maaf email atau password anda salah


Puisi Raudal Tanjung Banua

Raudal Tanjung Banua menulis puisi, cerpen, dan catatan perjalanan. Ia berdomisili di Yogyakarta.

arsip tempo : 172849054061.

Di Kedai Minum, Balige. tempo : 172849054061.

Raudal Tanjung Banua

Di Kedai Minum, Balige


Duduk melingkar di kedai minum

(Cuaca di luar mendukung, malu-malu mendung)

Mereka bernyanyi diiringi gitar berstiker Bob Marley

tanpa hasrat main reggae


Jemari stabil membawa selusin lebih 

lagu Pance. Dua orang bertempur

di papan catur. Yang lain main kartu

cukup bertaruh kesenangan

hidup sehari-hari. 


Bidak selalu jadi budak

bagi raja—benteng menolak melindunginya

"Skak!" celah benteng pun terbuka

Raja budug itu terpaku di tempatnya.


"Mati kau, balak tiga!" seiring kartu terbanting

dalam gelak tawa bidak jelata. 


Meneguk sisa tuak terakhir, gitar membawa 

mereka melipir sebentar lagi ke Gereja Tua 

Mengenang masa remaja Panbers Bersaudara

dan segala yang menghilang

tak tahu apa dan siapa ada di mana. 


Lalu sebelum sayonara mereka saling pandang

Menunggu yang mau maju ke meja kasir. 

Cukup lama suasana hening

dan tenang (biasa, mereka para penyair 

undangan festival, sesekali menyukai

keheningan). Sampai akhirnya 

seseorang berkata, "Sialan, aku dipalak panitia!"

Yang lain menyusul timpa-bertimpa, "Sama!"

"Bah!" atau "Kenak kita!"


Lalu sambil berangsur-angsur meraba saku

Mereka pun bantingan seperti saat bahagia

Membanting kartu menyumbang suara 

dalam lagu-lagu festival kedai minum 

yang barusan usai dirayakan.


2023

Nataru


mula-mula adalah dentang lonceng tembaga

yang tak kelihatan tangan-tangan penggereknya

bahkan menara runcing tempatnya bergantung samar karena semua 

berada di balik tirai kabut yang belum dibuka cahaya,

sehingga tak nampak satu pun yang bergerak kecuali desir angin 

dan suara lonceng yang terus berdentang memecah keheningan. 


sampai perlahan melambat, sisa gema merayap, 

seolah penggerek kecapaian, tapi tidak,

itu ternyata semacam tindak segalanya akan dimulai:

cahaya perlahan datang dari celah gunung menyingkap tabir panggung

dan berkilaulah danau yang tenang, di tepinya, nun, tegak sebuah gereja

seperti kue tart di tubir meja ulang tahun dengan sepasang menara lilin

entah berupa angka berapa dan jalan setapak serupa pisau

memotong lewat di halamannya menuju danau. 


sementara cahaya menggenang menyepuh batu-batu dan cemara gunung 

ngungun di tepi-tepi kebun sawi dan kol, menunggu tepat pukul 00, 

di mana danau akan meriap mengucapkan selamat tahun baru

wahai, Waktu, segalanya berakhir dan bermula 

di batas sini—maka lonceng berdentang lagi sekali 

mengayun siklus tapal batas: Usia terbagi antara Desember-Januari 

tapi jalanan selalu macet menuju rumahMu. 

/Toba-Yogya, 2023

Raudal Tanjung Banua mengelola Komunitas Rumahlebah dan Akar Indonesia di Yogyakarta. Buku mutakhirnya Kota-kota Kecil yang Diangan dan Kujumpai (2018) serta Cerita-cerita Kecil yang Sedih dan Menakjubkan (2020).

Konten Eksklusif Lainnya

  • 9 Oktober 2024

  • 8 Oktober 2024

  • 7 Oktober 2024

  • 6 Oktober 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan