JAKARTA - Para pengelola trayek tol laut menggenjot kinerja di tengah penurunan layanan kargo udara pada masa pandemi Covid-19. Direktur Usaha Angkutan Barang dan Tol Laut PT Pelni (Persero), Masrul Khalimi, mengatakan terjadi lonjakan volume pemakaian jasa trayek rata-rata 20 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. "Minat pengiriman meningkat karena, menjelang Lebaran, pembatasan juga membuat orang lebih sering berkirim barang," ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Dari delapan trayek yang dilayani Pelni, ucap Masrul, lonjakan jumlah pengiriman paling banyak menyasar Pelabuhan Morotai di Kepulauan Maluku. Lokasi tersebut berada di trayek berkode T-15 yang melayani kargo pulang-pergi dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, melalui Makassar, Sulawesi Selatan. "Bandara di sana juga hampir stop operasi. Jadi, banyak yang menumpukan pengiriman lewat laut," kata Masrul.
Direktur Utama PT Djakarta Lloyd (Persero), Suyoto, mengatakan intensitas layanan trayek tol laut yang dikelola perusahaan meningkat 10 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Lima trayek feeder atau pengumpan yang dikelola perseroan dominan melayani pengiriman barang pokok pembangunan, misalnya semen. Setiap kapal bisa mengangkut hingga 55 TEUs (satuan kontainer berukuran 20 kaki).
"Pada masa Covid-19 ini, pengiriman bahan bangunan mulai tergantikan bahan pokok, seperti beras, makanan retail, dan air mineral," kata Suyoto.
Suyoto mengaku sedang meningkatkan kapasitas entitasnya. Setiap kapal di trayek yang dikelola Djakarta Lloyd menerima subsidi sekitar Rp 10 miliar. "Kami mempercepat siklus pengiriman (round trip) di beberapa rute, seperti T-6 yang mengarah ke Bitung," kata dia.
Dia menambahkan bahwa semua keberangkatan kapal dari pelabuhan pangkal penuh. "Sedangkan muatan balik bervariasi antara 30-70 persen."
Adapun Direktur Operasional PT Temas Line, Teddy Arief Setiawan, mengatakan kapasitas layanan akan tetap stabil karena pemerintah justru membuka lebar akses logistik di tengah pembatasan mobilitas manusia. "Melonjak naik mungkin tidak, tapi setidaknya masih bisa dijaga agar konsisten. Tak ada hambatan di pelabuhan," kata dia. Teddy menambahkan, kapal Temas Line bisa mengangkut maksimal 60 kontainer.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwader Indonesia, Trismawan Sanjaya, mengatakan permintaan pengiriman hanya ramai di beberapa segmen barang, seperti alat kesehatan dan makanan. "Permintaan bahan pokok atau barang keunggulan dari daerah tetap saja akan konstan, tak ada perubahan berarti," ucapnya.
Adapun Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita, mengeluh soal pembatasan frekuensi penerbangan yang berdampak pada penumpukan barang karena harus antre slot penerbangan. Penumpukan itu terjadi di rute pengiriman dari Sulawesi, Bali, Kalimantan, serta Sumatera Utara ke kota besar di Jawa.
General Manager Sales SiCepat Ekspres, Imam Sedayu, sebelumnya mengungkapkan bahwa keterlambatan pengiriman paling terasa pada proses pengiriman ke wilayah timur Indonesia. Untuk area Jawa, keterlambatannya berdurasi 2-7 hari, sementara di luar Jawa bisa mencapai 14 hari.
LARISSA HUDA | YOHANES PASKALIS