Edukasi sejarah kini tidak lagi membosankan. Berbagai inovasi pembelajaran terus muncul dari sejumlah kalangan dan komunitas. Mereka menyajikan cara belajar yang riang dan menyenangkan, baik melalui media sosial, permainan, maupun tapak tilas ke berbagai situs.

Sejumlah komunitas pegiat sejarah memiliki aneka cara dalam mengedukasi masyarakat. Ada yang melakukannya dengan tapak tilas di tempat-tempat bersejarah hingga melakukan reka ulang peristiwanya.

Minat anak muda pada pelajaran sejarah minim. Hal ini ditengarai karena cara mengajar yang masih konvensional. Para pendidik pun dituntut untuk menciptakan metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.

Belajar sejarah kini tak lagi harus duduk menyimak ceramah atau membaca buku. Sejumlah anak muda memiliki cara tersendiri memberi edukasi tentang peristiwa di masa lampau. Ada yang melakukan reka ulang peristiwa. Ada pula yang membuat permainan edukasi hingga video animasi.

Pada era digital ini, pemahaman akan sejarah bisa tersebarkan dan lebih menarik. Inisiatif ini datang dari bebagai kelompok masyarakat untuk menggairahkan kembali minat belajar sejarah, khususnya di media sosial.  

Kurikulum sejarah belum menempatkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai inisiator Serangan Umum 1 Maret 1949. Pemaparan peran Letnan Kolonel Soeharto secara berangsur berkurang.

Pemerintah Jakarta akan mengajukan 16 obyek untuk dijadikan cagar budaya baru. Sebagian besar obyek tersebut berada di kawasan bekas Kota Batavia.

Istilah "bersiap" memicu kontroversi di Belanda setelah artikel Bonnie Triyana terbit. Bagaimana orang Belanda memandang periode penuh kekerasan pada 1945-1950 ini?