LONDON – Duta Besar Republik Indonesia untuk Inggris, Desra Percaya, mengatakan telah menawarkan tiga opsi kepada Sarah Cooke, Direktur Asia Tenggara Kementerian Luar Negeri Inggris, perihal nasib para pemain Indonesia yang dipaksa mundur dari turnamen All England 2021. Desra menjelaskan, pihaknya telah menghubungi Sarah dan menekankan bahwa tidak ada diskriminasi dan pembedaan, serta pentingnya transparansi bagi pemain Indonesia dan pemain All England.
Desra menegaskan, satu dari tiga opsi yang ditawarkan itu adalah menunda All England 2021 untuk sementara. "All England sebaiknya di-suspend (tunda) saja selama 10 hari. Semua diperlakukan sama, karantina semua selama 10 hari," ujar Desra dalam keterangan pers virtual, kemarin. Keterangan pers daring itu juga dihadiri manajer tim Indonesia untuk All England 2021, Ricky Subagja.
Desra mencontohkan pertandingan tenis di Australia atau Australia Terbuka yang ditunda. Ia meminta otoritas kesehatan Inggris transparan. Menurut dia, jika memang harus dilakukan tes uji corona atau PCR, harus dipastikan bahwa tes dilakukan terhadap semua pemain dan ofisial. "Kami akan menerima apa pun hasilnya," katanya. Hal yang terpenting, Desra kembali menegaskan, "Prinsip dari Indonesia adalah tidak ada diskriminasi, tidak ada unfair treatment, dan transparansi."
Pasangan ganda campuran Indonesia, Hafiz Faizal dan Gloria Emanuelle Widjaja saat bertanding pada All England Open 2020 di Inggris, 13 Maret 2020. PP PBSI
Tim bulu tangkis Indonesia dipaksa mundur dari turnamen All England setelah 20 pemain menerima surat elektronik (e-mail) dari otoritas kesehatan Inggris atau National Health Service (NHS). Isi surat tersebut mengharuskan semua pemain melakukan isolasi mandiri selama 10 hari hingga 23 Maret 2021. Alasannya, para pemain sempat satu pesawat dengan seorang penumpang yang dinyatakan positif Covid-19. Namun tidak disebutkan nama penumpang dan lokasi persis tempat duduk penumpang tersebut. Pesawat yang membawa pemain Indonesia itu melalui rute penerbangan dari Turki sebelum ke Birmingham, Inggris. Akibatnya, semua pemain tidak bisa berlaga dalam pertandingan bulu tangkis bergengsi dan tertua tersebut.
Desra mengatakan telah menuntut dan meminta klarifikasi kepada NHS. Dia meminta NHS menjelaskan secara detail alasan e-mail hanya diberikan kepada beberapa pemain, tidak ke semua pemain. Klarifikasi tersebut juga terkait dengan penumpang yang duduk di kursi nomor berapa dan siapa pemain yang mesti dikarantina. "Kita kan perlu kejelasan dari otoritas yang berwenang," ujarnya.
Sebelum berangkat, Desra menyatakan, para pemain dan ofisial All England sudah menjalani sejumlah syarat dan protokol kesehatan, seperti tes PCR. "Tim sudah divaksinasi. Kami pun membawa surat keterangan bahwa sudah divaksinasi," katanya. Desra mengatakan NHS sudah merespons permintaan klarifikasi dari Indonesia. Meski begitu, mereka membutuhkan waktu. "NHS sudah merespons dan mereka mengatakan akan kembali ke kami, tapi perlu waktu."
Desra menyampaikan komitmen KBRI London untuk memperjuangkan nasib tim bulu tangkis Indonesia yang terpaksa mundur dari All England 2021. "Sesuai dengan arahan Bu Menlu, saya dan tim KBRI akan terus berjuang dan harus terus berjuang secara maksimal." Selain menuntut klarifikasi NHS, Desra akan menelepon Poul-Erik Høyer Larsen, Presiden Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), dan menekankan pesan yang sangat keras kepada pihak Inggris. "Badminton memang berasal dari Inggris, tapi jangan lupa ratusan juta penggemar dari Indonesia. Saya tidak mau isu ini jadi hambatan hubungan bilateral," katanya.
Pebulu tangkis ganda campuran Indonesia Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti di podium usai memenangi laga final ganda campuran All England di Arena Birmingham, Inggris, 15 Maret 2020.. ANTARA FOTO/Action Images via Reuters/Andrew Boyers
Dalam kesempatan yang sama, Ricky kecewa atas penarikan para pemain All England setelah mendapat pemberitahuan NHS melalui e-mail. Pemberitahuan dari NHS, kata Ricky, disampaikan saat pasangan Mohamad Ahsan dan Hendra Setiawan tengah bertanding. Saat itu, pemain tunggal Anthony Sinisuka Ginting sedang bersiap bertanding.
Ricky menjelaskan, semua syarat sudah ditempuh para pemain, dari tes PCR hingga vaksinasi. Ia mengatakan tim Indonesia saat tiba di Birmingham pada 13 Maret lalu langsung menjalani tes PCR. Hasilnya, semua pemain negatif terindikasi virus corona (Covid-19).
Ricky memaparkan, pertemuan para manajer tim yang sedianya digelar pada 15 Maret diundurkan satu hari. Hal tersebut dilakukan karena adanya informasi bahwa sejumlah pemain dari tiga negara terindikasi positif Covid-19. Pertandingan, kata Ricky, yang seharusnya mulai berlangsung pada Rabu pagi ditunda hingga sore. "Pada Rabu sore hari itu, kami mendapat e-mail. Penyelenggara All England lalu meminta tim Indonesia harus melakukan isolasi mandiri di hotel selama 10 hari," ujar dia. Ricky mencurigai adanya kesengajaan. "Kita tahu para pemain Indonesia berpotensi merebut juara di All England."
Adapun BWF, sebagai penyelenggara All England, menyatakan tidak berhak memutuskan apa pun dalam masalah ini dan tidak bisa memberikan pengecualian bagi para pemain. "Keputusan pemerintah Inggris untuk mewajibkan para pemain melakukan isolasi mandiri sudah final dan tidak bisa dinegosiasikan," demikian pernyataan BWF, seperti dilansir BBC.