Singkong Potensial Gantikan Beras
Dapat dicampur dengan beras dan tak mengubah rasa beras.
Tempo
Kamis, 30 September 2021
JAKARTA – Tanaman singkong menjadi salah satu pilihan cadangan logistik strategis pangan yang dapat menggantikan beras. “Singkong merupakan sumber karbohidrat yang sehat karena sifatnya gluten-free,” kata Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Iswandi Anas Chaniago, yang juga tim pakar Masyarakat Singkong Indonesia dalam live streaming diskusi Ngobrol@Tempo bertajuk, Cadangan Strategis Pangan untuk Kekuatan Pertahanan Indonesia di channel Youtube Tempodotco, Selasa, 28 September 2021.
Selain Iswandi, Guru Besar Universitas Jember, Jawa Timur, Achmad Subagio dan pengamat pertahanan dan hubungan internasional Ian Montratama hadir sebagai pembicara dalam acara ini. Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan Letnan Jenderal TNI Ida Bagus Purwalaksana tutur memberikan sambutan dalam diskusi.
Selain sehat, singkong pun dapat diolah menjadi sejumlah makanan menarik, mulai dari cake hingga mie instan. “Sebagai bahan pangan, olahannya sangat bervariasi,” kata Iswandi. Selain sebagai bahan pangan, singkong juga dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak dan bio-industri lain.
Iswandi Anas Chaniago, Guru Besar Institut Pertanian Bogor.
Namun, Iswandi memahami budaya masyarakat Indonesia yang masih belum dapat lepas dari beras. Karenanya, Iswandi memberi solusi untuk mencampur singkong dan beras dengan perbandingan 1:1. “Setengah singkong dan setengah beras dimasak, dan tidak akan mengubah rasa beras,” kata dia. Cara ini, menurut dia, dapat mengatasi tingginya kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap beras.
Dari sisi produksi, tanaman singkong pun tak terlalu sulit untuk ditanam. “Tanaman singkong memiliki daya adaptasi lingkungan yang tinggi dan tidak memerlukan infrastruktur yang rumit,” kata Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan RI, Letnan Jenderal TNI Ida Bagus Purwalaksana dalam acara diskusi yang sama.
Pangan pengganti beras saat ini diperlukan karena luas baku tanah sawah di Indonesia semakin menyusut. Kementerian Agraria dan Tata Ruang mencatat luas baku sawah pada 2019 adalah 7,4 juta hektare. Luas ini turun sekitar 285 ribu hektare dari luas 7,7 juta hektare sawah pada 2013. Artinya, terjadi penyusutan 47,5 ribu hektare sawah tiap tahunnya dalam periode 2013-2019.
Tanaman singkong saat ini menjadi komoditas yang sedang dikembangkan oleh Kementerian Pertahanan dalam program Cadangan Logistik Strategis. Program ini ada di bawah payung kebijakan food estate yang dicanangkan Presiden Joko Widodo dalam Program Strategis Nasional 2020-2024. Tujuannya agar Indonesia memiliki kemandirian pangan. Apalagi di masa pandemi, potensi krisis pangan bisa saja terjadi dan berdampak pada Indonesia.
Di bawah Kementerian Pertahanan, pengembangan pangan sebagai pendukung pertahanan negara dilakukan dalam situasi yang bersifat darurat, seperti bencana alam, wabah berkepanjangan, dan kondisi gawat lainnya. Sementara Kementerian Pertanian menjalankan program ketersediaan pangan dalam kondisi normal.
Saat ini Kementerian Pertahanan RI sedang mengerjakan program Cadangan Logistik Strategis tanaman singkong seluas 30 ribu hektare di Kalimantan Tengah. Program penanaman singkong sebagai cadangan logistik strategis oleh Kementerian Pertahanan didasari oleh peran pangan sebagai alat strategis dalam pertahanan suatu negara. “Pemenuhan hak pangan rakyat adalah masalah strategis yang menyangkut jatuh bangunnya sebuah negara,” kata Ida Bagus.
Namun, keberhasilan program Cadangan Logistik Strategis tanaman singkong bergantung pada sinergi beberapa kementerian. “Kementerian Pertahanan hanya pendukung, karena lead sector-nya Kementerian Pertanian,” kata Guru Besar Universitas Jember, Achmad Subagio.
Kementerian Pertahanan memang tak dapat mengerjakan program ini sendiri. “Kita memerlukan banyak effort untuk menguasai singkong dari hulu ke hilir, dari produksi, teknologi, hingga budayanya,” kata Achmad.