Dua pekan ini menjadi pekan sibuk bagi para vendor ponsel pintar di Tanah Air. Ya, Xiaomi, Vivo, Oppo, dan Samsung seolah-olah berlomba dalam menggelontorkan produk terbaru mereka untuk pasar Indonesia. Dari sekian ponsel pintar baru yang datang, ponsel buatan Cina mendominasi.
Pengamat sekuriti dan finansial dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, mengatakan, secara de facto, pangsa pasar ponsel pintar Indonesia sudah dikuasai produk dari Cina. "Samsung hanya sebagai penguasa market secara merek, sekitar 20-30 persen. Sisanya ponsel Cina yang berkuasa," kata Alfons, Kamis lalu.
Karena itu, menurut Alfons, jika tak mau terjungkal, Samsung harus berhati-hati menjaga posisi dan keunggulan teknologinya dari ancaman ponsel merek Cina yang kian digemari konsumen. "Kalau saja bisnis Huawei tak dijegal di Amerika, kemungkinan pergeseran ini akan terjadi lebih cepat," ujarnya.
Alfons melanjutkan, ponsel bikinan Cina cepat atau lambat akan menguasai pasar ponsel dunia. Sebab, kata dia, dominasi pasokan rangkaian komponen ponsel mayoritas tersedia di Cina. "Saat ini, untuk jangka pendek, dilihat dari sisi teknologi, perusahaan ponsel Cina yang berpotensi menyaingi Samsung adalah Huawei."
Sedangkan untuk merek ponsel Cina lainnya, Alfons melihat kebanyakan yang menjadi sasaran konsumennya adalah kelas menengah ke bawah. "Kalau menggeser Samsung di level high end rasanya masih sulit. Mereka akan berjaya di middle market," ujarnya.
Pengamat teknologi informatika dari ICT Institute, Heru Sutadi, berpendapat tak jauh berbeda. Menurut dia, Samsung tengah dikepung dan diancam oleh ponsel buatan Cina dari segala arah. "Secara agregat sudah kalah, tapi berdasarkan merek masih kuat," kata Heru.
Heru menambahkan, Samsung akan masuk periode berat dan harus lebih waspada ke depannya. "Datanya beragam. Saat ini kami meyakini penguasaan pasar Samsung hanya 35 persen. Karena itu, harus waspada. Jika tidak, bisa tewas seperti BlackBerry," ujarnya.
Vendor asal Cina memang rajin membanjiri pasar ponsel di Tanah Air. Selasa lalu, giliran Xiaomi meluncurkan jajaran seri Redmi terbaru yang merupakan lanjutan dari seri Redmi A, yaitu Redmi 7A. Steven Shi, Head of Southeast Asia dan Country Head Xiaomi Indonesia, mengatakan seri Redmi A merupakan ponsel berkualitas dengan harga terjangkau.
"Saya yakin Redmi 7A akan meneruskan tradisi seri Redmi A dan berkontribusi untuk mengubah gaya hidup penggunanya di Indonesia melalui pemanfaatan teknologi," kata Steven di Jakarta, Selasa lalu. "Dengan fitur-fitur menarik, pelanggan di Indonesia dapat mengantongi Redmi 7A hanya dengan harga Rp 1,299 juta."
Oppo K3. Dok.Oppo
Redmi 7A dibekali dengan prosesor lebih bertenaga, kapasitas baterai lebih besar, serta desain dan audio yang lebih menawan. Kemampuan splash resistance atau tahan terhadap percikan air dan kemampuan untuk menangkap sinyal radio FM tanpa antena eksternal adalah beberapa keunggulan yang ditawarkan.
Tak hanya Xiaomi, Vivo pun pada awal pekan meluncurkan Z1 Pro untuk pasar Indonesia. Smartphone seri terbaru Vivo itu dibanderol Rp 3,099 juta. Vivo Z1 Pro memiliki layar berukuran 6,53 inci Full HD+ dengan inovasi Ultra O Screen atau bulatan di pojok kiri atas sebagai tempat kamera depan.
Senior Product Manager PT Vivo Mobile Indonesia, Yoga Samiaji, mengatakan Vivo Z1 Pro dibekali daya baterai yang cukup besar, yaitu 5.000 mAh. Dengan begitu, ponsel ini bisa berfungsi sebagai power bank untuk perangkat pendamping lainnya, seperti smartwatch ataupun earphone.
Oppo tak mau ketinggalan. Rabu lalu, Oppo memperkenalkan Oppo K3, ponsel yang ditenagai chipset besutan Qualcomm, Snapdragon 710 SoC, dan hanya dijual di toko online Lazada dengan harga spesial Rp 3,599 juta.
"K3 khusus dijual online. Jadi, tak semua negara menjual K3. Seri ini dijual karena sebelumnya penjualan Oppo F11 edisi online berhasil," ujar Public Relation Manager Oppo Indonesia, Aryo Meidianto, di kantor Lazada, Jakarta, Rabu lalu.
Tak mau kalah oleh vendor Cina, Samsung pun meluncurkan produk terbarunya pekan ini. Hanya, vendor asal Korea Selatan ini lebih menyasar pasar kelas atas. Produk yang diluncurkan adalah Samsung Galaxy Note 10 dan Galaxy Note 10 Plus.
"Ini untuk pertama kali Note hadir dengan dua seri karena kami mendapat informasi bahwa seri Note ini layarnya terlalu besar. Makanya kita menghadirkan dua varian," kata Elvira Jakub, IT and Mobile Marketing Director Samsung Electronic Indonesia, di Jakarta, Kamis lalu.
Galaxy Note 10 dipasangi layar Dynamic AMOLED dengan ukuran berbeda. Note 10 berukuran 6,3 inci dan resolusi 1.080 p, hampir seperti Galaxy S10. Sedangkan Note 10 Plus memiliki layar lebih besar, yakni 6,8 inci dengan resolusi 1.440 p.
"Di Indonesia, Galaxy Note 10 hadir dengan memori 8 GB/256 GB, yang dibanderol Rp 13,999 juta. Sedangkan Galaxy Note 10 Plus hadir dengan 12 GB/256 GB yang dihargai Rp 16,499 juta dan paling tinggi 12 GB/512 GB dilabeli Rp 18,999 juta," kata Annisa Maulina, IT and Mobile Product Marketing Manager Samsung Electronic Indonesia. MOH KHORY ALFARIZI | AFRILIA SURYANIS