Homepage
  • login/register
  • Home
  • Berita Utama
  • Editorial
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Internasional
  • Olahraga
  • Sains
  • Seni
  • Gaya Hidup
  • Info Tempo

koran tempo

30
November
2019
Dukung Independensi Tempo
  • Home
  • Berita Utama
  • Nasional
  • Ekonomi
  • Metro
  • Sains
  • Editorial
  • Opini
  • Info Tempo
  • Cari Angin
SebelumnyaBuku 1/1 Selanjutnya
Buku

Berilmu, Bernalar, dan Kasmaran

Hari ini, ilmu pengetahuan masih sekadar dikumpulkan dan disimpan untuk ditumpahkan lagi saat ujian.

Edisi, 30 November 2019
Profile
Tempo
Berilmu, Bernalar, dan Kasmaran

Muhammad Khambali
Penulis dan Pengajar di YPD Rawinala, Jakarta

Hari ini, ilmu pengetahuan masih sekadar dikumpulkan dan disimpan untuk ditumpahkan lagi saat ujian. Begitulah Iwan Pranoto mengutarakannya dalam esai bertajuk "Kasmaran Berilmu Pengetahuan". Bagi Iwan, laku tersebut terjadi lantaran ketiadaan kasmaran belajar. Dalam matematika, misalnya, ruang kelas gagal menumbuhkan kegiatan belajar berhitung menjadi berhitung untuk belajar (berpikir). Padahal, menurut dia, kemampuan berhitung untuk belajar dan berpikir inilah tanda kasmaran bermatematika.

Alih-alih membikin kasmaran, ilmu pengetahuan baru sekadar sesuatu yang diingat dan dihafal. Murid yang berfisika pada umumnya belum mencapai tataran takjub dan kasmaran terhadap rumus f = ma. Sebuah rumus sederhana yang memodelkan pena jatuh sampai pergerakan benda di angkasa. Atau Rumus Bernoulli yang memungkinkan sayap sederhana dan relatif kecil, dibanding badan pesawat, dapat mengangkat pesawat dengan bebannya yang berton-ton.

Bagaimana lagi, selama ini belajar kerap digambarkan sebagai tahapan menyusahkan dan menyebalkan, tapi wajib dijalani. Belajar menjadi perlu diwajibkan atau dipaksa, serta kadang perlu diberi imbalan agar dikerjakan. Seturut itu, metode belajar menggunakan pendekatan dicecar dan dihabisi. Belajar dengan mengulang-ulang tanpa mempedulikan paham atau tidak. Gaya pendidikan semacam ini pada akhirnya membosankan, membebani, sampai membunuh hasrat berilmu pengetahuan.

W251bGwsIjIwMjEtMDQtMTYgMDk6NTA6NDkiXQ

Hal itu menjadi salah satu kegamangan Iwan Pranoto, dari sekian esai-esai lain bertema pendidikan, dalam bukunya Kasmaran Berilmu Pengetahuan. Patut diakui, tidak banyak pemikir pendidikan yang menawarkan gagasan segar, bernas, dan menggaung seperti halnya Iwan Pranoto. Seturut Iwan, buku ini sebentuk tawaran pemahaman, bahwa berilmu pengetahuan mestinya menjadi berkat dan mengasyikkan. Berilmu pengetahuan seperti mengisi teka-teki silang yang tidak gampang, tapi melahirkan penasaran dan ketagihan.

Iwan membuka bukunya dengan esai berjudul "Meragui". Pada era pasca-kebenaran, seliweran informasi membanjir dan berbaur dengan hoaks atau kebohongan. Era pasca-kebenaran membikin seseorang mudah terbujuk dan mempercayai sesuatu. Situasi tersebut, kata Iwan, tidak ada penangkalnya, kecuali kebiasaan berakal serta perangai skeptis atau meragui. Dalam sikap meragui, membuka pikiran pada informasi perlu dibarengi oleh mensyaki informasi tersebut lantaran belum tentu kebenarannya.

Pembahasan sikap meragui kemudian diikuti oleh esai berjudul "Menyelisik Kesahihan". Iwan membicarakan institusi pendidikan seperti berlomba memperbanyak pengetahuan yang harus "disiramkan" ke benak pelajar, tapi abai terhadap kegiatan menyelisik kesahihan argumen. Akibatnya, pengetahuan diajarkan sebagai kumpulan fakta yang cukup diserap pasif dan diyakini teguh pelajar sebagai kebenaran mutlak layaknya mantra sakral. Misalnya, menghafal dalil Pitagoras menjadi lebih diutamakan-karena akan ditanyakan di ujian-ketimbang menyelisik kesahihan argumen yang menurunkan dalil itu.

Untuk itu, bagi Iwan, pergeseran paradigma dari kebenaran ke kesahihan dapat membuahkan konsekuensi perubahan pendekatan guru saat berinteraksi dengan pemikiran murid. Guru akan lebih berhati-hati dalam "menyalahkan" pekerjaan murid. Guru tak cukup menetapkan suatu jawaban murid salah hanya karena beda kunci jawaban di buku ajar. Seberapa pun anehnya jawaban akhir yang dikemukakan murid, guru berupaya memahami bagaimana murid mencapai kesimpulan itu.

