maaf email atau password anda salah

Ide

Geger Riyanto,
LULUSAN SOSIOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA

Keajaiban perubahan Habibie menjadi bertubuh jangkung adalah satu hal yang sangat mengganggu dari film Habibie dan Ainun. Namun, lebih-lebih lagi, sebenarnya, adalah penceritaan yang tidak teranyam dengan baik. Setiap adegan seakan berambisi mencapai klimaksnya sendiri-sendiri. Pada tiap peralihan babak, persoalan pokok baru muncul dan serta-merta saja persoalan sebelumnya sudah tanggal, tak bersisa. Jika diibaratkan perjalanan, film ini melangkah terhuyung-huyung, meliuk ke kiri, kanan, lalu kiri lagi, tanpa satu titik tujuan akhir yang jelas.

Inilah, menurut pandangan para kritikus film, ampas-ampas dari tidak adanya proses adaptasi yang memadai terhadap memoar Habibie. Tetapi, sebagai seseorang yang menulis di rubrik ini, saya tak akan mengajak kita lebih jauh menghakimi film tersebut. Saya lebih tergelitik oleh kenyataan mengapa sang penulis skenario (maupun pihak-pihak yang mengintervensinya) membayangkan dan mereka-cipta memoar Habibie sebagai rangkaian peristiwa alih-alih kenangan yang diceritakan Habibie di usia senjanya.

Seandainya saja terpikir buku ini difilmkan dari sudut pandang orang pertama yang tengah mengilas masa lalu yang dihidupi bersama istrinya, setidaknya akan ada satu benang merah konkret yang menjalin adegan-adegan yang kini tercerai-berai itu. Ketimbang berakhir sebagai kilasan-kilasan kejadian tanpa garis besar, paling kurang film ini akan bergulir dalam seutas garis lurus nostalgia sang suami. Tetapi itu tidak terjadi. Yang terjadi adalah adaptasi mentah-mentah sebuah memoar sukses yang berujung satu film yang menjejali penontonnya dengan letupan klimaks tak kunjung henti, tak jarang menimbulkan pertanyaan, apa sih yang sebetulnya hendak diceritakan film ini?

Baca Selengkapnya

Cerpen
Tamu

Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan