JAKARTA -- Rizal Ramli, Menteri Koordinator Perekonomian pada pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, mengatakan salah satu kendala terbesar yang dihadapi Kejaksaan Agung dalam mengusut kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah banyaknya dokumen yang hilang.
Hilangnya dokumen kemungkinan besar terjadi saat gedung Bank Indonesia terbakar beberapa waktu lalu. "Di sana banyak dokumen terbakar," kata Rizal kepada wartawan setelah memberikan keterangan selama lima jam kepada jaksa penyelidik kemarin. "Namun, yang paling tahu soal kemungkinan hukumnya itu penyidik."
Rizal hadir di Gedung Bundar berbalut kemeja putih, jas hitam lengkap dengan dasi merahnya. Rizal tiba pada pukul 10.45 WIB. Pada 11 Desember 2007, ia sempat dipanggil kejaksaan, tapi dibatalkan karena suatu alasan.
Sebagai pakar ekonomi, ia mengaku siap membantu Kejaksaan Agung memecahkan masalah BLBI. Menurut Rizal, kasus BLBI menjadi rumit bukan semata banyak dokumen yang hilang, melainkan juga karena peristiwanya telah lama terjadi.
Sebagai ekonom, Rizal menilai yang paling bertanggung jawab dalam kasus BLBI adalah International Monetary Fund (IMF). Sebab, lembaga itu telah memaksa penutupan 16 bank pada November 1997 tanpa persiapan memadai.
Akibatnya, terjadi penarikan dana nasabah secara besar-besaran dalam waktu bersamaan. "Rupiah pun anjlok. Kalau ditanya kenapa ada dana BLBI yang besar, itu terkait dengan usul IMF menutup 16 bank tanpa persiapan yang memadai," ujar dia.
Sementara itu, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Kemas Yahya Rahman sebelumnya menegaskan tim jaksa yang menangani kasus BLBI masih terus bekerja. Dia berharap kasus ini bisa rampung pada Februari 2008.
Saat ini Kejaksaan Agung tengah menyelidiki dua kasus BLBI serta mengajukan peninjauan kembali atas kasus Bank Bali dengan terpidana mantan Gubernur Bank Indonesia Syahril Sabirin. Sandy Indra Pratama