Puisi Andi Wirambara dan Khanafi
Andi Wirambara dan Khanafi
Andi Wirambara
Vereveniampetere : Telaga
usai turun dari gondola, kau mengajakku
menaiki perahu di muka telaga
aku tak mungkin menolak permintaanmu, sebab aku
telah benar-benar selemah-lemahnya pinggiran roti
dalam gigitan, yang pada titik heningnya
hanya akan menjadi potongan cuil dan cuih
yang kau tebar pun lemparkan
setiap berpapasan dengan angsa-angsa
pada jengkal-jengkal dayungan perahuku
hingga perlahan rindu menghilang di balik jembatan
di perahu kita, seekor kucing tidur melingkar di ujungnya
berwarna putih, merasa dirinya adalah angsa-angsa
yang sejak tadi kau sapa, sembari ia mengeong malas
menyaksikan ikan-ikan dan kepedihan meriak ke permukaan
di tengah telaga, kuhentikan perahu kita
memandangi bebatuan dan baris-baris pohon di tepian
hingga menyadari bahwa kau tidak benar-benar di perahu
benar-benar tidak mengarungi telaga bersamaku
sebab bayangmu kian melamur
dan aku hanya mampu melamun
mengartikan sayup-sayup suaramu yang terbawa
angin dari pinus-pinus yang ranggas
mengartikan kata demi kata darimu
yang kian lirih oleh dengkur kucing
(2023)
Khanafi
Hening
: Cage
seberapa panjang
diam itu berjaga
berbicara detak jantung
seperti kota
pengungsi tiba
& kau dengar
detik jatuh di kejauhan
bersama tangis bayi
seperti benda
atau langit itu
pekat & biru
bersuara pada jendela
kau dengar
dirimu bergetar
pulang dari perang
ada pertanyaan yang
tak sempat kau jawab
mungkin itu soal cinta
atau kematian
atau mungkin …
Andi Wirambara, lahir di Ambon pada 24 September dan berdomisili di Malang. Aktif menulis puisi, cerpen, dan tulisan lainnya. Ia telah melahirkan empat buku kumpulan puisi dan kumpulan cerpen. Berkecimpung dalam dunia praktisi hukum.
Khanafi, lahir di Banyumas, Jawa Tengah. Menulis puisi, cerpen, dan esai, serta sesekali melukis. Buku puisinya berjudul Akar Hening di Kota Kering (2021) dan Bunga Bengkok di Dadamu (2023). Tinggal di Yogyakarta dan bekerja sebagai editor lepas, penerjemah bebas, dan penjual buku-buku lawas.