Poster digital yang didominasi warna hijau itu banyak beredar di media sosial Instagram dan Twitter selama akhir pekan lalu hingga pertengahan pekan ini. Puluhan ribu pengguna media sosial ramai-ramai mengunggah ulang poster yang dibuat oleh komunitas Komik Riau tersebut. Bagaimana tidak, gambar poster itu eye-catching: karakter kartun seorang anak laki-laki memakai tanjak-ikat kepala khas Riau, tapi wajahnya tertutup masker penghalau polusi. Isi pesannya juga menggugah, mengajak orang-orang untuk menyumbangkan masker bagi warga Riau yang kini tengah dicekik asap akibat kebakaran hutan dan lahan.

Namun, alih-alih menyumbang langsung dalam bentuk uang, para anggota Komik Riau itu justru mengajak pengguna media sosial untuk membeli jasa gambar dari mereka. "Istilahnya, ‘ngamen ilustrasi’. Orang membayar, lalu kami buatkan gambar wajah mereka. Hasilnya kami belikan masker," kata Kartika Tri Purnama, anggota sekaligus sekretaris komunitas ini, kepada Tempo, Selasa lalu. Biaya jasanya tak mahal-mahal. Orang yang berminat wajahnya digambar ulang dalam bentuk kartun atau ilustrasi tinggal membayar seharga satu kotak masker antipolusi, sekitar Rp 30-50 ribu.

Aksi ini, kata Kartika, dilakukan karena para anggota komunitas yang sebagian besar asli Riau itu sedih melihat kondisi tempat tinggal mereka. Kabut asap pekat mengepung warga di Bumi Lancang Kuning itu sejak akhir Agustus lalu. Bahkan pekan lalu indikator kualitas udara di sana menunjukkan tingkat berbahaya. Kartika menambahkan, karena pembagian masker untuk warga belum banyak, rata-rata warga berinisiatif membeli sendiri. "Salah satu anggota kami, Barry Eko Lesmana (@barryekolesmana), mengusulkan aksi sosial untuk korban asap menggunakan keahlian kami, yakni dengan menggambar."

Sebanyak 18 anggota komunitas ini kemudian menawarkan diri menjadi relawan. Mereka akan menggambar pesanan yang masuk, sesuai dengan permintaan pemesan. "Jadi, sistemnya orang memilih mau digambarkan oleh siapa," ucap Kartika. Daftar ilustrator dan akun media sosial mereka dicantumkan dalam poster, sehingga pemesan bisa memilih gaya gambar yang sesuai. Tak dinyana, hanya dalam waktu lima hari sejak poster ini menyebar, pada Jumat pekan lalu, puluhan pesanan langsung masuk. Rabu lalu, mereka terpaksa menutup donasi karena keterbatasan tenaga untuk mengerjakan pesanan ilustrasi. "Rata-rata setiap ilustrator menggambar 7-8 pesanan."

Niat baik mereka tak hanya disambut oleh orang yang ingin memiliki ilustrasi wajah. Rupanya banyak donatur yang menyumbang uang melalui mereka. Hingga Rabu lalu, Komik Riau berhasil menghimpun dana sekitar Rp 7 juta dan sembilan kotak masker. Meski tak terlalu besar, jumlah donasi tersebut justru melebihi ekspektasi mereka. Kartika mengatakan rencananya dana itu akan segera dibelikan masker antipolusi yang dibagikan ke sekolah-sekolah di Pekanbaru dan kota-kota lainnya di Riau. "Kami berfokus membantu anak-anak sekolah dulu," ujar pemilik akun Instagram @k.art.ikaa tersebut.

Berkat inisiatif ini, nama komunitas Komik Riau jadi dikenal di mana-mana. Belakangan, menurut Kartika, banyak organisasi dan komunitas lain yang terlibat dalam kegiatan ini, seperti World Wildlife Fund (WWF) dan komunitas fotografi setempat. Menurut Kartika, meski kondisi di Riau sudah sangat parah, belum ada penanganan berarti dari pemerintah. "Kami sangat berharap segera ada hujan buatan di Pekanbaru karena kabutnya semakin parah," ujar mahasiswa Jurusan Biologi Universitas Riau itu.

Komunitas Komik Riau belum lama terbentuk. Mereka baru berdiri pada Januari 2017. Aris YT, 27 tahun, pendiri komunitas ini, mengatakan semula para anggota yang kebanyakan masih mahasiswa sekadar berkumpul karena senang menggambar dan membuat komik. "Kami dipersatukan melalui media sosial." Belakangan kegiatan mereka semakin rutin dan serius, hingga akhirnya terbentuklah struktur organisasi. Aris, yang di Instagram populer lewat akun @komiksiomet, didapuk menjadi ketua organisasi ini.

Menurut Aris, selama ini mereka aktif menggelar kegiatan di Pekanbaru. Setiap bulan mereka mengadakan workshop menggambar atau membuat komik. "Karena yang bergabung dengan kami ada juga yang masih belajar menggambar, jadi kami saling berbagi ilmu." Kegiatan workshop rutin itu, ujar dia, juga bertujuan melatih public speaking para anggota komunitas. "Supaya lancar kalau ngomong di depan banyak orang."

Selain memamerkan karya melalui media sosial, para anggota komunitas rutin menggelar pameran sederhana. Biasanya, kata Aris, karya anggota Komik Riau dipajang di kawasan car-free day pada akhir pekan di Pekanbaru. "Kami belum punya markas tetap. Nomaden saja. Yang penting berkumpul dan saling berbagi." PRAGA UTAMA