"Zap, zap, zap... Oh yeah!"
Petikan lagu What A Wonderful World itu diucapkan musisi jazz Bill Saragih dengan lirih. Para pengunjung Bugs Cafe Pondok Indah, Jakarta Selatan, pada 12 Mei 2001 silam pun menirukannya dengan serempak. Lantas, Darma Purba menyelesaikan nyanyian lagu yang biasanya dibawakan Bill Saragih tersebut dengan iringan keyboard dan sesekali permainan saksofon oleh Embong Raharjo.
Lagu itu dipersembahkan secara khusus dalam pergelaran bertajuk "A Charity for Bill Saragih". Ketika itu, Bill Saragih memang sudah terkena stroke dan diabetes. Para musisi pun menggelar malam dana untuk kesembuhan Bill. Selama beberapa tahun, Bill akhirnya mampu berjuang melawan sakitnya.
Namun, kemarin, Bill telah berpulang sekitar pukul 11.00 WIB di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta. Bill, yang terserang stroke, mengembuskan napas terakhirnya di usia 75 tahun. "Kondisi almarhum telah menunjukkan masa kritis sejak 8 Januari lalu," ujar Adik ipar Bill, Maghdalena, kepada Tempo melalui saluran telepon kemarin.
Menurut Maghda, tidak ada pesan terakhir yang disampaikan Bill menjelang detik terakhir kematiannya. "Bill tidak bilang apa-apa. Dia hanya mengangguk-anggukkan kepala saja kalau ditanya," ujarnya.
Jenazah Bill kemarin siang dipulangkan ke kediamannya di Taman Rempoa Indah Blok D Nomor 24, Jakarta Selatan. Rencananya, dan akan dimakamkan di pemakaman Kalibata, Jakarta Selatan. "Ini baru rencana dan bisa saja berubah, keputusannya akan diambil malam ini (tadi malam) lewat rapat keluarga besar," kata Maghda. Ketika ditanya kapan jenazah akan dikuburkan, Maghda pun belum mengetahuinya.
Sebelum dirawat di RS Fatmawati, Bill sempat mendapat perawatan di RS Internasional Bintaro. Penyakit stroke yang merenggut nyawanya itu telah hinggap sejak 2000 lalu.
Meski terkena stroke, lelaki yang mahir bermusik sejak umur delapan tahun ini masih sempat dan kuat pentas di atas panggung. Musisi jazz Riza Arshad tak pernah melupakan senda gurau dengannya di belakang panggung. Saat itu, Bill baru selesai memamerkan kebolehannya memainkan alat musik dalam hajatan Jazz Go To Campus. Acara yang dihelat sekitar 2002-2003 ini memberi kesan tersendiri di hati Riza.
"Waktu turun dari panggung, dia nekat loncat ke tanah," ujarnya. Terang saja, kakek yang suka melucu ini langsung tersungkur jatuh. "Wah, gue udah nggak kuat, nih," ujar Riza menirukan ucapan Bill. Saat itu, penyakit stroke-nya masih mampu dilawan. "Saya salut dengan kondisi sakit, om Bill masih bersemangat menghibur orang," ujarnya.
Bill identik dengan musik Jazz. Dalam perjalanan musik negro hingga saat ini, Bill seperti tak tergantikan. "Menurut saya, belum ada Bill Saragih junior di kancah musik jazz Tanah Air," ujar Riza. Mungkin saja, dia melanjutkan, sosok penghibur seperti Bill memang kini kurang laku. AGUSLIA HIDAYAH
Tak Lari dari Musik
Bill Amirsjah-Rondahaim Saragih atau Bill Saragih lahir di Sindar Raya, Simalungun, Sumatera Utara, pada 1 Januari 1933. Sejak usia delapan tahun, dia sudah mahir memainkan piano. Hidupnya pun seperti tak pernah lari dari dunia musik.
NUR HIDAYAT | PERBAGAI SUMBER