maaf email atau password anda salah
Bisnis pariwisata yang ditujukan semata-mata untuk mencari keuntungan ekonomi akan merusak lingkungan dan tatanan sosial-budaya masyarakat. Muncul sebagai antitesis pariwisata massal, pariwisata berkelanjutan mewajibkan pelaku industri memperhitungkan dampak ekonomi, sosial, serta lingkungan saat ini dan masa depan.
Pariwisata berkelanjutan diterjemahkan sebagai aktivitas wisata yang memperhitungkan dampak lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi di masa kini dan masa depan. Konsep ini dikembangkan untuk mengurangi efek negatif pariwisata massal. Tempo mewawancarai Menteri Parekraf Sandiaga Uno mengenai ide dan implementasi pariwisata berkelanjutan.
Dataran Tinggi Dieng menjadi contoh pengembangan wisata berbasis komunitas yang sukses. Fafurida, peneliti pariwisata dari Universitas Negeri Semarang, mendapati program desa wisata di Jawa Tengah itu membantu perekonomian daerah secara keseluruhan.
Warga sejumlah desa di Jawa menerapkan aturan bagi wisatawan. Bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk membantu melindungi lokasi wisata di desa mereka. Sri Hastjarjo dan Rutiana D. Wahyunengseh, peneliti dari Universitas Sebelas Maret, Solo, menulis soal desa wisata dan pentingnya pariwisata berkelanjutan.
Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.