Suasana haru menyeruak ketika delapan pria bersepeda itu tiba di pelataran Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi. Para pria yang kompak memakai jersey berwarna jingga-hitam itu berpelukan dan mengucapkan kalimat puji syukur dalam bahasa Arab. Sebagian tampak berurai air mata. Sore itu, selepas magrib di Madinah pada Ahad pekan lalu, Mohammed Wazeem Siraj dan ketujuh sahabatnya akhirnya menyelesaikan misi besar mereka: bersepeda dari tempat tinggal mereka di London, Inggris, ke Madinah, Arab Saudi.
Wazeem adalah yang pertama melontarkan ide ini kepada rekannya, Junaid Afzal, pada tahun lalu. "Mimpiku adalah menu-naikan ibadah haji menggunakan sepeda," kata Wazeem, yang kini berusia 32 tahun, seperti dikutip dari situs pennyappeal.org. Ide ini sempat dianggap gila oleh Junaid, namun dia terus terngiang-ngiang obrolan dengan Wazeem. Junaid pun tertarik dan berupaya mewujudkan mimpi itu.
Rupanya, enam rekan mereka yang lain, Mohsin Arif, 29 tahun, Shahzad Akber (30), Shafiq Ahmed (32 tahun), Safdar Mehmood Akhtar (38), Tahir Mahmood (43), dan Tahir Hassan Akhtar (45), tertarik untuk bergabung dalam perjalanan ini. Tak ingin misi ini menjadi perjalanan ibadah haji biasa, mereka pun mengusung misi sosial dengan melakukan penggalangan dana melalui organisasi Penny Appeal. Perjalanan mereka pun diberi nama mentereng: Tour de Hajj, pelesetan dari lomba balap sepeda terkenal Tour de France.
Mereka mulai mengayuh sepeda dari London pada 7 Juni lalu menempuh jarak sejauh hampir 4.000 km selama 60 hari dengan melewati 17 negara. Namun, karena pertimbangan keamanan, mereka harus melewati Suriah dan Irak menggunakan pesawat terbang, untuk kemudian melanjutkan bersepeda dari Mesir.
Sepanjang perjalanan itu, yang mereka siarkan melalui media sosial, Wazeem dan kawan-kawannya mengumpulkan donasi dengan target sebanyak £ 500 ribu. "Sumbangan yang terkumpul akan disalurkan untuk membangun masjid, fasilitas sanitasi, dan sekolah di komunitas muslim di negara-negara miskin," kata Junaid.
Perjalanan mereka menarik perhatian banyak pihak. Di Turki bahkan mereka sempat singgah dan disambut langsung oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan di kantornya di Istanbul. Menurut Junaid, perjalanan itu adalah tentang kesungguhan dan niat mereka untuk menjalankan ibadah kepada Allah SWT. "Seperti yang dituliskan dalam Al-Quran, ‘kun faya kun’, ketika Allah telah berkehendak untuk jadi, maka terjadilah."
Perjalanan agung menuju Tanah Suci dengan cara yang tak biasa juga pernah ditempuh seorang warga Pekalongan, Jawa Tengah, bernama Mochammad Khamim Setiawan. Pada 2016, ia memulai perjalanan dari rumahnya ke Mekah dengan cara berjalan kaki! Ya, Khamim menempuh jarak sejauh 9.000 km selama satu tahun penuh demi menunaikan ibadah haji dengan mengandalkan sepasang kakinya.
Dikutip dari Khaleejtimes.com, pria yang akrab disapa Khamim ini mengaku ingin menjalankan ajaran Al-Quran yang menyatakan bentuk paling asli untuk menunaikan rukun Islam kelima itu adalah dengan cara berjalan kaki. Dia mulai berjalan hanya dengan berbekal sepasang celana panjang, beberapa potong kaus, sepatu, selusin kaus kaki, pakaian dalam, tenda dan kantong tidur, serta sebuah alat penunjuk arah digital (GPS). "Ini adalah misi saya untuk bertemu dengan komunitas muslim di sepanjang perjalanan saya," kata Khamim.
Sama seperti delapan pria Inggris yang bersepeda, Khamim juga punya misi pada saat melakukan perjalanan ini. "Saya ingin mempelajari Islam dari para ulama yang saya temui, sekaligus mempelajari aneka budaya masyarakat yang ada," ujarnya. Lewat perjalanan ini, Khamim ingin menyebarkan pesan toleransi kepada semua orang yang ditemuinya. "Perjalanan ini adalah bentuk jihad saya, perlawanan diri sendiri terhadap hawa nafsu."
Lebih hebatnya lagi, Khamim melakukan perjalanan sembari berpuasa. Pada siang hari ia akan tinggal di masjid atau pesantren yang disinggahi, dan malam hari ia melakukan perjalanan. Setiap hari ia menargetkan jarak tempuh 50 kilometer. Namun pada kondisi tertentu, ketika ia merasa lemah, Khamim hanya mampu menempuh jarak 10-15 km. "Saya mengandalkan madu dan air putih untuk menjaga stamina."
Misi Khamim untuk menyebarkan pesan perdamaian dan toleransi sepertinya tercapai. Selama perjalanan, ia banyak mendapat bantuan dari umat agama lain. Di Thailand, misalnya, Khamim diterima dan dipersilakan menginap di sebuah kuil Buddha. Di Myanmar, penduduk asli menyambut dan menjamunya.
Di Yangon, dia juga berkenalan dengan sepasang petualang beragama Kristen asal Irlandia. "Saya banyak mendapat sahabat baru dialam perjalanan ini." PENNYAPPEAL.ORG | KHALEEJ TIMES | SAUDI GAZETTE | PRAGA UTAMA
Jalan Ekstrem Menuju Tanah Suci