JAKARTA - PT Inpex Corporation mendapatkan dua calon pembeli gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) yang akan dihasilkan dari Blok Masela. Perusahaan asal Jepang itu telah meneken nota kesepahaman dengan PT PLN (Persero) dan PT Pupuk Indonesia (Persero) untuk membahas jual-beli gas.
Presiden dan CEO Inpex, Takayuki Ueda, menyatakan nota kesepahaman ini akan meningkatkan kepastian proyek LNG Abadi. "Kami yakin dapat mencapai tujuan bersama untuk membuat proyek LNG Abadi ini berproduksi sesuai jadwal dan dapat berkontribusi bagi ekonomi Indonesia," kata dia, kemarin.
Blok Masela diperkirakan menghasilkan LNG sebanyak 9,5 juta ton per tahun dan 150 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas pipa. Lapangan di Maluku itu juga akan menghasilkan kondensat sebanyak 255,28 juta stok tank barel.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyatakan PLN akan membeli 2-3 juta ton per tahun dari LNG yang dihasilkan Masela untuk menyuplai pembangkit tenaga gas. Sementara itu, Pupuk Indonesia akan menyerap gas alam sebesar 150 juta MMSCFD untuk kilang mereka.
Arifin menjamin harga beli LNG untuk kedua perusahaan itu tak akan melampaui US$ 6 per MMBTU. Pemerintah mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi. "Namun nanti akan ada formulanya agar ekonomis," katanya. Harga LNG dari Masela dapat mengikuti harga pasar, meski dalam plan of development telah dipatok US$ 6 per MMBTU.
Pemerintah berharap perusahaan lain, seperti PT Pertamina (Persero) dan PT PGN (Persero) Tbk, akan turut menyerap gas Masela. Namun saat ini pengguna gas di hilir masih menjadi prioritas. Pembeli asal Jepang pun diharapkan segera menyatakan komitmennya. Arifin menuturkan investor asing itu akan menyerap sekitar 6 juta ton gas Masela.
Arifin mengatakan komitmen pembelian gas ini akan mendorong pembangunan Blok Masela berjalan sesuai dengan jadwal, bahkan dipercepat. Dia menargetkan proyek ini bisa rampung setahun lebih cepat dari target awal pada 2027. "Supaya ada pendapatan," ujarnya.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, menyatakan akan mendorong percepatan proyek lapangan gas di Maluku tersebut. Dia menargetkan final investment decision (FID) bisa selesai pada 2021, lebih cepat setahun. Komitmen PLN dan Pupuk Indonesia diharapkan menjadi fondasi bagi pembeli lainnya sehingga syarat FID dapat segera terpenuhi.
Setelah mengantongi FID, konstruksi dapat mulai dilaksanakan. "Pembebasan lahan yang awalnya dua tahun pun kami targetkan bersama pemerintah daerah untuk selesai dalam setahun," kata Dwi. Izin lokasi untuk proyek ini pun berhasil diurus dalam waktu sepekan.
Pakar energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, menyatakan permintaan gas akan terus meningkat, salah satunya karena penggunaan batu bara semakin menurun. Menurut dia, gas menjadi substitusi paling ideal untuk batu bara karena lebih ramah lingkungan meskipun harganya cenderung berfluktuasi. "Namun pemerintah akan mengatur harga gas khusus untuk industri," katanya. VINDRY FLORENTIN