VALLETTA - Perdana Menteri Malta Joseph Muscat menolak desakan banyak pihak untuk mundur menyusul sejumlah temuan baru yang melibatkan anak buahnya dalam pembunuhan jurnalis Daphne Caruana Galizia.
"Saya telah membuat komitmen yang sangat kuat untuk menyelesaikan penyelidikan ini di bawah pengawasan saya. Saya pikir pihak berwenang telah menyampaikan terobosan besar dalam penyelidikan. Tugas saya adalah menyelesaikan investigasi ini," kata dia dalam jumpa pers seusai rapat kabinet maraton selama enam jam, dinihari kemarin.
Keputusannya untuk bertahan disambut amarah para pengunjuk rasa yang telah menunggu di luar kantor Perdana Menteri, Auberge de Castille, hingga dinihari. Putra Daphne, jurnalis Paul Caruana Galizia, yang turut menghadiri konferensi pers, meneriaki para menteri ketika meninggalkan gedung.
Adrian Delia, ketua partai oposisi, bertemu dengan Presiden pada Kamis lalu untuk menuntut pengunduran diri Muscat. "Saya mengatakan kepada Presiden bahwa dengan setiap jam tanpa tindakan, reputasi negara kita menderita kerusakan yang tidak dapat diperbaiki," tutur Delia kepada wartawan.
Desakan tak hanya datang dari oposisi. Sekutu Muscat pun melontarkan hal serupa. Pada Rabu lalu, Malta Today, sebuah surat kabar berpengaruh yang pemiliknya dekat dengan Perdana Menteri, menuntut pengunduran diri Muscat. "Otoritas moral Joseph Muscat telah dikompromikan ke titik di mana ia tidak bisa kembali," kata editor surat kabar itu dalam tajuk rencana. "Dia harus mundur."
Dalam malam penuh drama di Ibu Kota Valletta, Muscat memanggil para menteri untuk sidang darurat guna memutuskan apakah akan memberikan pengampunan presiden kepada seorang pengusaha yang ditangkap pekan lalu atas dugaan membiayai pembunuhan Galizia pada 16 Oktober 2017.
Pengusaha itu, Yorgen Fenech, ditangkap ketika mencoba meninggalkan Malta dengan kapal pesiar. Sejak ditahan, ia meminta pengampunan Presiden George Vella dengan imbalan akan memberikan informasi tentang dugaan konspirator lainnya, yakni mantan Kepala Staf Perdana Menteri, Keith Schembri; mantan Menteri Pariwisata, Konrad Mizzi; Menteri Urusan Ekonomi Chris Cardona; dan orang dekat Perdana Menteri.
Diapit oleh anggota kabinetnya, Muscat mengumumkan dalam konferensi pers bahwa permintaan Fenech telah ditolak. "Saya meninggalkan keputusan terakhir kepada rekan-rekan saya, yang memutuskan memberikan grasi adalah hal tak pantas," ujar dia.
Sebelumnya, pengacara Fenech mendesak agar Muscat tidak ikut campur dalam permohonan grasi kliennya. "Karena dia termasuk di antara orang-orang yang memiliki kepentingan agar pengampunan terhadap Fenech tidak diberikan."
Fenech, salah satu pria terkaya Malta, mengatakan kepada kepolisian pada Kamis bahwa Schembri ialah dalang di balik pembunuhan itu.
Schembri dibebaskan dari tahanan pada Kamis malam dan tidak membuat pernyataan sejak penangkapannya. Namun sebelumnya ia membantah memiliki kaitan dengan pembunuhan Caruana Galizia yang banyak menulis tentang korupsi.
Pertemuan enam setengah jam terjadi pada saat negara anggota terkecil Uni Eropa itu berada di bawah pengawasan internasional yang belum pernah terjadi, dengan politikus di seluruh Eropa meningkatkan kekhawatiran tentang supremasi hukum di Malta.
Caruana Galizia, jurnalis investigasi Malta yang paling terkenal, adalah duri bagi pemerintahan Muscat. Pada Februari 2016, ia menggunakan kebocoran informasi Panama Papers untuk mengungkapkan keberadaan perusahaan rahasia milik Fenech bernama 17Black, yang terlibat dalam bisnis properti, perjudian, dan energi.
Perusahaan rahasia itu disebut dalam e-mail sebagai kendaraan untuk menyetor uang ke rekening perusahaan Panama yang dimiliki oleh Menteri Energi Muscat saat itu, Konrad Mizzi, serta kepala staf, Keith Schembri. Penyelidikan Reuters tahun lalu pun menyimpulkan hal yang sama.
Pada 16 Oktober 2017, Caruana Galizia tewas akibat ledakan bom mobil saat hendak meninggalkan rumahnya. Jurnalis perempuan ini tewas dalam usia 53 tahun dan meninggalkan tiga anak lelaki.
Pemerintah telah memberikan grasi dalam kasus ini kepada Melvin Theuma, tersangka perantara dalam plot, yang ditangkap dua minggu lalu dalam penyelidikan pencucian uang dan segera menawarkan informasi tentang pembunuhan Caruana Galizia. Salah satu pria yang dituduh menanam bom itu mengatakan kepada penyelidik bahwa ketiganya dibayar 150 ribu euro atau sekitar Rp 2,3 miliar untuk serangan itu. REUTERS | THE GLOBE AND MAIL | DEUTSCHE WELLE | THE MALTA TIMES | SITA PLANASARI AQUADINI
Terseret Pembunuhan Jurnalis, PM Malta Tolak Mundur