Manchester – Liburan yang hancur lebur. Niatnya bersenang-senang, yang didapat Harry Maguire malah sebaiknya. Di Hermoupolis, Yunani, pemain berumur 27 tahun itu menginap gratis dua malam di penjara.
Semua gara-gara peristiwa yang terjadi pada Kamis malam lalu. Dia diberitakan berkelahi. Apesnya, yang diserang adalah polisi.
Di sebuah bar di Mykonos, Yunani, bek termahal di dunia itu menghabiskan malam bersama beberapa temannya. Berbotol-botol minuman beralkohol tandas malam itu.
Tepat tengah malam, setelah bar tutup, mereka bubar. Aturan di sana membatasi waktu operasi tempat hiburan akibat pandemi corona.
Saat itulah tiba-tiba datang sekelompok turis yang disebut berasal dari Inggris juga. Seketika setelah melihat wajah Maguire, mereka bikin ulah.
“Mereka menyebut Maguire sebagai pemain dari klub sampah. Lalu mereka menyanyikan lagu tentang Bencana Munich,” kata seorang saksi.
Munich Disaster adalah kecelakaan pesawat yang menewaskan para pemain Manchester United pada 1958. Darah Maguire dan dua temannya langsung mendidih.
Terlebih, Daisy, adik Harry, dikabarkan terkena benda tajam pada tangannya. Tak ayal lagi, keributan pun terjadi. Tapi sialnya, mereka malah berhadapan dengan petugas yang bermaksud melerai.
Yang terjadi kemudian, mereka digelandang ke kantor polisi. Bahkan sempat tersiar kabar bahwa salah satu dari mereka mencoba menyogok polisi agar mereka terhindar dari ancaman hukuman di negeri itu.
Menyerang petugas memang berbahaya. Pelakunya bisa terancam hukuman 3 tahun penjara. Karier Maguire seketika akan musnah.
Sabtu lalu, di pengadilan, Maguire menyatakan tidak bersalah. Kemarin, dengan menggunakan jet pribadi, kapten tim berjulukan The Red Devils itu pulang ke Manchester.
Namun semua itu hanyalah awal dari perjalanan berikutnya bekas pemain Leicester City itu. Di negerinya, dia akan menghadapi masalah lain.
Pertama, tentu saja dari klubnya, Manchester United. Manajer Ole Gunnar Solskjaer tidak akan berdiam diri. Meski sang kapten dinyatakan tidak bersalah, pemberitaan tentang Maguire telah mencoreng nama klub.
Selama ini, Maguire memang dikenal sebagai sosok pemain sepak bola profesional. Tipe pemain yang jauh dari amarah, tenang, dan memberi pengaruh positif kepada pemain lain.
Brendan Rodgers, manajer Leicester, menyebut perilaku Maguire di klubnya sebagai seorang lelaki sejati. Hal itu terjadi karena Maguire bisa berlaku dengan baik kepada orang-orang di sekelilingnya saat dibeli Manchester United pada awal musim lalu.
Menjadi kapten merupakan cita-citanya. Menjelang kepindahannya ke Manchester United, dia selalu bercerita kepada kawan-kawan dekatnya perihal keinginannya itu. “Dia ingin menjadi panutan,” kata seorang rekannya.
Keinginannya itu pun tercapai. Manajer Solskjaer kemudian membelitkan ban kapten di lengan kirinya. Maguire menjadi kapten Manchester United.
Kini, Solskjaer akan melihat semua peristiwa yang dijalani Maguire. Pemain yang dijuluki Slabhead--kepala besar--itu tentu akan menghadapi “sidang” dengan klubnya.
Bisa jadi Solskjaer memaafkannya. Namun segalanya sudah berubah. Paling tidak, Solskjaer akan mengingatkan Maguire tentang tanggung jawabnya sebagai kapten dan figur sebagai pemain klub itu.
Sedikit berbeda dengan Gareth Southgate. Manajer tim nasional Inggris ini terkenal dengan sikapnya yang keras terhadap ulah pemainnya. Tanpa ragu, dia bisa mencoret pemainnya saat mereka berlaku negatif.
Sudah banyak contohnya. Dia mencoret pemain Manchester City, Raheem Sterling, setelah terlibat keributan kecil dengan Joe Gomez, pemain Liverpool, dalam latihan menjelang laga melawan Montenegro, November tahun lalu.
Tindakan tegas lainnya menimpa James Maddison, yang kedapatan bermain di kasino. Kemudian tindakan tegas juga diberlakukan pada Kyle Walker dan Jack Grealish yang melanggar aturan lockdown di negeri itu.
Apakah hal yang sama akan menimpa Maguire? Apakah Southgate akan memilih Maguire dan memberinya kesempatan untuk menambah 26 caps? Bisakah dia sekarang memilihnya?
Hasilnya akan terlihat besok saat Southgate akan mengumumkan anggota skuad Inggris dalam Liga Antarnegara melawan Islandia dan Denmark. Kali ini, tak mudah bagi Maguire.
Siapa pun tahu bahwa dosa Maguire lebih berat ketimbang kesalahan para pemain yang dicoret sebelumnya. Menyerang petugas, bahkan sempat ditahan, bukanlah cerminan yang bagus untuk skuad asuhan Southgate.
IRFAN BUDIMAN | GUARDIAN | DAILYMAIL