maaf email atau password anda salah


Faisal Basri yang Langka

Faisal Basri wafat. Ia ekonom dan aktivis politik dengan pembelaan kepada mereka yang lemah.

arsip tempo : 172651308852.

Ilustrasi: Tempo/Kuswoyo. tempo : 172651308852.

KARENA ekonomi adalah ilmu yang murung akibat sumber daya alam yang terbatas dibanding keinginan manusia, Faisal Basri tak berhenti mengingatkan agar pembangunan selalu berpihak kepada mereka yang lemah. Hingga akhir usianya yang mendekati 65 tahun pada 5 September 2024, ekonom Universitas Indonesia ini teguh pada sikapnya itu.

Sebelum wafat, ia mengunjungi Dairi di Sumatera Utara untuk membela para petani menolak pertambangan seng yang mengancam ruang hidup masyarakat dan membahayakan lingkungan. Bagi Faisal, nilai ekonomi pabrik seng tak lebih tinggi dibanding dampak ekonomi berupa kehilangan mata pencarian masyarakat akibat lahan-lahan pertanian dan sungai yang rusak karena limbahnya.

Dengan sikapnya yang terang itu, Faisal tak punya beban ketika ia meluaskan kritik ke pelbagai kebijakan pemerintah. Kepada Faisal, kita berutang sikap teguh di tengah godaan kekuasaan yang melenakan. Ketika banyak ahli ekonomi masuk pemerintahan, ia tetap menjadi ilmuwan yang mengingatkan laku lancung kekuasaan. Ketika ia membantu kekuasaan, sikap kritisnya tak luntur meski kritik-kritiknya diabaikan para pengambil kebijakan.

Akhir-akhir ini, Faisal banyak menyoroti problem lingkungan, disrupsi terbesar umat manusia yang melahirkan krisis iklim. Ia memakai perspektif ekonomi ketika mengingatkan pemerintah yang membuat kebijakan yang membahayakan alam semesta. Dari penghiliran alias hilirisasi nikel sampai lumbung pangan, dari bisnis tambang hingga pengendalian tembakau, pembangunan ekonomi itu melahirkan dampak eksternalitas negatif yang mengancam masa depan kita.

Faisal seorang ekonom yang menerapkan ilmu dalam praktik. Ia tak duduk di menara gading lalu berteori tentang ekonomi yang susah dipahami. Bagi dia, menjadi ilmuwan tak bisa lepas dari menjadi aktivis. Karena itu, sikap dan pembelaannya dalam menyoroti pelbagai hal selalu jelas: keadilan bagi mereka yang lemah. Bagi Faisal, pembangunan tanpa prinsip keadilan hanya melahirkan penindasan.

Kritik Faisal selalu berbasis data dan fakta. Ia tak ragu menunjukkan kekeliruan dan dampak buruk sebuah kebijakan. Ketika menyoroti penghiliran sumber daya alam yang dibangga-banggakan pemerintah, Faisal mengingatkan bahwa kenaikan nilai investasi itu hanya menguntungkan pengusaha karena industri padat modal tersebut tak menciptakan lapangan kerja yang banyak. Kritik Faisal itu kini terbukti dengan naiknya angka pengangguran dan anjloknya jumlah kelas menengah dalam lima tahun terakhir.

Dengan sikap seperti itu, Faisal mengarungi banyak gelanggang. Ia mendirikan Partai Amanat Nasional beberapa bulan setelah gerakan reformasi 1998 menumbangkan kekuasaan otoriter Soeharto. Tapi ia mundur lima tahun kemudian karena melihat para pengurusnya mendahulukan kepentingan sesaat yang tak sejalan dengan platform partai yang inklusif mendukung kesetaraan, keadilan, dan demokrasi. 

Jauh setelah tak terlibat politik praktis, pada 2012, Faisal mencalonkan diri menjadi Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dari jalur perseorangan. Namun ia kalah di putaran pertama. Toh, kekalahan dan kekecewaan tak membuatnya mundur dari aktivisme politik. Faisal terlibat dalam banyak gerakan bersama masyarakat sipil menyuarakan keterbukaan, kebebasan, dan keadilan dalam banyak segi.

Di bidang ekonomi, ia mendirikan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) serta pelbagai lembaga pengkajian, yang membuat analisis-analisis kebijakan untuk mengimbangi teknokrasi ekonomi pemerintah yang melenceng. Sejak didirikan pada 1995, Indef telah menjadi panduan yang menyeimbangkan gagasan pembangunan yang serakah. 

Pada akhirnya, kebijakan ekonomi dan politik tak terlepas dari korupsi. Karena itu Faisal turut mendirikan Indonesia Corruption Watch, lembaga nirlaba yang berfokus membuat kajian dan membongkar korupsi di Indonesia. Ia juga terlibat dalam pembentukan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.

Semua lembaga yang didirikan Faisal kini punya peran berarti dalam mengimbangi keserakahan kebijakan ekonomi. Namun, seiring dengan itu pula, kejahatan keuangan, korupsi, dan pencucian uang makin canggih. Kini bahkan meruyak pula politik tanpa moral dan etika yang menjadi biang kerok segala kekacauan. Karena itu, suara Faisal makin nyaring.

Faisal Basri, seperti kebanyakan orang, mungkin orang yang masygul terhadap politik dan ekonomi Indonesia yang murung. Tapi, tak seperti kebanyakan orang, ia tak pernah kapok. Bagi seorang aktivis dan intelektual publik, obat kecewa adalah terus bergerak dan bersuara. Indonesia kehilangan seorang yang mencintai itu dengan sungguh-sungguh tanpa lelah dan pamrih.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 16 September 2024

  • 15 September 2024

  • 14 September 2024

  • 13 September 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan