maaf email atau password anda salah
Maria Ressa, peraih hadiah Nobel Perdamaian 2021, gelisah atas begitu banyaknya serangan terhadap jurnalis dan media, baik serangan digital maupun hukum. Hal itu pula yang dialami Ressa dan medianya, Rappler, yang harus menghadapi banyak gugatan karena bersikap kritis terhadap kebijakan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Dua pengeboman di sebuah kota di Filipina Selatan diduga dilakukan oleh ekstremis radikal, Abu Sayyaf, yang setia kepada kelompok Negara Islam (ISIS), kemarin. Akibat serangan tersebut 15 orang terbunuh, sementara 75 lainnya terluka.
Dua ledakan yang diyakini sebagai bom rakitan itu terjadi dalam waktu dua jam di pusat kota Jolo, ibu kota Provinsi Sulu, basis kubu Abu Sayyaf. Satu faksi Abu Sayyaf dituding di balik atas serangan itu, yang menurut pihak berwenang Filipina melibatkan pengebom Indonesia.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.