MAKASSAR - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sulawesi Selatan menilai produksi kakao permentasi di provinsi itu belum mendapat harga yang cocok dari kalangan industri. Harga kakao fermentasi masih sama dengan harga kakao non-fermentasi. "Padahal selisih harganya sangat berbeda, yakni Rp 3.000-4.000 per kilogram," kata Sekretaris HKTI Sulawesi Selatan, Sudirman Numba, kemarin.
Menurut Sudirman, harga kakao fermentasi lebih mahal karena telah melalui proses pengolahan yang cukup baik untuk menunjang kualitas biji kakao, sehingga aroma yang dihasilkan lebih wangi dibanding biji kakao non-permentasi. "Harga yang sama antara kakao permentasi dan non-permentasi membuat petani tidak mau lagi memikirkan produktivitas kakao yang berkualitas," ujarnya.