Puluhan mobil sedan keluaran era 1980-1990-an, dengan tampilan penuh stiker sponsor dan livery tim khas mobil balap, terparkir di sebuah rumah di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Lokasi ini, oleh pemiliknya, Anthon Novianto, disebut sebagai Indonesia Motorsport Heritage Museum Wannabe. Di sana, pria berusia 51 tahun itu mencoba melestarikan sejarah dunia otomotif dan balap mobil Tanah Air.
Museum ini dibuka untuk umum dan gratis. Namun, karena dalam masa pandemi, jumlah kunjungannya dibatasi dan harus melalui perjanjian. Anthon menggunakan kata “wannabe” dalam nama museumnya karena ingin menampilkan potongan sejarah dunia balap di Indonesia lewat koleksi yang dikumpulkan sendiri. Walau disebut "museum-museuman", Anthon tak main-main dalam mengumpulkan koleksi museumnya itu.
Anthon terinspirasi membuat museum otomotif saat tinggal di Jepang pada 2001. Kebetulan di dekat tempat tinggalnya ada museum otomotif. Di museum itu, Anthon menyaksikan sejumlah mobil bersejarah yang pernah dipakai berlaga di kejuaraan reli dunia.
Namun kecintaan Anthon kepada dunia otomotif sudah dimulai sejak remaja. “Dulu (almarhum) bapak membelikan saya Honda Civic Wonder untuk transportasi ke sekolah karena jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh,” ujar Anthon kepada Tempo, melalui percakapan pesan pendek, Kamis lalu.
Mobil itu menemani Anthon ke mana pun hingga ia mulai gemar melakukan modifikasi ketika dewasa. Ia juga suka berkumpul dengan sesama penggemar mobil dan rutin mendatangi sirkuit untuk menonton balapan, seperti di Ancol, Jakarta Utara.
Pemilik Indonesia Motorsport Heritage Museum Wannabe Jakarta, Anthon Novianto. Dok. Pribadi
Pada 2004, sekembalinya dari Jepang, Anthon berupaya mewujudkan impiannya memiliki museum mobil. Ia mulai berburu mobil retro di sekitar Jakarta. Hingga saat ini, ada sekitar 30 mobil yang sudah dibangun dan direstorasi oleh Anthon. Mobil-mobil itu disimpan di dua tempat di rumahnya yang jembar. Sebagian mobil di dalam ruangan yang dilengkapi dengan pernak-pernik dan aksesori balap hingga mesin permainan dingdong reli. Sebagian mobil lainnya diletakkan di area semi-terbuka yang dinaungi atap.
Koleksi mobil itu terbagi ke dalam dua kategori. Pertama, koleksi museum, yakni mobil-mobil autentik yang memiliki sejarah di dunia motorsport Tanah Air, jumlahnya sekitar 16 unit. Sisanya masuk kategori kedua, koleksi non-museum. Di kategori ini, mobil yang dikumpulkan Anthon tidak punya nilai sejarah khusus di dunia balap, tapi jenisnya adalah mobil-mobil keluaran lama dan kebanyakan mobil yang diimpor utuh dari negara pembuatnya.
“Mobil-mobil ini saya kumpulkan dengan cara berburu ke bengkel-bengkel lama, tempat penampungan, mobil bekas, sampai mendatangi langsung kolektor lain,” kata Anthon. Mayoritas mobil yang ia beli sudah dalam kondisi terbengkalai dan rusak. “Kayak zombie.” Mobil-mobil itu ia restorasi agar kondisinya kembali seperti baru keluar dealer.
Tak cukup mengembalikan kondisinya, sebagian koleksi Anthon yang rata-rata keluaran 1980-1990-an itu dimodifikasi agar terlihat seperti mobil balap (rally look). Bagian eksteriornya ditempeli stiker dan livery yang mirip aslinya. Contoh koleksi Anthon yang terlihat sangat mirip aslinya adalah dua unit Toyota Cellica GT-Four yang dipakai Toyota Team Europe dalam World Rally Championship periode 1990-1994.
Mobil replika itu memang tak masuk kategori display museum. Namun Anthon kerap membawa mobil-mobil kebanggaannya itu untuk jalan-jalan. Karena mirip mobil balap asli, koleksi Anthon sering digunakan sebagai mobil display dalam acara komunitas otomotif. “Untuk yang replika, saya hanya memodifikasi tampilan luarnya.”
Di luar mobil replika, Anthon juga mengumpulkan sejumlah mobil retro harian. Salah satunya Honda Civic Wonder berwarna biru keluaran 1984. Mobil ini tampak seperti baru keluar dari dealer karena catnya mulus dan bersih. Mobil ini mirip mobil kesayangannya sewaktu muda. “Mobil retro hanya saya pakai jalan-jalan di hari Minggu atau ketika libur.” Sehari-hari, Anthon memilih mobil "sejuta umat", yakni Toyota Kijang Innova dan Toyota Yaris.
Nah, khusus untuk koleksi museum, Anthon benar-benar mengumpulkan mobil yang memang dulunya dipakai untuk berlaga di sirkuit balap, lintasan reli, atau arena drag race. Koleksi istimewa Anthon di museum ini antara lain Toyota Starlet KP47 TRD yang pernah dipakai pembalap asal Jepang, Mizaki San, dan pembalap nasional Andi Yustana.
Dua mobil itu, kata Anthon, pernah merajai balapan jalanan di sirkuit Ancol, era 1970-an. Bagi Anthon, mobil ini sangat istimewa karena, sewaktu remaja, Anthon sering menyaksikan mobil ini dipakai untuk balapan. Impian Anthon untuk memiliki mobil ini terlaksana pada 2015 setelah ia berhasil membujuk pemiliknya untuk melepasnya.
Sewaktu dibeli Anthon, mobil itu pun hanya berupa rangka dan bodi. “Baru setelah saya beli, saya restorasi agar kondisinya mirip seperti waktu dipakai balapan dulu.” Mobil ini termasuk yang paling sulit ia kembalikan ke kondisi awal. Sebab, ketika dibeli tanpa mesin, Anthon pun harus mencari pengganti yang mirip dengan mesin sewaktu dipakai balap dulu. Sembari mengumpulkan suku cadang untuk mobil-mobil itu, Anthon juga berburu aneka kliping, foto, dan informasi terkait dengan masa kejayaan mobil tersebut.
Selain berburu mobil untuk direstorasi dari bengkel dan tempat penimbunan, Anthon sering mendatangi pemilik langsung. Salah satu mobil balap yang ia dapatkan adalah Mazda 808 Coupe tahun 1976 yang pernah dipakai untuk balap drag. Mobil ini pertama kali dimiliki oleh mekanik spesialis mesin turbo terkenal, Yongki Priutomo, dan dipasangi mesin rotary turbo. “Mobil ini sekarang jadi salah satu koleksi kebanggaan Indonesia Motorsport Heritage Museum Wannabe.”
Koleksi mobil milik Anthon Novianto. Dok. PribadiProses restorasi Mazda 808 Coupe di museum milik Anthon Novianto. Dok. Pribadi
Anthon mengaku tak bisa memilih koleksi favoritnya. Sebab, menurut dia, semuanya tergolong istimewa berkat nilai sejarahnya. “Mobil-mobil ini dulu masuk ke Indonesia karena memang untuk dipakai balap dan dibuat oleh rumah modifikasi terkenal di luar negeri. Spesifikasinya pun luar biasa pada zamannya.” Jadi, kata Anton, apa yang ia suguhkan di museumnya memang bukan mobil biasa.
Berbagai aktivitas Anthon bersama koleksinya, seperti perawatan dan proses restorasi, diabadikan melalui konten media sosial yang dibagikan melalui Instagram @anthonnovianto dan kanal YouTube Anthon Novianto TV. Kanal ini punya penggemar tersendiri dan sudah diikuti lebih dari 4.200 akun.
Lewat museum dan konten media sosial, Anthon berharap koleksinya bisa menjadi sarana edukasi, terutama bagi anak muda yang menggemari dunia otomotif. “Saya ingin memperlihatkan bahwa motorsport Indonesia itu pernah berjaya lewat mobil-mobil yang bersejarah.” •