Rencana perayaan kelahiran ke-250 tahun komponis klasik dunia, Ludwig van Beethoven, bersama Jakarta City Philharmonic (JCP) Orchestra tak berjalan mulus akibat pandemi Covid-19. Namun Direktur Musik JCP Budi Utomo Prabowo tak mati akal. Ia lalu mengajak sejumlah musikus tampil secara virtual dalam format chamber music.
Dalam acara bertajuk "Beethoven from Home" itu, mereka membawakan karya Beethoven di akun YouTube Goethe-Institut Indonesien. Budi tak menafsirkan rumah sebagai bangunan tempat tinggal. Menurut dia, terkadang rumah bisa merujuk pada tempat lain, suasana sunyi ibadah, warna kesukaan, hingga genre musik. Beberapa musikus Jakarta City Philharmonic pun, kata Budi, memiliki "rumah" masing-masing, selain musik klasik.
Ia pun menantang, salah satunya seorang trombonis solo, Evpan Sinaga, untuk bermain orkestra Beethoven dari "rumah"-nya sendiri. "Tapi Beethoven tak banyak memainkan instrumen trombon, bahkan jarang sekali. Tapi saya tidak peduli. Saya menantang Evpan untuk membuat rekomposisi dari lagu Der Kuss," ujar Budi dalam tayangan acara itu, Rabu lalu.
Karakter lagu berjudul Der Kuss, yang artinya Ciuman, tersebut, menurut Evpan, cukup energetik dan menyenangkan. Dalam mengkomposisi ulang lagu itu, ia mengatakan sedikit mengubah sekat yang dipakai Beethoven dari 3/4 menjadi 4/4. Kemudian, Evpan juga mengubah beberapa ritme pada bagian melodi dari aslinya.
"Saya sering mendengar karya Beethoven sewaktu saya studi di Yogya. Tapi saya belum pernah membawakan karya yang dituliskan khusus untuk instrumen trombon. Mungkin karena ia (Beethoven) tak terlalu suka dengan karakteristik suara trombon," ujar Evpan.
Lagu Der Kuss seketika meruntuhkan citra Beethoven yang terpatri dalam patung atau lukisan sebagai sosok yang garang. Lagu yang ceria dan kocak itu juga dinyanyikan oleh suara bariton Joseph Kristanto lengkap dengan mimik guyon, dan diiringi piano Nesca Alma. "Akhirnya kuberanikan diri dan menciumnya, meski dengan perlawanannya," ucap Joseph dalam lagu itu.
Beethoven tidak hanya menulis komposisi asli. Ia juga membuat aransemen lagu rakyat Inggris, Skotlandia, bahkan Irlandia. Lewat lagu berjudul His Boat Comes on the Sunny Side, Cendy Sukma Trianda diminta membawakan lagu itu dalam versi keroncong--genre "rumah"-nya. Deasy Ananta Permata Sari dipilih menjadi vokalis untuk membawakan melodi lagu rakyat Irlandia yang dikenal sangat enak didengar dan menarik.
Cendy mengatakan mengubah beberapa tempo dari lagu itu. Ia mengaku sempat kesulitan mencari akord yang sesuai dengan musik keroncong. Pada bagian intro, ia mengubahnya menjadi prospel untuk membuka lagu. Dalam lagu itu, beberapa instrumen yang mengiringi adalah selo, biola, flute, gitar, cuk, dan bas. "Bermain secara virtual itu susah-susah gampang. Dalam musik ansambel keroncongnya harus saling dengar dan berinteraksi," ujar Cendy.
Yang tak kalah menarik adalah penampilan musikus JCP dengan karya Beethoven lainnya, Concerto Triple 156 dalam C Mayor. Orkestra ini dimainkan tiga orang dari tempat dan waktu berbeda. Padahal jenis komposisi konserto ini pada umumnya dimainkan oleh pemain solo atau satu orang dan diiringi orkes.
Tiga musikus, yaitu Alexandre Armaputra dengan selo, Bernadette Wijnhamer dengan biola, dan Suwita Siladjaja dengan piano, pun membawakannya dengan baik. Bagi Alexandre, tidak mudah membawakan karya solo dengan tiga instrumen. Ia menganalogikan penampilannya itu sebagai kendaraan dengan tiga kemudi yang setiap kemudi punya maksud sendiri-sendiri.
Menurut dia, setiap orang akan membawa tekstur yang berbeda-beda. "Kami tidak tahu si A atau B ingin bagaimana, apalagi belum pernah bertemu. Apa yang kami rekam kemarin adalah apa yang menurut kami cocok sesuai dengan keinginan masing-masing," kata Alexandre.
Adapun Suwita mengaku berusaha membuat nomor ini menjadi menarik dengan mempelajarinya secara perlahan. Selama bermain, Suwita mengandalkan imajinasi agar cocok dengan instrumem lainnya. "Memang ini harus saling mendengar dan berinteraksi untuk dinamikanya bagaimana."
Ludwig van Beethoven adalah maestro musik klasik yang karya-karyanya terus dimainkan dan ditafsirkan dengan beragam kreativitas oleh para musikus. Menurut Budi, karya musik Beethoven tidak selalu terdengar garang. Ia juga memiliki rasa humor yang tinggi dan bisa membuat musik yang sangat ceria ketika suasana hatinya sedang gundah.
"Salah satunya, karya Simfoni II, yang ditulis setelah Beethoven mengungkapkan kerisauannya kepada saudara laki-lakinya karena pendengarannya mulai mengalami gangguan serius," ujar Budi. Komposer Jerman kelahiran 1770 ini mulai kehilangan pendengaran pada usia 31 tahun.
Budi mengakui tingkat kesulitan konser musik karya Beethoven secara virtual cukup tinggi, terlebih dalam hal mengkombinasikan musik dan video. Kesulitan terbesar terjadi karena antar-musikus tak saling mendengar instrumen lainnya. Ada beberapa instrumen yang tempo dan nadanya tidak tepat. "Virtual concert untuk musik klasik itu bukan jalan keluar selama pandemi," ujar Budi, berkelakar. ***
LARISSA HUDA