maaf email atau password anda salah


Puisi Daviatul Umam dan A.W. Priatmojo

Daviatul Umam dan A.W. Priatmojo menulis puisi serta prosa yang disiarkan di berbagai media.

arsip tempo : 171427652042.

Menyajikan Timlo di Atas Meja Sejarah. tempo : 171427652042.

Daviatul Umam

Babad Amor Antonius

 

Ke Tarsus, ke bandar yang geletar

Sebeku rentang sepasang lenganmu

Bahtera Cleopatra menatah laut silam

Layar ungu memekarkan musim semi

Ombak berdenyar ditempa kelip berahi

 

Seperti panggung teater terapung

Dengan properti pesta makan malam

Kapal terus menempuh titik perjanjian

Lalu sauh mencengkeram relung temu

Dan ratu Mesir itu berlabuh ke dadamu

 

*

 

Ke Alexandria, ke kota yang juita

Pelayaran menggaris jalur peta baru

Gemawan menyusun diri sebagai puri

Sebelum mulut puyuh meniupnya

Menghempasmu dari gerbang istana

 

Hampir separuh windu berbagi jarak

Kau memulangkan kangen dari Roma

Memompa lakon lama di Antiokhia

Menyusuri Mediterania, tahun ke tahun

Kehampaan sembuh di musim gugur

 

*

 

Tetapi, Jenderal, puncak kebahagiaan

Nyaris menyentuh kedudukan baka

Octavianus menggelar medan perang

Raungan ajal sekali-sekali terdengar

Menyela di antara denting pedang

 

Tapi bukan perang yang mematikan

Kabar palsu itu membisikimu tiba-tiba

Dan kau hendak menyusul Cleopatra

Dengan sebilah senjata yang mesti

Bersarang di dalam tubuh tuannya

 

Sumenep, 2023

A.W. Priatmojo

Menyajikan Timlo di Atas Meja Sejarah

Aku menulis resep dengan warna kuning dari tahun 1742:

1. Membuat Kaldu

Harum rempah-rempah meniupkan perang. 

Mendatangkan badai kapal di sepanjang pelabuhan.

Bawang merah. Bawang putih. Lada. Kayu manis.

Bunga lawang. Merica. 

1740. Valckenier merebus Batavia dengan banyak

gula dan imigran. Air rebusan itu berubah merah dan

mengalir di sepanjang Kali Angke.

2. Rebus Sayur-sayuran

Air yang mendidih mengalir juga hingga Mataram.

Di dalam panci, mereka melihat orang-orang

Tionghoa dan Jawa bersatu seperti bahan makanan

\yang direbus bersama.

Sohun. Jamur kuping. Bunga sedap malam. Wortel. Kentang. 

Air yang mendidih di Kartasura, meledak sepanjang

Jawa. 

3. Penyajian

Api dipadamkan. Para Meneer telah kehilangan

mangkuknya. Wijkenstelsel memisahkan bahan

makanan dari panci dan air rebusannya.

Tapi sepanjang zaman, di dalam mangkuk kita,

mereka kembali bersama. Dan akan terus bersama.

Daviatul Umam, lahir dan tinggal di Sumenep, Madura. Menulis puisi dan prosa. Alumni Pondok Pesantren Annuqayah ini kini bergiat di Komunitas Damar Korong, Sumenep. Buku puisinya yang telah terbit bertajuk Kampung Kekasih (2019). 

A.W. Priatmojo, lahir di Bekasi, 23 April 1993. Salah satu puisinya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dimuat di Modern Poetry in Translation, majalah berbasis di UK. Kini tinggal di Solo dan aktif di Nyalanesia, startup pengembang program literasi di Indonesia. 

Konten Eksklusif Lainnya

  • 28 April 2024

  • 27 April 2024

  • 26 April 2024

  • 25 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan