Sastra Masuk Kurikulum tanpa Kanon
Akan lebih baik sastra masuk kurikulum tanpa “politik kanonisasi”. Kanonisasi buku sastra bermasalah dan cenderung menyesatkan.
SASTRA masuk kurikulum. Ini tentu kabar gembira bagi sastrawan—baik penyair, cerpenis, maupun novelis—yang merindukan karyanya dinikmati dan diapresiasi oleh siswa. Tetapi itu juga sekaligus “jebakan” bagi sastrawan yang karyanya tidak segmented untuk siswa. Kegembiraan itu bisa berubah menjadi kegaduhan yang kurang produktif.
Seperti kita lihat, ketika daftar buku yang harus masuk kurikulum (buku kanon) diumumkan, b
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini