JAKARTA -- Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat berencana membentuk tim investigasi tanah longsor di Ciwidey, Bandung. Langkah ini diambil karena tragedi itu diduga tak sepenuhnya merupakan bencana alam.
Kepala Kepolisian Resor Bandung Ajun Komisaris Besar Imran Yunus mengaku sudah mendengar rencana pembentukan tim investigasi itu. "Namun kami akan berkonsentrasi pada tindakan tanggap darurat dulu, terutama pencarian jasad korban," ujarnya di lokasi bencana kemarin.
Selasa pagi lalu, tanah longsor menimbun permukiman di perkebunan teh Dewata di Kampung Cimeri, Desa Tenjolaya, Ciwidey, Kecamatan Pasirjambu. Kosasih, Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Pasirjambu, mengatakan korban yang hilang dan diduga tertimbun tanah longsor sebanyak 53 orang dari sebelumnya dilaporkan 42 orang. "Dari jumlah itu, baru 26 jasad ditemukan," ujarnya kemarin. "Kami masih mendata dan merekap data yang diterima setiap pagi dari lokasi," dia menambahkan.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono yang mengatakan investigasi harus dilakukan pada bencana Ciwidey itu. "Tim investigasi perlu dibentuk, mungkin (terdiri atas) kepolisian," katanya setelah mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat di Istana Negara, Kamis lalu.
Menurut Agung, yang mendampingi Wakil Presiden Boediono mengunjungi lokasi tanah longsor pada Rabu lalu, ada kemungkinan kesalahan manusia (human error) dalam peristiwa tersebut. "Semuanya kebun teh, (bisa jadi) akibat penggundulan hutan," katanya. "Jika ternyata ada faktor kesalahan perusahaan, perusahaan tersebut harus bertanggung jawab."
Namun pendapat berbeda disampaikan Menteri Sosial Salim Segaf Aljufri. Menurut dia, tim investigasi tak perlu dibentuk karena kasus tanah longsor di Ciwidey tersebut murni bencana alam. Ia mengatakan perusahaan teh itu sudah puluhan tahun memanfaatkan lahan di sana. "Tidak mungkin perusahaan mencari masalah dengan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja," kata Salim di Istana Negara.
Pendapat serupa diungkapkan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Teguh Kustianto, Direktur PT Chakra Perkebunan Teh Dewata, yang mengelola kawasan itu. "Betul-betul ini adalah bencana alami, tidak ada akibat manusia," kata Heryawan di Bandung, Rabu lalu.
Selain menyebabkan puluhan nyawa melayang, tanah longsor itu membuat Kampung Gunung Maud dan Karang Tengah nyaris terisolasi dari dunia luar. Hal itu terjadi karena jalan desa menuju kedua kampung tersebut tertimbun material longsor. Di Gunung Maud terdapat 93 keluarga, sedangkan di Karang Tengah belum diketahui jumlahnya. "Masih dalam pendataan," ujar Kepala Polres Imran.
Ia menambahkan, tim gabungan dari polisi dan sukarelawan sudah dikirim ke Gunung Maud dan Karang Tengah. "Bantuan bahan pangan, seperti mi instan, juga sudah dikirim ke sana," katanya. DWI RIYANTO | ALWAN RIDHA | ERIK P HARDI | DWI WIYANA