JAKARTA – Pemerintah DKI Jakarta telah bersiap menyiapkan tempat pengungsian bagi korban banjir di Ibu Kota. Jumlah lokasi pengungsian yang disiapkan pada tahun ini lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sebab, ancaman banjir datang di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).
Pelaksana tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta, Sabdo Kurnianto, mengatakan lokasi pengungsian itu tersebar di lima kota. “Kami siapkan dua sampai tiga kali lipat lebih banyak dari sebelumnya,” tuturnya, kemarin.
Persiapan itu perlu dilakukan segera karena, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Jakarta bakal diguyur hujan lebat pada akhir Januari ini. Dampaknya, Ibu Kota berpotensi diterjang banjir.
Sabdo menjelaskan, di Jakarta Pusat terdapat 183 pengungsian yang bisa menampung 27.393 orang. Adapun jumlah pengungsi di wilayah itu diperkirakan mencapai 9.593 orang.
Jumlah bangunan di Jakarta Barat yang disiapkan menjadi tempat mengungsi mencapai 414 unit dengan kapasitas 64.919 orang. Sedangkan di Jakarta Selatan terdapat 260 bangunan dengan daya tampung sebesar 18.175 pengungsi.
Adapun di Jakarta Utara jumlah pengungsi diperkirakan mencapai 14.538 orang. Untuk itu, BPBD menyediakan 129 bangunan sebagai tempat mengungsi dengan kapasitas 22.850 orang. Di Jakarta Timur, 257 bangunan disiapkan dengan daya tampung 39.599 pengungsi, meski jumlah pengungsi diperkirakan hanya 20.629 orang.
Sabdo mengatakan, dengan kapasitas pengungsian yang lebih besar, diharapkan korban banjir dapat menerapkan protokol kesehatan. “Kami memisahkan tenda pengungsi umum, kelompok rentan (ibu hamil serta lansia), dan kontak erat/suspect Covid-19,” tuturnya.
Di tempat mengungsi, kata Sabdo, juga disediakan tempat screening atau penyaringan kondisi kesehatan pengungsi. Dinas Kesehatan akan bertugas melakukan pemeriksaan kesehatan para pengungsi itu.
Sejumlah anak bermain saat banjir menggenangi kawasan Jakarta Selatan, 25 Januari 2021. ANTARA/M Risyal Hidayat
Pada tahun lalu, terdapat 82 kelurahan rawan banjir. Namun saat ini yang menjadi perhatian BPBD ialah 34 kelurahan yang sebagian besar berada di tepi aliran Sungai Ciliwung. Di antaranya Cawang, Kampung Melayu, Bukit Duri, dan Manggarai. BPBD telah berkoordinasi dengan wali kota, camat, dan lurah setempat terkait dengan antisipasi banjir di kelurahan-kelurahan itu. “Kami juga telah menyebarkan Buku Panduan Kesiapsiagaan Menghadapi Banjir sebanyak 33.311 buku kepada pengurus RT dan RW,” tuturnya.
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta juga telah menjalankan sejumlah program untuk mengantisipasi banjir pada musim hujan tahun ini. Sekretaris Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Dudi Gardesi menerangkan salah satu upaya mencegah banjir ialah dengan gerebek lumpur yang dimulai sejak tahun lalu.
Sebanyak 23 waduk telah dikeruk dengan jumlah lumpur yang diangkat mencapai 446.402,9 meter kubik. Adapun pengerukan lumpur di kali dilakukan di 93 titik dengan lumpur yang diangkat sebanyak 279.967,5 meter kubik. Sedangkan saluran penghubung yang sudah dikeruk sebanyak 390 dengan volume lumpur yang diangkat sebesar 121.002,6 meter kubik. “Gerebek lumpur untuk meningkatkan kapasitas saluran, kali/sungai, dan waduk. Dengan demikian, saat musim hujan, daya tampungnya bisa maksimal,” katanya.
Dinas, kata Dudi, juga memanfaatkan Waduk Pondok Ranggon sebagai tempat parkir air saat Kali Sunter meluap. Caranya dengan membangun sodetan di kali itu agar sebagian air Kali Sunter mengalir ke waduk yang ada di Jakarta Timur tersebut. “Setidaknya bisa mereduksi banjir,” ujarnya.
Di daerah hilir seperti Kali Adem, tutur Dudi, juga tetap dilakukan pengerukan. Tujuannya agar air bisa segera mengalir ke laut.
Dudi menambahkan, Dinas juga menyiapkan 487 pompa stasioner di 178 lokasi dan 175 pompa mobile di lima kota Jakarta. Sebanyak 8.101 pasukan biru—sebutan personel Dinas yang bertugas mengantisipasi banjir—juga siap mempercepat surutnya genangan. “Tolong masyarakat tidak buang sampah sembarangan,” katanya.
ADAM PRIREZA | GANGSAR PARIKESIT