Pancasila Sebagai Benteng di Era Disrupsi Digital
Dengan terpaan informasi yang begitu masif, generasi muda harus dapat membentengi diri dengan nilai-nilai Pancasila dari terpaan berita bohong, dan paparan ideologi-ideologi yang dapat mendisrupsi identitas bangsa.
Tempo
Selasa, 1 Juni 2021
JAKARTA – Staf Khusus Kementerian Informasi dan Informatika Bidang Informasi dan Komunikasi Publik, Transformasi Digital dan Hubungan Antar-Lembaga, Rosarita Niken mengatakan, ada 73 persen atau 196 juta rakyat Indonesia yang terhubung dengan internet setiap hari. Dengan perkembangan teknologi, masyarakat pun dapat dengan mudahnya mendapatkan berbagai macam informasi hanya dalam genggaman tangan.
Karena menurut Rosarita, kebanyakan informasi yang beredar di dunia maya saat ini mayoritas bermuatan konten negatif. Sehingga dikhawatirkan akan merusak moral dan disintegrasi bangsa. “Justru dengan berita bohong dan ujaran kebencian membuat disintegrasi bangsa,” kata dia saat Ngobrol @Tempo bertajuk Pancasila di Era Disrupsi Digital dan Pandemi Covid-19, Senin, 31 Mei 2021.
Dengan terjangan arus informasi dari sumber-sumber yang tak bertanggung jawab, kata Rosarita, memberikan pendidikan Pancasila dan wawasan kebangsaan ke dalam kurikulum pendidikan semua jenjang adalah hal yang tepat. Semakin eratnya kalangan milenial terhadap media sosial, nilai-nilai Pancasila menjadi sangat penting untuk ditanamkan sejak dini.
Dalam memberikan pendidikan kepada generasi milenial, menurutnya, semua pihak harus memahami bahwa zaman telah berubah. Jadi, kata Rosarita, pola pikir juga harus beradaptasi, jangan menggunakan metode yang kuno. Sehingga tujuan dari edukasi nilai-nilai Pancasila ini dapat mencapai sasaran yang diinginkan, dan anak muda terhindari dari paparan ideologi dari luar. “Jadi Pancasila sebagai dasar negara harus menanamkan sebagai way of life bangsa, dengan cara pandang usia milenial,”ungkapnya.
Ia pun menekankan, bahwa pendidikan Pancasila di era digital ini harus terus berdaptasi. Karena ancaman berita bohong dan propaganda-proganda yang beradar di dunia maya juga berkembang pesat. Hal ini berbahaya dan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. “Tren hoaks yang beredar ada dimana-mana, ada pihak-pihak tertentu yang kemudian mengaburkan dan mendorong masyarakat sebagai target agar sesuai tujuan propaganda,” ungkapnya.
Upaya yang bertentangan dengan Pancasila akan terus ada sampai kapan pun. Jadi, Rosarita menegaskan, generasi muda memegang teguh nilai Pancasila sambil terus membawa Indonesia kepada kemajuan bangsa. “Pancasila harus tertanam sebagai waf of life agar tidak mudah terkontaminasi,” tuturnya.
Direktur Informasi dan Komunikasi Pengunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK), Kementerian Komunikasi dan Informatika, Wiryanta, mengatakan, melestarikan nilai-nilai Pancasila bisa ke dalam beberapa sektor, sepertinya halnya ekonomi kerakyatan dan nilai budaya. Karena hal itu tersirat ke dalam dalam sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sehingga, perlu diamalkan agar para pelaku usaha kecil dapat bangkit dalam kondisi pandemi Covid-19.
Wiryanta, Direktur IKPMK Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Ahmad Basarah mengatakan pembinaan ideologi Pancasila terhadap generasi milenial sangat penting untuk dilakukan. Pasalnya, dalam beberapa tahun terakhir terjadi kasus terorisme yang didominasi pelakunya berasal dari kaum muda. “Saya kira ini sebuah peringatan betapa kampanye kelompok liberalis dan radikal yang menggunakan media sosial secara struktural dan masif,” ujarnya.
Sehingga ia menyarankan, dalam melakukan pembinaan ideologi terhadap kaum muda bisa dilakukan secara gotong royong oleh semua elemen. Karena ia yakin, dengan Pancasila semua masyarakat dari berbagai latar budaya dan agama dapat dipersatukan. Sehingga Indonesia dapat maju dengan memegang teguh Pancasila sebagai ideologi bangsa. “Karena tak ada satu bangsa maju di dunia mana pun yang menjiplak falsafah ideologi bangsa lain,” kata dia.
Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono, menuturkan, bahwa tafsir pada Pancasila tak terbatas oleh rezim tertentu, dan bukan hanya torehan sejarah. Melainkan, kata dia Pancasila dapat dijadikan ideologi masa depan. Oleh karenanya, jika generasi muda tidak bersatu maka Indonesia tak akan bisa maju sampai hingga saat ini.
Jadi, kata Hariyono, Pancasila bukan hanya sekadar alat pemersaatu bangsa, melainkan dapat menjadi inspirasi untuk bangsa terus maju. Sehingga visi Indonesia soal negera yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur benar-benar diarasakan. “Jadi untuk mengemalkan Pancasila anak muda harus memikirkan atas kepentingan bangsa,” tuturnya.
Tim Info Tempo