnya Gandeng Tangan menjadi platform P2P (peer-to-peer) tanpa bunga. Tapi, jika tanpa bunga, kata dia, bisnis sulit berjalan stabil. Ia mengklaim bunga yang dibebankan ke peminjam bersaing dengan lembaga fintech lainnya. "Kami juga memiliki mesin pembelajaan agar kualitas kredit kami bagus," ujar Darul.
Di tengah pandemi, Gandeng Tangan lancar menyalurkan kredit. Entitas ini giat menjalin mitra dengan platfrom niaga digital berbagai sektor. Dengan Trukita--marketplace logistik—misalnya, Gandeng Tangan menjadi penyalur pendanaan bagi mitra perusahaan rekanan tersebut.
"Logistik dan perdagangan daring masih positif," ujar Darul. Tak mengherankan bila pada April lalu Gandeng Tangan mendapat sokongan dana dari Grup Bahana.
Dalam waktu dekat, ujar Darul, Gandeng Tangan bakal meningkatkan ekspansinya ke luar Jawa. Meski begitu, dia menambahkan, kawasan Pulau Jawa tetap menjadi fokus utama yang tak bisa ditinggalkan. “Warung kelontong yang ada di dekat rumah kita juga ternyata masih banyak yang belum memiliki akses pendanaan dan rekening perbankan,” katanya.
Darul mengatakan, sebagai sikap simpati terhadap peminjam yang terkena dampak wabah corona, Gandeng Tangan juga turut membantu mempromosikan produk mereka melalui media sosial ataupun surat berkala (newsletter) perusahaan.
Kepala Investasi dan Sinergitas Mandiri Capital Investment, Rabbi Amrita, mengatakan ada potensi rebound dalam waktu dekat untuk segmen UMKM dan fintech P2P lantaran mulai digulirkannya roda sosial ekonomi oleh pemerintah.
Selain itu, dia memprediksi banyak entitas fintech P2P yang melakukan antisipasi kredit macet yang cukup prudent. “Tapi memang saat ini efeknya belum terlihat. Mungkin dua-tiga bulan lagi,” katanya. Ia memprediksi tidak ada kenaikan NPL yang signifikan.
ANDI IBNU
Merangkul Investor, Mendorong Toko Kelontong