Benarkah pemerintah mengobral surat utang negara dan surat berharga negara?

Di tengah lesunya minat investor asing terhadap surat berharga negara, pemerintah berupaya menggenjot pembiayaan anggaran lewat obligasi ritel. Namun sejumlah ekonom meminta pemerintah mewaspadai beban berat pembayaran utang di masa depan. Penerbitan surat utang secara agresif dengan imbal hasil yang tinggi akan meningkatkan rasio pembayaran bunga utang terhadap APBN.

Minat investor asing terhadap obligasi negara terus turun. Pemerintah berupaya menggenjot pembiayaan anggaran lewat produk obligasi ritel.

Pemerintah kembali menambah utang dengan menerbitkan obligasi ritel. Beban pembayaran bunga utang dikhawatirkan makin berat di masa depan. 

Pemerintah akan menghadapi persoalan kenaikan beban bunga utang akibat peningkatan utang selama masa pandemi Covid-19.  

Pemerintah akan mengoptimalkan semua opsi pembiayaan utang.

Pengetatan kebijakan moneter Amerika Serikat membayangi imbal hasil surat utang negara.

Ekonom menilai skema burden-sharing akan memberikan kepastian permintaan SUN pada tahun depan. Dapat menjadi bantalan empuk yang siap kapan pun menambal defisit APBN.

Pemerintah harus memastikan belanjanya tidak diselewengkan. Kebocoran seperti itu tak boleh terulang, agar usaha menutup anggaran pandemi dengan utang tak berakhir sia-sia.

Permintaan obligasi, baik dari investor asing maupun lokal, masih tinggi.

Imbal hasil surat utang Indonesia dinilai terlalu tinggi. Menekan belanja negara yang harus membayar bunga setiap tahun.

Surat Utang Negara masih menjadi instrumen yang diminati investor di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19. Terbukti, Saving Bond Ritel seri SBR010 yang masa penawarannya mulai dibuka pada Senin lalu disambut antusias.