Sejak muncul anjuran untuk berjemur karena pandemi corona, Euis, 50 tahun, dan suaminya ikut duduk menyambut hangatnya sinar matahari pagi. Biasanya mereka duduk berjemur sekitar 30 menit sambil mengobrol di teras rumahnya di Depok. Ia biasanya berjemur pada pukul 09.30 atau 10.00.
Namun, belakangan, ia berhenti berjemur karena mendapat informasi larangan berjemur di atas pukul sepuluh pagi. "Bingung, katanya enggak boleh di atas jam 10," ujar dia. Tetangganya yang lain, Yulmeinar, menimpali bahwa ia memilih berjemur lebih pagi. "Nanti yang jam 7-8 saja, kayak bayi berjemur, deh."
Kebingungan mereka berawal dari pesan berantai di grup WhatsApp yang berisi anjuran untuk berjemur mulai pukul 10.00. Sementara itu, ada pesan lain yang merekomendasikan berjemur pada pukul 07.00-09.00. Mana yang benar?
Dokter Cri Sajjana Prajna Wekadigunawan, PhD, Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), mengatakan durasi berjemur cukup 15-20 menit pada pagi hari, yakni pukul 07.00-09.00. Ia tidak menganjurkan berjemur di atas pukul 10.00. "Ribuan riset mengatakan merangsang vitamin D itu dengan low level UV (very low). Artinya, itu hanya didapat dari sinar matahari yang lembut," ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universiti Kebangsaan Malaysia itu.
Menurut Weka, pro-vitamin D berada di kulit manusia, dan untuk menjadi vitamin D, dibutuhkan katalisator, yakni sinar matahari. Sinar ultraviolet serta inframerah dan biru diperlukan semua makhluk. Ia juga merujuk pada pendapat peneliti dari Universitas Georgia, Washington, DC, yang menyatakan sinar matahari membantu sel kekebalan tubuh bekerja lebih cepat. Menurut dia, akan lebih baik menghindari paparan kuat sinar matahari. "Kalau pagi hari kan lebih enak sambil senam pagi di halaman rumah atau teras rumah."
Hal senada disampaikan anggota Komite Pediatric American Academy sekaligus dokter spesialis penyakit menular, Sean O’Leary. Ia mengatakan waktu terbaik untuk berjemur adalah sebelum pukul 10.00 dan setelah pukul 16.00. "Sebab, sinar matahari paling baik bisa didapatkan dari jam-jam tersebut. Durasi yang tepat berkisar 10-15 menit per hari," kata dia.
Sean O’Leary merekomendasikan penggunaan pakaian yang tepat saat berjemur, yakni berbahan katun ringan. "Penggunaan pakaian dengan bahan ringan bisa memudahkan tubuh menyerap sinar matahari. Anda bisa menikmatinya dengan duduk di kursi atau berbaring."
Vitamin D memiliki beberapa fungsi penting. Fungsi paling vital adalah mengatur penyerapan kalsium dan fosfor serta memfasilitasi fungsi sistem kekebalan tubuh yang normal. Vitamin D berfungsi penting untuk pertumbuhan serta perkembangan tulang dan gigi yang normal, juga meningkatkan resistansi terhadap penyakit tertentu.
Berdasarkan data American Journal of Clinical Nutrition yang dilansir dari laman Healthline, vitamin D juga bisa membantu seseorang mengurangi kemungkinan terserang flu. Vitamin D kadang-kadang disebut sebagai "vitamin sinar matahari" karena diproduksi di kulit sebagai respons terhadap sinar matahari. Tubuh menghasilkan vitamin D secara alami ketika terkena sinar matahari langsung. Selain itu, vitamin D bisa didapat melalui makanan dan suplemen tertentu.
Bukan hanya orang tua, anak-anak pun bisa diajak berjemur. Dokter spesialis anak Hartono Gunardi mengimbau agar orang tua tetap memantau kebutuhan gizi dan kecukupan vitamin anak-anak. "Vitamin A dan C bisa diperoleh dari sayur-sayuran, sementara vitamin D dari matahari di jam 09.00-10.00 dengan berjemur selama kurang-lebih 5-10 menit," tutur Hartono kepada media belum lama ini.
Namun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan bahwa berjemur di bawah sinar matahari tak akan menghindarkan seseorang dari infeksi virus corona atau Covid-19. Terik matahari maupun suhu udara lebih dari 25 derajat Celsius terbukti tak membantu negara-negara tropis dari pandemi virus itu.
Dalam laman resminya, WHO menuliskan, "Anda bisa terinfeksi Covid-19 tak peduli seberapa cerah dan panas cuaca." "Untuk perlindungan diri, pastikan Anda mencuci tangan dengan bersih sesering mungkin serta hindari menyentuh mata, mulut, dan hidung," demikian pernyataan WHO.
EKA.WAHYU | SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | TIMESOFINDIA | USATODAY | TEMPO.CO | DIAN YULIASTUTI