Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
sekitar 500 ribu warga jakarta masih buang air sembarangan
delapan zona Jakarta sewerage system akan dibangun sebelum 2022
Kementerian PUPR klaim teruskan proyek zona 1 dan zona 6
JAKARTA – Pemerintah DKI Jakarta akan melanjutkan proyek Jakarta Sewerage System (JSS) di 15 zona pengolahan air limbah di Ibu Kota. Kepala Sumber Daya Air DKI Jakarta Juaini Jusuf mengatakan pemerintah akan memulai pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik (SPALD) terpusat dan jaringan perpipaan yang menjadi bagian utama proyek sistem saluran pembuangan. “SPALD terpusat ini mampu memberikan layanan minimal bagi 20 ribu jiwa per zona,” kata dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah DKI Jakarta, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta Japan International Cooperation Agency (JICA) akan menggarap delapan zona sampai 2022. Hingga saat ini, baru satu zona yang terbangun, yaitu Zona 0 di Waduk Setiabudi, Jakarta Pusat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DKI Jakarta akan menggarap SPALD terpusat dan jaringan perpipaan di Zona 3, 4, dan 7 bersama dengan JICA. Sedangkan proyek JSS di Zona 1 dan 6 digarap bersama dengan Kementerian PUPR yang sudah berjalan sejak akhir 2019. Nilai investasi dua proyek tersebut mencapai Rp 7,5 triliun. Sisanya, Zona 2, 5, dan 8 dengan biaya Rp 10,5 triliun akan pemerintah DKI kerjakan sendiri.
Ini merupakan pekerjaan rumah pemerintah provinsi. Dari luas 661,5 kilometer persegi, hanya 4 persen yang tercakup pengelolaan air limbah. Dinas Lingkungan Hidup menyatakan kualitas air bersih di 13 sungai di Ibu Kota terus bertambah buruk. Indeks pencemaran air dengan kategori tercemar berat pada sungai DKI mencapai 32 persen pada 2014, yang dalam tiga tahun melonjak hingga 61 persen. Penyebabnya limbah domestik berupa tinja serta air mandi dan cuci yang mencapai 72,7 persen. Sekitar 500 ribu warga Ibu Kota disebut masih berperilaku buang air besar sembarangan.
Juaini mengatakan pembangunan sistem limbah domestik itu akan mengadopsi teknologi A20 yang mampu menyisihkan limbah, seperti nitrogen, fosfor, dan materi organik lainnya, dari air. Selain itu, SPALD memiliki teknologi Membrane Bioreactor (MBR) yang bisa menyaring limbah organik hingga menghasilkan air bersih. “Keberadaan instalasi pengolahan air limbah juga bisa mencegah penyakit bawaan yang disebabkan buruknya kualitas air di permukiman,” kata dia.
Juru bicara Pengolahan Air Limbah (PAL) Jaya, Mala Ramadhona, mengatakan perilaku buang air besar sembarangan menyebabkan limbah domestik pada sungai dan waduk masih tinggi. Warga di beberapa kawasan kesulitan mencari lahan untuk pembangunan septic tank sehingga PAL Jaya dan Dinas Sumber Daya Air menggelar program pembangunan IPAL Komunal di kawasan pemukiman.
Menurut Ramadhona, perusahaannya akan membangun sejumlah IPAL skala permukiman berdasarkan permintaan masyarakat. “Kalau SPALD terpusat, setelah selesai pembangunan baru akan diberikan kepada PD PAL Jaya sebagai operator,” kata dia.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memastikan kelanjutan sistem saluran pembuangan di dua zona yang menjadi tanggung jawab mereka, yaitu Duri Kosambi dan Waduk Pluit. Rencananya proyek ini akan masuk ke tahap konstruksi pada awal 2021 dan selesai pada 2026. “Tapi, persoalan sanitasi bukan infrastruktur semata. Namun, juga tergantung pada pola perilaku hidup sehat masyarakat,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono.
FRANSISCO ROSARIANS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo