maaf email atau password anda salah


Dampak Limbah Nuklir Fukushima pada Laut Indonesia

Air limbah nuklir PLTN Fukushima dibuang ke laut. Meski dinyatakan aman, air berelemen radioaktif itu bisa masuk Indonesia.

arsip tempo : 171431392192.

Pemandangan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi dilihat dari pelabuhan perikanan Ukedo di Namie, Jepang, 25 Agustus 2023. REUTERS/Tom Bateman. tempo : 171431392192.

Tindakan pemerintah Jepang yang membuang air limbah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima pada akhir Agustus lalu menuai polemik global. Pembangkit ini rusak dan mengalami kebocoran radioaktif akibat dihantam tsunami pada 12 tahun silam.

Masyarakat Jepang memprotes aksi pembuangan air limbah nuklir ini, terutama kelompok nelayan. Negara-negara tetangga, seperti Cina, Korea Selatan, dan Taiwan, juga melarang impor produk pertanian serta perikanan dari Negeri Sakura.

Jepang mengklaim limbah yang dibuang sudah melalui penyaringan dan lolos uji keamanan bagi laut beserta organismenya. Klaim Jepang itu diperkuat hasil pengujian Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), yang juga turut mengawasi proses pembuangan limbah.

Sementara itu, Indonesia tidak mengeluarkan pernyataan tegas menolak ataupun mendukung langkah Jepang tersebut. Pemerintah hanya meminta agar pembuangan limbah diikuti dengan pemantauan yang ketat dan transparan.

Baca: Limbah Fukushima dan Pasar Seafood Dunia

Lantas, apakah klaim Jepang seputar keamanan limbah PLTN Fukushima ini sahih secara sains? Bagaimana dampaknya bagi perairan Indonesia? Dalam artikel ini, kami mencoba menjawab dua pertanyaan tersebut.

Pemandangan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi dilihat dari pelabuhan perikanan Ukedo di Namie, Jepang, 25 Agustus 2023. REUTERS/Tom Bateman

Bagaimana Limbah Nuklir Dibuang

Jepang tidak boleh membuang air limbah nuklir begitu saja. Sebelum dibuang, air limbah nuklir harus disaring (filtrasi) dengan sistem advanced liquid-processing system (ALPS). Perusahaan listrik pelat merah Jepang, Tokyo Electric Power (TEPCO), selaku operator PLTN Fukushima bertanggung jawab dalam proses pengolahan dan pembuangannya.

Proses ALPS melibatkan beberapa tahapan utama. Pertama, air limbah nuklir yang terkontaminasi material radioaktif dikumpulkan dari sumbernya. Selanjutnya, air limbah menjalani tahap pengendapan dan penyerapan partikel radioaktif dengan bantuan bahan kimia tertentu.

Proses selanjutnya adalah penyaringan fisik untuk menghilangkan partikel yang tersisa dan memastikan air menjadi lebih bersih. Air limbah yang tersaring kemudian disimpan dalam tangki-tangki baja.

Air limbah di tangki lalu dialirkan langsung ke laut melalui pipa sepanjang 1 kilometer dari pesisir. Pembuangan berlangsung secara perlahan hingga 30 tahun mendatang. Jepang menyatakan ada lebih dari 1 ton air limbah yang akan dibuang ke perairan.

Fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di Okuma, Jepang 24 Agustus 2023. Kyodo/via REUTERS

Dampak Limbah Nuklir terhadap Laut Indonesia

Studi yang dilakukan akademikus Jutta Lehto dan tim dari University of Helsinki, Finlandia, pada 2019 menyatakan proses penyaringan mampu menghilangkan 62 dari 64 zat radioaktif dalam air limbah nuklir. Kualitas air limbah hasil penyaringan, menurut riset ini, juga masih lebih baik dari standar IAEA, yakni 1.500 becquerel (ukuran radioaktivitas suatu zat) per liter.

