maaf email atau password anda salah
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Belum Memiliki Akun Daftar di Sini
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo
Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang
Satu Akun, Untuk Semua Akses
Masukan alamat email Anda, untuk mereset password
Konfirmasi Email
Kami telah mengirimkan link reset password melalui email ke rudihamdani@gmail.com.
Ubah No. Telepon
Ubah Kata Sandi
Topik Favorit
Hapus Berita
Apakah Anda yakin akan menghapus berita?
Ubah Data Diri
Jenis Kelamin
PHNOM PENH - Pengadilan Kota Phnom Penh, Kamboja, kemarin menghukum 13 orang aktivis karena berencana menggulingkan pemerintah alias makar. Kelompok hak asasi manusia menyebut pengadilan ini bermotif politik untuk mendiskreditkan kelompok oposisi Perdana Menteri Hun Sen.
Hakim Phnom Penh, Seng Neang, mengatakan, di antara 13 orang itu, tujuh orang muncul di ruang sidang dan lainnya diadili in absentia, terkait dengan kelompok Front Pembebasan Nasional Khmer (KNLF), yang berbasis di Denmark. Mereka dinyatakan bersalah dan dihukum penjara 5 hingga 9 tahun.
MURRYSVILLE, PENNSYLVANIA - Aksi kekerasan di sekolah kembali terjadi di Amerika Serikat. Seorang siswa pria berusia 16 tahun, yang memegang dua bilah pisau sepanjang masing-masing sekitar 25 sentimeter, mengamuk di lorong Sekolah Menengah Regional Franklin, di Murrysville, Pittsburgh, Negara Bagian Pennsylvania, Rabu waktu setempat.
Kepala Kepolisian Murrysville, Tom Seefeld, mengatakan pihaknya menahan tersangka yang bernama Alex Hribal. Menurut dia, penusukan berawal pada pukul 07.13 waktu setempat di beberapa kelas dan lorong sekolah. Para pelajar lari berhamburan ketika seorang guru memperingatkan bahwa Hribal mengamuk. "Lari, lari! Dia memegang pisau!" teriak seorang guru ketika Hribal melewati koridor lantai satu, mengayunkan dan menusukkan pisau ke setiap orang yang berada di depannya.
NAIROBI -- Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan pengungsi, UNHCR, mengkritik penangkapan ribuan orang Kenya dan Somalia dalam sebuah operasi pemberantasan kelompok militan di negeri itu. Diperkirakan 4.000 orang ditahan. Besarnya jumlah yang ditangkap membuat mereka ditahan di stadion sepak bola di Kasarani, ibu kota Nairobi.
Operasi yang oleh media lokal disebut melibatkan 6.000 personel kepolisian dan pasukan elite GSU itu dimulai sejak Jumat pekan lalu. Operasi difokuskan di kawasan Eastleigh, yang mayoritas penduduknya adalah warga keturunan Somalia Nairobi.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.