maaf email atau password anda salah


Myanmar di Ambang Jurang

Krisis Myanmar semakin gawat. Jutaan orang kesulitan mengakses layanan dasar. Perlu perhatian komunitas internasional.

arsip tempo : 172661289829.

Ilustrasi: Tempo/Kuswoyo. tempo : 172661289829.

SEBANYAK 18,6 juta orang di Myanmar berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, termasuk akses ke layanan kesehatan. Situasi kemanusiaan di Myanmar semakin genting dibanding sebelumnya, tapi komunitas internasional justru memilih untuk tidak bertindak dan mengalihkan perhatiannya ke tempat lain.

Selama ini, saya telah menyaksikan krisis di Afrika dan Timur Tengah yang disebabkan oleh konflik dan pengungsian berskala besar. Namun kunjungan saya baru-baru ini ke Myanmar memberikan sudut pandang yang berbeda tentang krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung. Akibat perang saudara yang terus memanas, sebagian besar wilayah negara ini berada dalam kekacauan, dan sepertiga penduduknya sangat membutuhkan bantuan darurat.

Tiga juta orang dipaksa mengungsi untuk mencari tempat yang aman dari kekerasan. Seperti yang dikatakan seorang warga kepada petugas dari Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas, "Ribuan orang mencoba mengungsi, tapi banyak yang terbunuh atau terluka. Kekerasan masih terus berlangsung."

Pada awal Agustus 2024, di Bangladesh tim MSF—organisasi medis kemanusiaan internasional dan independen—menerima lebih banyak warga Rohingya yang terluka, 40 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, yang terpaksa mengungsi dari Myanmar karena kekerasan.

Di Myanmar sendiri, MSF telah beroperasi selama lebih dari 30 tahun untuk memberikan berbagai layanan kesehatan, dari layanan kesehatan dasar, pengobatan HIV, hingga layanan kesehatan mental. Setelah militer mengambil alih kekuasaan pada 2021, tim kami di lapangan menyaksikan konflik yang semakin parah dan berdampak pada kesehatan masyarakat karena ribuan tenaga medis terpaksa berhenti bekerja.

Ketidakamanan dan kekerasan yang meluas, serta hambatan administratif, mempersulit pengiriman pasokan dan akses bantuan kemanusiaan. Akibatnya, layanan kesehatan yang tersedia di negara tersebut menjadi semakin terbatas.

Di Yangon, kota terbesar di Myanmar, Dokter Lintas Batas memberikan dukungan kepada satu-satunya rumah sakit tuberkulosis (TB) yang masih beroperasi. Di sana, hampir 50 persennya merupakan pasien TB yang kebal terhadap obat. Namun pembatasan bantuan kemanusiaan oleh pihak berwenang berdampak serius pada kapasitas rumah sakit untuk beroperasi seperti sebelumnya.

Beberapa bangsal rumah sakit telah ditutup dan peralatan belum diganti. MSF juga khawatir akan kondisi pasien TB/HIV di Shan Utara dan Kachin yang telah diserahkan kepada program TB nasional karena setiap gangguan dalam pengobatan mereka dapat menyebabkan resistansi atau memburuknya kondisi mereka.

Di Yangon, saya bertemu dengan relawan MSF dari komunitas etnis Rohingya yang berjalan kaki berhari-hari untuk menghindari kekerasan yang terus meningkat di Buthidaung, Negara Bagian Rakhine. Warga sipil terjebak di tengah-tengah konflik, terkena peluru nyasar, dan harus menghadapi serangan membabi buta. Rumah dan harta benda mereka hancur akibat kebakaran hebat.

Banyak warga sipil harus berulang kali mengungsi, sementara para pria takut akan perekrutan paksa dari semua pihak yang bertikai. Pada 10 Agustus 2024, tim MSF di Bangladesh merawat 50 pengungsi Rohingya yang terluka akibat perang, termasuk 18 anak-anak, yang tiba dari Myanmar. Lonjakan jumlah korban luka-luka akibat kekerasan, termasuk luka-luka akibat peluru mortir dan luka tembak, menunjukkan semakin parahnya krisis kemanusiaan di Rakhine.

Maraknya kekerasan di Negara Bagian Rakhine, Kachin, dan Shan sejak akhir 2023 juga berdampak besar pada kegiatan medis MSF. Kantor dan apotek kami di Buthidaung, Rakhine, dibakar pada April 2024. Akibatnya, obat-obatan penting di dalamnya banyak yang hancur.

Gagalnya gencatan senjata yang ditengahi pada November 2022 menyebabkan penurunan jumlah pasien konsultasi rawat jalan MSF di Rakhine. Jumlahnya merosot dari 6.684 pada September 2023 menjadi hanya 81 pada Maret 2024. Kami juga telah memperingatkan risiko peningkatan kematian ibu dan bayi sejak 2023 akibat berbagai hambatan dalam layanan kesehatan.

Seperti halnya kebanyakan organisasi kemanusiaan lain, MSF tidak dapat menyediakan layanan kesehatan dasar bagi masyarakat di wilayah yang dikuasai oleh kelompok etnis bersenjata karena adanya pembatasan pergerakan yang ditetapkan oleh pihak berwenang.

MSF sebelumnya memiliki 25 klinik keliling di Rakhine, tapi kegiatan ini telah berhenti dalam delapan bulan terakhir karena konflik. Ketika saya mengunjungi Sittwe, tim kami baru saja menerima izin perjalanan untuk mengunjungi sedikitnya satu daerah dan telah berhasil menangani beberapa pasien.

Ratusan pasien, termasuk ibu hamil dari komunitas Rohingya dan Rakhine, datang ke klinik kami untuk mendapatkan layanan kesehatan dasar. Kembalinya kegiatan ini hanyalah sebagian kecil dari kebutuhan medis masyarakat di sana. Namun masih ada kebutuhan medis dan kemanusiaan lainnya yang belum terpenuhi di wilayah lain di Rakhine dan negara ini.

Dokter Lintas Batas menjaga netralitas dan ketidakberpihakan atas nama etika medis universal dan hak atas bantuan kemanusiaan. Kami bertujuan untuk memberikan kebebasan penuh dan tanpa hambatan dalam menyediakan perawatan medis bagi mereka yang membutuhkan. Namun banyaknya tantangan di Myanmar mempersulit kami untuk menjangkau mereka yang paling membutuhkan bantuan.

Situasi kemanusiaan di Myanmar semakin genting. Berbagai upaya diplomatik dari Jepang, Cina, India, serta Thailand dan negara-negara ASEAN lain sangat diperlukan untuk membantu organisasi-organisasi kemanusiaan menjangkau kembali mereka yang membutuhkan.

Selain itu, semua pihak yang terlibat dalam konflik harus melindungi warga sipil dan fasilitas medis. Derita 18 juta rakyat Myanmar yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, termasuk akses ke layanan kesehatan, tidak boleh diabaikan.

Redaksi menerima tulisan opini dari luar dengan syarat: panjang sekitar 5.000 karakter (termasuk spasi) atau 600 kata dan tidak sedang dikirim ke media lain. Sumber rujukan disebutkan lengkap pada tubuh tulisan. Kirim tulisan ke e-mail: pendapat@tempo.co.id disertai dengan foto profil, nomor kontak, dan CV ringkas.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 17 September 2024

  • 16 September 2024

  • 15 September 2024

  • 14 September 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan