BUDAPEST – Tato bergambar kepala singa di lengan kiri Adam Peaty itu membuat dia terlihat paling menonjol di antara perenang lainnya saat melakukan lompatan start. Bukan hanya gayanya, prestasi perenang Inggris itu juga benar-benar mengguncang dunia renang.
Hanya sepekan setelah memecahkan rekor dunia gaya dada 100 meter, ia kembali memperbaiki rekornya sendiri di nomor bergengsi itu pada malam terakhir Liga Renang Internasional (ISL), di Budapest, Hungaria, Senin lalu. Rekor tercepat itu akan menjadi persiapan yang bagus untuk menghadapi Olimpiade Tokyo yang bakal digelar pada Juli-Agustus 2021.
“Saya mencoba menggunakan energi saya untuk mendapatkan kemampuan renang terbaik yang saya bisa,” kata peraih medali emas di nomor 100 meter gaya dada Olimpiade Rio 2016 itu. “Saya masih butuh belajar. Tapi saya pikir saya berada di tempat yang sangat baik untuk menjalani musim yang panjang menuju Olimpiade.”
Setelah Liga Renang Internasional yang diikuti para perenang top dunia bersama klubnya itu berakhir, Peaty akan kembali ke pusat latihan yang panjang di London untuk menghadapi Olimpiade Tokyo. Pada saat yang sama, Peaty prihatin atas regenerasi perenang yang terganggu lantaran pemerintah Inggris kembali melakukan karantina wilayah akibat wabah Covid-19 kembali merebak.
Pemerintah Inggris kembali menerapkan lockdown selama empat minggu sejak 5 November hingga 2 Desember mendatang menyusul meningkatnya jumlah kasus virus corona. Dengan protokol penanganan Covid-19 yang ketat tersebut, semua kolam renang juga ikut ditutup. Artinya, tidak ada pelajaran renang di sekolah, yang menjadi bagian dari kurikulum nasional.
Kebijakan itu, menurut Peaty, akan membuat masa depan cabang renang di Inggris suram. Saat ini, hanya perenang elite Olimpiade yang bisa berlatih. Sedangkan perenang muda yang akan menjadi atlet pada masa depan tidak bisa berlatih.
“Satu-satunya kekhawatiran saya adalah kami akan kehilangan satu generasi atlet renang,” kata Peaty. “Orang-orang akan kembali mengunci diri tanpa melakukan aktivitas apa pun selama sebulan, termasuk kegiatan di gym. Mereka harus berlatih di luar ruangan.”
Kondisi itu, menurut Peaty, juga akan terjadi pada cabang olahraga lainnya. Jika pemerintah tidak berhati-hati, kata dia, akan muncul generasi anak-anak yang tidak suka berolahraga, yang mengakibatkan berkurangnya atlet-atlet berbakat di Olimpiade nanti. “Ini sangat memprihatinkan,” kata perenang dari tim London Roar itu.
Adapun dalam Liga Renang Internasional yang berlangsung di kolam renang berukuran pendek (25 meter), pekan lalu, Peaty dua kali memecahkan rekor dunia gaya dada 100 meter. Pertama, ia memecahkan rekor yang telah bertahan selama 11 tahun milik Cameron van der Burgh, yakni 58,46 detik. Tapi Peaty berhasil berenang lebih cepat dengan catatan waktu 55,49 detik. Berselang sepekan, pada malam terakhir, ia kembali mempertajam catatan waktunya dengan 55,41 detik.
Tak hanya Peaty yang menjadi bintang dalam liga renang tersebut. Perenang Amerika, Caeleb Dressel, juga memecahkan rekor di nomor gaya ganti perorangan 100 meter dalam waktu kurang dari 50 detik. Seperti Peaty, Dressel dalam waktu sepekan bisa memangkas enam persepuluh dari rekornya, dari 49,88 detik dengan rekor terbaik 49,28 detik pada malam terakhir.
Perenang berusia 24 tahun yang membela tim juara Cali Condors itu memecahkan rekor milik perenang Rusia, Vladimir Morozov, dengan catatan waktu terbaik 50,26 detik pada 2018.
Ada sejumlah tim renang dunia yang tampil dalam Liga Renang Internasional tersebut, termasuk Energy Standard, Cali Condors, LA Current, dan London Roar, yang mencapai putaran final. Para atlet berlomba dengan protokol kesehatan Covid-19, dengan sistem gelembung dan secara reguler menjalani tes corona.
SWIMSWAM | SWIMMAGAZINE | DAILYMAIL | NUR HARYANTO
Keprihatinan Peaty