Kaum Tionghoa dan Penerbitan Buku
Heri Priyatmoko,
MAHASISWA PASCASARJANA SEJARAH FIB UNIVERSITAS GADJAH MADA
Ada hal penting yang terlupakan dalam momentum perayaan Imlek kemarin (juga tahun-tahun sebelumnya), yaitu tiada upaya untuk mengenang kembali dua tokoh Tionghoa yang berkecimpung di dunia literasi. Mereka adalah Kho Ping Hoo (selanjutnya disingkat KPH) dan Tan Khoen Swie (disingkat TKS). Kedua figur yang meramaikan jagat pustaka di Indonesia ini terlewatkan begitu saja saban Imlek menyapa. Perlu diketahui, sepasang tokoh hebat tersebut merupakan fakta sejarah yang mampu menangkis "tuduhan" bahwa kaum Tionghoa absen mencerdaskan bangsa lewat penerbitan, cuma sibuk bisnis kain, bahan kebutuhan pokok, dan barang teknologi.
Riwayat dan andil KPH serta TKS terkunci rapat dalam almari sejarah. Sesekali terdengar samar-samar dari mulut generasi tua. Itu pun sebatas obrolan ngalor-ngidul. Berani sumpah, generasi muda pasti bakal geleng kepala ketika ditanya siapa dan bagaimana kiprah KPH dan TKS. Jangan salahkan mereka bila tidak paham. Biografi kedua figur ini tergelincir dari lembaran sejarah Nusantara. Kita bakal menjumpai kesulitan manakala ingin mengais informasi sekarung perihal pribadi KPH dan TKS, sekalipun di hadapan kita adalah buku babon Sejarah Nasional Indonesia dan catatan setebal bantal tentang etnis Tionghoa dalam pusaran politik karangan Benny G. Setiyono.
Heri Priyatmoko,
MAHASISWA PASCASARJANA SEJARAH FIB UNIVERSITAS GADJAH MADA
Ada hal penting yang terlupakan dalam momentum perayaan Imlek kemarin (juga tahun-tahun sebelumnya), yaitu tiada upaya untuk mengenang kembali dua tokoh Tionghoa yang berkecimpung di dunia literasi. Mereka adalah Kho Ping Hoo (selanjutnya disingkat KPH) dan Tan Khoen Swie (disingkat TKS). Kedua figur yang meramaikan jagat pustaka di Indonesia ini terlewatkan begitu saja s
...
Berlangganan untuk lanjutkan membaca.
Kami mengemas berita, dengan cerita.
Manfaat berlangganan Tempo Digital? Lihat Disini