Edisi Minggu, 2 Maret 2014
Cari angin
Toriq Hadad
@thhadad
Tiba-tiba saya bangun pagi di sini, di rumah tak luas ini, penuh tanaman dan terasa rungseb. Ini Jalan Menganti di Surabaya, sedangkan rumah saya di Pamulang, Tangerang Selatan, terpisah lebih dari seribu kilometer.
Kaget dan cemas membuat saya hanya melongo ketika seorang perempuan--yang ternyata ajudan--menyapa, "Selamat pagi, Ibu. Sudah lebih tenang hari ini?" Ibu? Saya ini lelaki tulen. Perempuan itu melanjutkan, "Ibu sebaiknya cepat bersiap-siap. Di ruang tamu, rombongan ibu-ibu pengajian menunggu. Mereka pendukung setia Ibu. Mereka tak mau Wali Kota Surabaya mengundurkan diri."
@thhadad
Baca Selengkapnya
Berita Lainnya
Nasional
Megawati Luluhkan Risma
Metro
JAKARTA - Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Didik Suprayitno, mengatakan pihaknya tak merestui permintaan cuti yang diajukan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Cuti itu diajukan Jokowi karena hendak menghadiri berbagai kegiatan partai.
Jokowi mengatakan sengaja meminta izin Kementerian agar aktivitas partai yang dilakukan tak mengganggu tugasnya sebagai orang nomor 1 di DKI Jakarta.
Baca Selengkapnya
Ekonomi dan Bisnis
JAKARTA - Maskapai penerbangan Susi Air menyatakan siap mengambil alih semua rute penerbangan di Merauke, Papua, yang selama ini dikuasai Merpati Nusantara Airlines. "Semuanya akan kami ambil," kata Deputy Chief Executive Officer Susi Air, Rudy Setyopurnomo, kepada Tempo kemarin.
Dalam catatan Tempo, ada enam rute penerbangan Merpati yang melewati Merauke, yaitu Bade-Merauke, Ewer-Merauke, Kepi-Merauke, Makassar-Merauke, Merauke-Tanah Merah, dan Merauke-Wanam. Keenam rute itu merupakan rute tunggal, yang hanya dilayani Merpati.
Baca Selengkapnya
Ide
Ahmad Sahidah,
Dosen Filsafat dan Etika Universitas Utara Malaysia
Media sosial Facebook diakui menjadi arena persaingan pendapat dan pendirian. Meskipun ruang status di sini terbatas, tautan (link) dari sebuah kabar, ide, dan berita memungkinkan pengguna bisa melacak informasi lebih utuh. Namun, bagaimana jika tak ada tautan? Silang-sengkarut mendadak merebak. Menjelang haul ke-4 Gus Dur, ada tautan gambar dan pesan Gus Dur di Facebook yang berbunyi: "Islam datang bukan untuk mengubah budaya leluhur jadi budaya Arab, bukan untuk 'aku' menjadi 'ana', 'sampeyan' jadi 'antum', dan 'sedulur' menjadi 'akhi'… Kita pertahankan milik kita, kita harus serap ajarannya, bukan budaya Arabnya." Serta-merta, pengunggah tautan dan beberapa pemilik akun bersengketa kata-kata dengan sengit.
Secara linguistik, sebuah teks mengandaikan penutur, mitra, dan konteks. Kita bisa membayangkan bahwa pengungkap kata itu adalah Abdurrahman Wahid, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Dur. Hanya, mitra atau khalayak dari pernyataan ini masih gelap. Dalam poster itu hanya tertera nama dan masa hidup almarhum, 7 September 1910-30 Desember 2009. Andaikan pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah pengajian muslimat NU di Jawa, kita mafhum. Perempuan Jawa tak perlu menjadi orang "Arab" agar bisa menjadi muslimah yang baik.
Dosen Filsafat dan Etika Universitas Utara Malaysia