JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengumumkan metode baru pengganti ujian nasional (UN) dan ujian sekolah berstandar nasional (USBN), yakni asesmen nasional. Kementerian menyatakan fungsi asesmen nasional adalah memetakan kualitas pendidikan di Indonesia.
Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Evi Mulyani, mengatakan Kemdikbud mempersiapkan instrumen yang tepat agar dapat menuai data yang menggambarkan potret nyata kondisi di lapangan. “Hasil asesmen nasional kemudian digunakan sebagai landasan upaya peningkatan kualitas pendidikan,” kata dia saat dihubungi Tempo, kemarin.
Evi menuturkan, asesmen nasional bertujuan menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter murid. Asesmen nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut.
Kemdikbud juga sudah mulai mensosialisasi asesmen nasional kepada para pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Direncanakan asesmen nasional dilaksanakan pada Maret 2021 untuk tingkat kelas VIII SMP/MTs dan kelas XI SMA/MA/SMK. Sedangkan untuk jenjang kelas V SD/MI, akan digelar pada Agustus 2021.
Pada 11 Desember 2019, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengumumkan UN diganti dengan asesmen kompetensi minimum dan survei karakter. Pada 7 Oktober 2020, ia kembali menyampaikan hal ini. “Asesmen nasional terdiri atas asesmen kompetensi minimum atau AKM, survei karakter, dan survei lingkungan belajar,” kata dia, 7 Oktober lalu.
AKM dirancang mengukur capaian murid dari hasil belajar kognitif, yaitu literasi dan numerasi. Survei karakter dirancang untuk mengukur capaian murid dari hasil belajar sosial-emosional berupa pilar karakter untuk mencetak profil pelajar Pancasila. Terakhir adalah survei lingkungan belajar untuk mengevaluasi dan memetakan aspek pendukung kualitas pembelajaran di lingkungan sekolah.
Asesmen nasional tidak menentukan kelulusan karena diberikan kepada murid yang tak berada di akhir jenjang satuan pendidikan. Hasil asesmen nasional tidak akan memuat skor ataupun nilai peserta didik secara individual. Uji coba akan dilakukan satu bulan sebelum pelaksanaan asesmen dengan mekanisme geladi bersih.
Dalam lembar tanya-jawab mengenai asesmen nasional di situs Kemdikbud, ditulis bahwa tidak ada pelatihan guru terkait dengan persiapan asesmen. Pemerintah beralasan asesmen memotret kompetensi kecakapan yang tidak dapat di-drilling dan diajarkan melalui bimbingan belajar. “Sangat penting dipahami oleh guru, kepala sekolah, murid, dan orang tua bahwa asesmen nasional untuk 2021 tidak memerlukan persiapan khusus, yang justru jadi beban psikologis bagi murid,” ujar Nadiem.
Senada dengan Nadiem, Koordinator Nasional Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim mengatakan asesmen ini tidak boleh menjadi beban bagi sekolah dan siswa. Ia menyatakan hal ini harus dianggap sebagai hal biasa seperti ujian penilaian harian. Karena bukan penentu kelulusan, asesmen nasional ia harap tidak dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan atau sakral seperti UN.
Selain itu, ia menyampaikan bahwa para guru perlu diberi pelatihan karena mereka harus membiasakan pembelajaran kepada siswa untuk menguatkan literasi dan numerasi dalam pembelajaran. “Jangan sampai kayak UN lagi nanti, antara soal dan pembelajaran beda. Gurunya selama PJJ (pembelajaran jarak jauh) harus bisa ke sana arahnya,” ucap dia saat dihubungi Tempo, kemarin.
Satriwan meminta kepada pemerintah agar asesmen nasional tidak dijadikan satu-satunya alat untuk memotret kualitas pendidikan. Ia berujar, terdapat cara lain yang juga dapat memotret kualitas yang bisa menggambarkan pembelajaran di sekolah yang dianggapnya lebih komprehensif, yakni akreditasi sekolah.
Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia, Heru Purnomo, mengatakan guru perlu diberi pelatihan berbasis higher order thinking skill (HOTS), yang selama ini sudah dikenal guru-guru di Indonesia tapi belum sepenuhnya bisa dikondisikan kepada siswa. Ia menilai kondisi pembelajaran jarak jauh cukup menyulitkan guru juga dalam hal pembelajaran. “Bagaimana nanti siswa hadapi itu di bulan Maret nanti, situasi sedang PJJ daring dan luring,” tuturnya saat dihubungi, kemarin.
DIKO OKTARA
Menata Instrumen Pengganti Ujian Nasional