maaf email atau password anda salah
Pele tidak semata-mata mewariskan dunia dengan jogo bonito alias sepak bola indah, tapi juga perjuangan melawan rasisme. Tanpa diketahui banyak orang, pemain sepak bola yang dianggap pahlawan global ini kerap mengalami diskriminasi warna kulit. Jose Paulo Florenzano, guru besar ilmu sosial Universitas Katolik Sao Paulo, menulis sejarah kelam pemain yang dijuluki Sang Raja ini.
Pele, 82 tahun, meninggal dunia kemarin, di Sao Paulo, Brasil, setelah lama dirawat akibat komplikasi kanker usus. Meninggalkan warisan besar untuk sepak bola dunia berupa jogo bonito alias permainan indah. Tempo merekam persinggahan Pele di Jakarta pada Juni 1972.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.