Namun proses penyaringan tidak menghilangkan karbon-14 dan tritium (elemen radioaktif dari hidrogen). TEPCO mengklaim konsentrasi tritium dalam limbah akan larut dalam air seiring waktu. Begitu juga dengan konsentrasi karbon-14 dalam tangki.

Meski aman secara teori, tidak ada cukup penelitian yang langsung membuktikan bahwa tritium tak berdampak pada organisme laut dan manusia. Terlebih paparan radioaktif yang larut dalam air laut akan masuk ke sel-sel makhluk hidup sehingga dampaknya sulit diketahui dalam jangka pendek.

Bulan lalu, pekerja TEPCO menemukan ikan di perairan sekitar saluran pembuangan PLTN Fukushima terpapar senyawa radioaktif sesium-137 dengan kadar 180 kali lebih tinggi dari standarnya. Senyawa inilah yang dapat masuk ke tubuh makhluk hidup dan berisiko menyebabkan kanker.

Temuan tersebut berlawanan dengan hasil simulasi oleh Raúl Periáñez serta tim peneliti dari Cina dan Spanyol pada 2021. Studi ini memperkirakan konsentrasi sesium-137 dalam air limbah nuklir PLTN Fukushima tidak akan memiliki dampak lingkungan signifikan pada sedimen dan biota laut, termasuk ikan.

Kontaminasi sesium-137 yang diduga berasal dari PLTN Fukushima juga ditemukan dalam dua merek minuman anggur California, Amerika Serikat. Namun kadar senyawa ini dianggap sangat rendah sehingga tidak berisiko bagi kesehatan.

Nah, kami menduga air limbah nuklir Fukushima berpotensi sampai ke laut Indonesia melalui arus Tsushima. Arus ini mengalir dari pantai barat Jepang ke arah barat, yakni Laut Cina Selatan di sepanjang pesisir Thailand, Malaysia, lalu masuk ke Indonesia.

Arus tersebut kemudian bercampur dengan arus lintas Indonesia (arlindo) dari perairan Natuna lalu menyebar ke seluruh Indonesia. Arus inilah yang berisiko menyebarkan dampak limbah tersebut di perairan, bahkan pesisir Indonesia.

Air limbah juga terbawa arus ke lautan sebelah timur. Hasil simulasi pada 2019, yang dilakukan Chang Zhao dan tim dari First Institute of Oceanography Kementerian Sumber Daya Alam Cina, memprediksi pembuangan limbah nuklir yang dilakukan pemerintah Jepang akan mencapai perairan Pasifik Timur dalam waktu sepuluh tahun mendatang.

Selain membawa air laut, arus menjadi rute bagi ikan-ikan bermigrasi, seperti tuna sirip kuning ataupun biru. Walau begitu, dampak limbah nuklir terhadap makhluk-makhluk ini baru dapat diketahui melalui studi jangka panjang selama 10-20 tahun.

Studi oleh tim peneliti dari Tsinghua University Cina (belum melalui proses telaah sejawat) yang terbit pada 2023 turut menyatakan dampak pembuangan air limbah PLTN Fukushima berisiko menyebabkan kanker bagi manusia dan berdampak pada organisme laut, terutama ikan, hingga ke seluruh dunia.

Butuh Studi

Hingga artikel ini ditulis, limbah nuklir PLTN Fukushima sudah terlepas dan masih terus dialirkan ke laut. Kita pun belum bisa memastikan seberapa besar dampaknya bagi ekosistem laut dunia, terutama Indonesia.

Indonesia memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami konsekuensi limbah nuklir terhadap ekosistem laut Indonesia. Kita membutuhkan upaya yang cermat dan hati-hati untuk memastikan seluruh aktivitas yang terkait dengan nuklir di tingkat global tidak berdampak pada kelestarian ekosistem laut.

---

Artikel ini ditulis oleh Buntora Pasaribu dan Noir Primadona Purba, dosen Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Sumedang. Terbit pertama kali di The Conversation.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 28 April 2024

  • 27 April 2024

  • 26 April 2024

  • 25 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan