Kehadiran aneka wadah (platform) penulisan daring disambut meriah para penulis fiksi populer. Sejumlah wadah itu seolah-olah menggantikan media cetak yang dulu jadi incaran para penulis untuk mengirimkan naskah. Lewat platform online ini pula, para penulis mengumpulkan penggemar setianya yang dengan suka hati membayar untuk membaca. Penghasilan sampai puluhan juta rupiah pun masuk ke kantong mereka.
Tawaran posisi kepala cabang dengan gaji tinggi dari sebuah perusahaan nasional rupanya tak cukup kuat menggoyahkan tekad Liemey Iviane Lumenpouw untuk menekuni hasratnya sebagai penulis. Walau pendapatannya akan lebih terjamin dengan jadi karyawan, Liemey yakin hidupnya tak akan jadi lebih bahagia dibandingkan dengan pilihannya menjadi penulis. Dan ternyata benar saja, setahun belakangan ini, Liemey mengaku kesehariannya lebih menyenangkan daripada saat jadi karyawan dulu.
Menulis memang jadi kegemaran perempuan berusia 29 tahun ini sejak kecil. Pada masa remaja dan kuliah, Liemey rutin mengirimkan naskah-naskah fiksinya ke lomba-lomba penulisan dan media massa. Meski begitu, ia lulus dan bekerja di salah satu perusahaan di kota kelahirannya di Manado. Aktivitasnya itu pun terlupakan akibat kesibukan. “Barulah pada 2018, aku ketemu dengan platform penulisan online,” kata Liemey kepada Tempo, Kamis lalu.
Perkenalannya dengan wadah penulisan daring bernama Joylada Indonesia itu seolah-olah jadi jalan pembuka untuk menyalurkan kegemaran menulisnya yang sempat terhenti. Kebetulan, Liemey punya banyak stok tulisan yang belum pernah diterbitkan. Liemey pun mengunggah naskahnya ke Joylada. “Dulu itu, aku sukanya nulis cerita-cerita misteri,” kata dia.
Hasrat menulisnya kembali menggelora. Ia pun jadi kembali keranjingan menulis. Setiap hari sepulang dari kantor, Liemey pasti menyempatkan diri untuk melanjutkan menulis naskah ceritanya. “Menulis itu jadi semacam pelampiasan setelah capek dan stres bekerja,” ujarnya.
Penulis dalami platform Novelme dan Joylada, Liemey Iviane Lumempouw. Dok. Pribadi
Di Joylada, tulisan-tulisan Liemey banyak disukai pembaca, pengikutnya lebih dari 1.400 akun. Di sana, ia termasuk penulis yang produktif. Novel digital yang ia unggah sudah berjumlah 36 judul. Ada novel yang terus bersambung hingga puluhan bab, ada juga yang hanya berupa cerita pendek. Sembari membuat tulisan, Liemey mempelajari karakter para pembaca dalam wadah ini. “Ternyata orang lebih menggemari cerita-cerita roman dan komedi romantis.” Dia pun bereksperimen dengan kisah-kisah semacam itu.
Setahun kemudian, Liemey bertemu dengan wadah penulisan lain: Novelme. Di platform baru ini, ia melihat ada peluang yang lebih besar. Karena, kata dia, saat itu belum banyak penulis populer yang ia kenal yang memiliki akun di sana. Liemey iseng mengunggah sejumlah cerita yang pernah diterbitkan di Joylada. Ternyata tulisan Liemey di Novelme pun banyak yang menyukai. Ia melihat peluang bisa mendapatkan penghasilan rutin dari platform ini karena pengelola menjanjikan penghasilan rutin Rp 400 ribu per bulan jika penulis mengikuti sejumlah ketentuan. “Misalnya rutin mengunggah naskah, setiap hari memperbarui cerita dengan jumlah tertentu, dan lain-lain.”
Sedangkan di Joylada, jumlah pendapatan yang diperoleh penulis tidak pasti. Karena, Liemey menjelaskan, di sana seorang penulis harus punya nama besar lebih dulu agar ceritanya dilirik dan “dibeli” pembaca. “Kalau sudah masuk lima besar, pendapatan belasan juta rupiah pasti di tangan,” tutur dia. Di platform itu, Liemey mengaku belum sempat masuk ke daftar penulis top. Tapi di Novelme sebaliknya, aneka tulisan karya Liemey kerap menduduki peringkat teratas. “Penghasilan di sini lebih besar, bisa belasan sampai puluhan juta rupiah.” Penghasilan terbesar yang pernah diterima Liemey lewat Novelme lebih dari Rp 51 juta sebulan.
Sampul digital buku-buku karya Liemey Iviane Lumempouw. Dok.Pribadi
Penghasilan sebesar itu, menurut Liemey, dikarenakan di Novelme memiliki fitur bacaan berbayar. Seorang penulis bisa menggratiskan sebagian naskahnya dan sebagian lagi harus dibeli oleh pembaca. Cara ini, dia menambahkan, cukup efektif mendatangkan pemasukan bagi penulis. Apalagi jika sebuah cerita sudah disukai pembaca. “Karena mereka penasaran ingin baca kelanjutannya, mereka pasti beli.” Inilah yang Liemey lakukan pada sejumlah naskahnya yang kerap masuk daftar cerita terpopuler, seperti Behind the Boss, Belongs to Mr. Levin, dan Perfect Doctor.
Menurut Liemey, cerita-cerita yang dia buat itu sudah seperti serial televisi atau sinetron berseri yang seakan-akan tak ada tamatnya. Bahkan cerita berjudul Behind the Boss kini sudah mencapai bab ke-900. “Ini belum seberapa, banyak cerita lain yang jumlah babnya ribuan.” Hal ini terjadi karena para penggemar meminta sang penulis untuk tidak menamatkan cerita lebih dulu. “Sebetulnya aku bisa saja bikin ceritanya tamat di bab-30, tapi pembaca masih ingin terus,” kata Liemey berseloroh. Interaksi antara penulis dan pembaca itu dimungkinkan terjadi karena terdapat kolom komentar. Dari sana pula Liemey bisa tahu bahwa para pembacanya rela begadang berhari-hari demi membaca cerita-cerita yang ia tulis.
Penulis dalam platform Novelme, Legiyani Dewi. Dok. Pribadi
Joylada dan Novelme hanya dua contoh wadah penulisan daring yang belakangan semakin menjamur dan banyak diisi karya-karya fiksi populer. Selain itu, ada Wattpad yang sudah populer lebih dulu, Storial.co, Sweek, GWP, Noveltoon, dan belasan platform lainnya. Aneka wadah ini kerap melahirkan nama-nama penulis baru dengan karya segar. Salah satunya Eka Aryani yang lewat karyanya, Teluk Alaska, menjadi pemenang Book of the Year IKAPI Award 2020 baru-baru ini. Sebelum diterbitkan dalam bentuk buku, karya Eka menjadi hit di Wattpad dan sudah dibaca sebanyak 57,2 juta kali sejak diunggah pada 2018.
Iming-iming mendapat penghasilan dari cerita fiksi itu pula yang membuat Legiyani Dewi, ibu rumah tangga asal Tangerang, mencoba peruntungan dalam wadah penulisan daring. Sama seperti Liemey, Legiyani mengaku gemar menulis fiksi sejak kecil. “Memang senang mengkhayal dan membuat tulisan dari khayalan itu, ha-ha-ha,” ujarnya kepada Tempo, Kamis lalu. Legi sempat menerbitkan tulisannya dalam buku antologi bersama para penulis lain yang tergabung dalam komunitas Indowriters. Namun begitu mengenal wadah penulisan daring sekitar satu setengah tahun lalu, Legi melihat peluang baru.
Penulis dalam platform Wattpad, Deti Mega P. Dok. Pribadi
“Sebelumnya aku nulis di platform untuk sekadar menyalurkan hobi,” ujarnya. Novel daring pertamanya yang berjudul Hati Renata diunggah secara cuma-cuma di platform Novelme. Rupanya peminat tulisan Legiyani terus bertambah. Ia lalu membuat cerita baru berjudul She’s Not My Type. Di karya keduanya itu, dia mulai menerapkan sistem berbayar pada separuh bab tulisannya. Dengan cara itu, Legiyani mulai mendapatkan penghasilan rutin. “Paling kecil, ya Rp 400 ribu itu, karena sesuai dengan syarat yang ditentukan.” Tapi Legiyani juga kerap menerima penghasilan jutaan rupiah.
Penghasilan yang diperoleh Legiyani dan para penulis lain dalam wadah daring bukan hanya lewat sistem bab berbayar atau pemasukan rutin dari pengelola (kontrak). Seorang penulis mungkin saja mendapatkan uang lebih banyak karena pada sejumlah platform tersedia fitur hadiah. “Jumlah hadiah itu bermacam-macam, dari Rp 3.000 sampai Rp 100 ribu.” Jika diakumulasikan dengan penghasilan lewat bab berbayar dan kontrak, tentu penghasilannya akan semakin besar. Menurut Legiyani, jika seorang penulis semakin rutin mengunggah tulisan, peluang mendapatkan penghasilan lebih besar semakin terbuka lebar.
Kini Legiyani tengah merampungkan dua ceritanya di Novelme: Catch You Up dan My Lovely Careless Girl. Karya Legiyani lumayan mendapatkan sambutan pembaca. Beberapa kali tulisannya masuk peringkat 10 besar dan 5 besar. Nama dia juga pernah masuk daftar 10 besar Next Top Writer di platform Novelme. Namun memang peringkat-peringkat itu tidaklah permanen. “Tergantung jumlah pembaca, hadiah yang diterima penulis, dan tingkat penjualan.” Cara ini, menurut dia, membuat penulis terpacu untuk tetap produktif.
Dua buku karya Deti Mega P. Dok. Pribadi
Motivasi berbeda justru diungkapkan Deti Mega P., seorang jurnalis dan penulis beberapa judul buku yang juga aktif di wadah penulisan digital. Penulis buku BLSKN!!! (Catatan Kecil Wartawan Centil) itu punya halaman di platform Wattpad yang semua isi ceritanya sengaja ia gratiskan. “Belum terpikir untuk bikin cerita berbayar karena jumlah followers di sana masih sedikit,” ujar Deti kemarin. Dengan kesibukannya sebagai wartawan, Deti merasa belum sanggup mengurusi halaman Wattpad-nya. “Kalau mau menjual cerita di platform, harus konsisten, lalu penulis juga harus rajin berpromosi.”
Alasan lain yang membuat Deti belum terpikir untuk “menjual” karyanya secara digital di wadah-wadah daring adalah kekhawatirannya akan plagiarisme dan persoalan sistem royalti yang belum jelas bagi penulis. “Jadi, untuk tulisan-tulisan yang aku garap lebih serius, aku lebih milih diterbitkan dalam bentuk buku fisik,” kata dia. Saat ini, Deti sedang berfokus menyusun buku biografi salah satu grup musik K-Pop yang akan ia terbitkan secara independen.
Toh, walau begitu, karya-karya Deti banyak pembacanya. Salah satu tulisannya, You’ll Be My Heart, sudah dibaca lebih dari 10 ribu kali. Lalu tulisan Deti yang lain, Really I Love You, juga sudah dibaca hampir 11 ribu kali. Salah satu yang membuat karya Deti banyak digemari adalah karena dia menyasar segmen pembaca secara spesifik: para penggemar K-Pop. Aneka cerita yang diunggah Deti bukanlah cerpen atau cerita bersambung biasa. Tema tulisannya berupa fanfiction atau kisah fiksi yang memakai tokoh-tokoh nyata dalam ceritanya. “Tokoh-tokoh dalam cerita saya adalah para artis Korea.”
Tulisan fanfiction ini, kata Deti, sempat menjadi tabu untuk diunggah secara luas karena menyangkut tokoh yang ada di dunia nyata. Namun beberapa tahun terakhir, kisah-kisah fiksi buatan para penggemar artis Korea Selatan ini semakin sering bermunculan. “Kalau dulu fanfiction itu banyaknya di blog pribadi, sekarang semakin banyak di platform penulisan, penggemarnya juga semakin banyak.” *
PRAGA UTAMA
Menambang Uang di Ruang Fiksi Virtual
