JAKARTA - Sejumlah bank nasional mengeluhkan penurunan kinerja kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA) di tengah wabah Covid-19. Penyaluran kredit melambat sejak Maret lalu.
Salah satu bank terbesar di Indonesia, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, mencatat penyaluran kredit perumahan mulai menunjukkan tren perlambatan pada April ini. Adapun outstanding penyaluran kredit hingga Maret 2020 tumbuh sedikit dibandingkan pada periode sama tahun lalu.
"Kami sangat mewaspadai kondisi pasar KPR pada triwulan selanjutnya, mengingat besarnya dampak pandemi ini terhadap kemampuan ekonomi dan tingkat konsumsi masyarakat," kata Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rully Setyawan kepada Tempo, kemarin.
Bank Mandiri kini tak lagi jorjoran menggenjot penyaluran kredit perumahan. "Kami cenderung lebih memfokuskan pada kualitas dibandingkan kuantitas portofolio," kata Rully.
Properti memang menjadi salah satu sektor yang paling parah terkena dampak wabah Covid-19. Bank Mandiri kian selektif dalam mengucurkan kreditnya, serta menjaga tingkat rasio kredit macet (NPL) agar tak melonjak. "Kami berupaya agar kualitas aset kami di segmen ini dapat terjaga baik, sekaligus membantu mengurangi kesulitan nasabah melalui strategi restrukturisasi," ucap Rully.
Kondisi yang hampir sama juga dialami PT Bank CIMB Niaga (Tbk). Direktur Consumer Banking CIMB Niaga, Lani darmawan, mengatakan permintaan kredit perumahan merosot sejak beberapa wilayah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran wabah Covid-19. "Banyak kantor pemasaran perumahan yang tidak beroperasi, sehingga pertumbuhan KPR terganggu," ujar dia.
CIMB Niaga kini lebih selektif dan mengetatkan analisis kredit guna memastikan calon debitur mampu membayar pinjaman. "Kami mengutamakan kredit untuk mereka yang sudah menjadi nasabah CIMB Niaga dan melihat dari sisi industri serta tempat bekerja."
Selama triwulan I 2020, penyaluran kredit perumahan CIMB Niaga tumbuh sesuai dengan target, yaitu sekitar 12 persen. "Tapi dengan dampak Covid-19 ini secara natural kami mulai melihat slowing down pada triwulan kedua," kata Lani. Pelemahan permintaan tersebut terjadi di seluruh segmen KPR, baik pemilikan rumah pertama maupun investasi. "Sehingga kelihatannya realisasi pertumbuhan KPR secara keseluruhan tahun ini akan turun."
Adapun PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berupaya menggenjot kredit perumahan. Salah satu caranya adalah meluncurkan inovasi pembiayaan hunian bertajuk "KPR From Home". Executive Vice President Nonsubsidized Mortgage & Personal Lending Division BTN, Suryanti Agustinar, mengatakan program tersebut memungkinkan calon debitur untuk mengajukan berkas aplikasi KPR/KPA secara online melalui portal BTN Properti.
Program itu juga menawarkan sejumlah promosi khusus, seperti bunga angsuran mulai dari 6 persen tetap selama setahun, serta pembebasan biaya provisi, biaya administrasi, dan biaya appraisal. "Kami menggandeng pengembang (developer) ternama untuk memberikan promo subsidi bunga ini," kata Suryanti. Untuk menyukseskan program tersebut, BTN bekerja sama dengan 45 pengembang dan 200 proyek perumahan dan apartemen.
Pengamat ekonomi dari Perbanas Institute, Piter Abdullah, mengatakan penyaluran kredit perumahan penuh tantangan pada tahun ini. "Banyak yang terkena PHK dan kehilangan income," ujar dia.
Kebijakan pelonggaran bunga pinjaman tidak segera mendorong minat masyarakat untuk memohon KPR. "Yang mampu membeli rumah pada saat kondisi sekarang terbatas. Di tengah ketidakpastian orang lebih suka pegang cash."
GHOIDA RAHMAH