Guru tidak lagi berperan sebagai penentu kebenaran atau kesalahan. Guru menjadi pendamping murid dalam berlatih menyusun argumen yang sahih. Dengan iklim semacam itu, penghargaan tinggi pada proses bernalar akan tumbuh. Setiap murid akan percaya bahwa pendapatnya seberharga pendapat guru. Iwan bilang, "Berbeda dengan pengajaran yang mengutamakan kebenaran yang membiakkan sikap dogmatis, kegiatan menyelisik kesahihan akan memijahkan keterbukaan akal."

Di sisi lain, dalam esai "Seputar Karakter Pendidikan", Iwan mendedahkan bahwa istilah pendidikan karakter baginya terlalu berlebihan. Istilah semacam pendidikan karakter dan revolusi mental sudah menjadi bahasa spanduk dan jargon ceramah banal. Iwan mengkritisi pula rumusan karakter atau mental dalam kurikulum yang terlalu muluk, bak mengangankan sekolah melahirkan malaikat. Bagi Iwan sendiri, dibutuhkan rincian karakter yang sederhana, mudah diingat, dan masuk akal untuk dicapai.

Pendidikan sudah sejatinya memperhatikan pertumbuhan karakter. Karakter bukan peranti lunak yang dapat dibeli dan diunduh dari toko daring lalu di-install ke dalam benak murid. Karakter justru berupa benih yang sudah ada dalam diri. Karakter tidak diajarkan, tidak pula diserap. Pendidikan berfungsi menciptakan iklim mendukung agar benih baik itu bertumbuh subur.

Slogan pendidikan karakter hanya berbuntut upaya untuk memorali ilmu pengetahuan. Iwan melacaknya dalam kurikulum. Di matematika, misalnya, tidak dikenal moral jujur. Jika siswa menulis 2 + 3 = 7, itu bukan tak jujur, tapi keliru. Menurut Iwan, memorali ilmu pengetahuan menjadi cerminan dari tandusnya budaya bernalar. Bahkan penalaran kerap dikorbankan demi kesantunan. Proses belajar telah disepelekan menjadi pembiasaan kepatuhan. Murid membeo keterampilan yang dipertontonkan guru. Murid menyalin persis ucapan dan tulisan guru, bukan mencatat gagasan inti untuk bernalar mandiri. Sistem pendidikan sekarang menguntungkan murid penyalin dan penurut.

Pendidikan yang terlalu menceramahkan moral menjurus lalai menumbuhkan kecakapan berpikir kritis dan analitis. Di negara lain, belajar kecakapan bermatematika dengan mempertimbangkan ketersediaan teknologi dalam kehidupan. Sementara itu, pendidikan matematika di sini masih membayangkan kehidupan sebelum ada kalkulator dan komputer. Kita masih menekankan pada keterampilan rutin berpikir tingkat rendah semata, seperti menghafal rumus dan mematuhi prosedur berhitung yang dirumit-rumitkan. Pada saat yang sama, pembangunan keterampilan tak rutin, seperti berpikir kritis, yang tak dapat dikerjakan malah justru diabaikan.

Terakhir, Iwan menulis esai penting berjudul "Keberlanjutan Ilmu Pengetahuan." Iwan meneroka kesungguhan belajar atau penguasaan ilmu pengetahuan direduksi menjadi untuk sekadar alasan karier dan ekonomi. Tertanam citra dalam diri anak bahwa belajar ilmu pengetahuan merupakan keharusan dan beban yang dipikul, dan jauh dari citra kenikmatan. Padahal, kata Iwan, keberhasilan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan tak cukup disokong pekerja terampil semata, tapi juga harus digerakkan oleh anak-anak yang percaya diri, gemar bernalar, dan "menggilai" ilmu pengetahuan, sampai kasmaran.


Kasmaran Berilmu Pengetahuan

Penulis : Iwan Pranoto

Penerbit : Kompas

Cetakan : 2019

Tebal : xxvi+198 halaman

ISBN : 978-602-412-868-5

 


SebelumnyaBuku 1/1 Selanjutnya

Hubungi Kami:

Alamat : Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No.8, Jakarta Selatan, 12210

Informasi Langganan :

Email : cs@tempo.co.id

Telepon : 021 50805999 || Senin - Jumat : Pkl 09.00 - 18.00 WIB

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2525 | 0882-1023-2343 | 0887-1146-002 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Informasi Lainnya :

Telp/SMS/WA : 0882-1030-2828 || Senin - Minggu : Pkl 08.00 - 22.00 WIB

Komentar

Berita Terkait

  • Berilmu, Bernalar, dan Kasmaran

    Berita Lainnya

  • Cover Story

    Berbagai Model Pengujian Siswa Diajukan

    Para pelaku dan ahli pendidikan mengusulkan sejumlah alternatif cara pengujian siswa jika kelak ujian nasional dihapuskan.

    30 November 2019
  • Berita Utama

    Portofolio Karya Siswa Dinilai Bisa Gantikan Ujian Nasional

    Anak harus disiapkan untuk menciptakan karya sesuai dengan minat dan bakat.

    30 November 2019
  • Berita Utama

    Zonasi PPDB Dianggap Hanya Cocok untuk Perkotaan

    Wilayah blank spot zonasi PPDPB diminta agar dicarikan solusinya.

    30 November 2019
  • Berita Utama

    Menteri Nadiem Ingin Guru Bekerja Sama

    Kerja sama antar-guru akan meningkatkan kompetensi.

    30 November 2019
  • Nasional

    Persaingan Bambang-Airlangga Memanas

    Mekanisme pemberian dukungan kepada calon ketua umum Partai Golkar dipersoalkan.

    30 November 2019
  • Cari angin

    Agnez Mo

    Ada petuah bijak yang dikirim Romo Imam, sahabat lama, yang kini bermukim di Dusun Kemuning, lereng Gunung Lawu.

    30 November 2019
  • Tamu

    Ayu Kartika Dewi, Staf Khusus Presiden: Bagus kalau Ada yang Meragukan Kami

    Ayu Kartika Dewi adalah salah satu staf khusus Presiden Joko Widodo dari kalangan milenial yang dengan tangkas menjawab kritik dan respons negatif di media sosial.

    30 November 2019
  • Buku

    Berilmu, Bernalar, dan Kasmaran

    Hari ini, ilmu pengetahuan masih sekadar dikumpulkan dan disimpan untuk ditumpahkan lagi saat ujian.

    30 November 2019
  • Sastra

    Tulisan di Pintu Kamar Mandi Nomor Dua

    Entah siapa yang menulis tiga kata pada daun pintu kamar mandi nomor dua. Karena ulah tangan isengnya, kami semua harus menanggung akibatnya.

    30 November 2019
  • Sastra

    Mencari Sakit

    Bawa aku ke tepian tempat dua alur sungai bertumbuk ke lereng-lereng landai tempat kerambil tak terpanjat beruk

    30 November 2019
  • Perjalanan

    Musim Gugur di Upstate New York

    New York bukan hanya belantara gedung pencakar langit yang dipadati turis, tapi juga menyimpan keindahan alam dengan pepohonan, danau, ngarai, dan air terjun.

    30 November 2019
  • iTempo

    Jam Pintar buat yang Aktif

    Dirancang bagi yang aktif berolahraga dan peduli kesehatan.

    30 November 2019
  • Kuliner

    Nasi Jeruk Aneka Rasa

    Restoran ini menyediakan promo diskon tiap tanggal 20-24 setiap bulannya. Nasi Jeruk Ayam Tangkap Aceh menjadi favorit

    30 November 2019
  • Topik

    Senang Dahulu, Bugar Kemudian

    Aneka kelas dan sesi olahraga "kekinian" menjamur di mana-mana. Ada yang menjual suasana kelas nyaman hingga berolahraga secara meriah dan gembira. Para instrukturnya pun dengan senang hati membimbing para pemula mencapai target: turun berat badan, memperbaiki postur tubuh, atau sekadar demi menjaga stamina.

    30 November 2019
  • Topik

    Gaya Kuli Membakar Kalori

    Menjaga kebugaran, menurunkan berat badan, atau membentuk otot tak harus dilakukan di gimnasium dengan peralatan canggih. Manfaatkan saja bobot tubuh sendiri.

    30 November 2019
  • Ilmu dan Teknologi

    Asisten Pribadi Pelacak Transaksi

    Belasan instansi keuangan telah menjadi mitra bisnis Pay Ok.

    30 November 2019
  • Seni

    Napak Tilas Nova Ruth

    Ada sepuluh lagu pilihan yang dikemas sebagai antologi perjalanan karier musiknya. 

    30 November 2019
  • Ekonomi dan Bisnis

    Pembangunan Jalan Menuju Patimban Terancam Molor

    Pemerintah menargetkan proyek jalan akses Pelabuhan Patimban rampung pada April 2020.

    30 November 2019
  • Metro

    Menuju Integrasi Layanan MRT dan Commuter Line

    Pemberlakuan tarif bundling masih dikaji untuk rute-rute yang terintegrasi.

    30 November 2019
  • Internasional

    Terseret Pembunuhan Jurnalis, PM Malta Tolak Mundur

    Mantan kepala staf perdana menteri diduga mendalangi pembunuhan Daphne Caruana Galizia.

    30 November 2019
  • Olah Raga

    Menunggu Pembeli Sancho

    Dia dikabarkan akan dilepas Dortmund pada Januari mendatang.

    30 November 2019
  • Olah Raga

    Emery Pergi di Jumat Pagi

    Freddie Ljungberg ditunjuk sebagai pengganti sementara.

    30 November 2019
  • Olah Raga

    Emas Bersejarah

    Secara matematis, poin tujuh yang dimiliki Indonesia tak mungkin terkejar oleh rival terdekat, Filipina.

    30 November 2019
Koran Tempo
  • TEMPO.CO
  • Majalah Tempo
  • Majalah Tempo English
  • Koran Tempo
  • Tempo Institute
  • Indonesiana
  • Tempo Store
  • Tempo.co English

© 2018 PT. Info Media Digital, All right reserved