WASHINGTON - Pandemi corona kemarin telah menginfeksi lebih dari satu juta orang di seluruh dunia. Virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit yang secara resmi dikenal sebagai Covid-19, telah menyebar ke banyak negara di setiap benua, kecuali Antartika, sejak pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, Cina, pada Desember tahun lalu.
Pusat Sistem Sains dan Teknik John Hopkins University melaporkan lebih dari 211 ribu orang yang didiagnosis dengan penyakit ini telah pulih di seluruh dunia, sementara lebih dari 53 ribu orang meninggal.
Dengan semakin meningkatnya kasus infeksi Covid-19, Google kemarin mengatakan akan mempublikasikan data lokasi para penggunanya di seluruh dunia secara anonim. Langkah itu bertujuan untuk memungkinkan pemerintah mengukur efektivitas kebijakan jaga jarak fisik (physical distancing) yang diberlakukan untuk memerangi pandemi Covid-19.
Laporan tentang pergerakan para pengguna di 131 negara itu akan tersedia di situs web khusus yang dibuat Google. Laporan yang berbasis rekaman global positioning system (GPS) itu akan memetakan tren pergerakan dari waktu ke waktu berdasarkan geografi. Lebih dari 30 persen penduduk dunia saat ini menjalani karantina nasional untuk mencegah penyebaran wabah terburuk dalam satu abad terakhir tersebut.
Kesepakatan itu ditandatangani oleh Jen Fitzpatrick, selaku pemimpin di Google Maps, dan Kepala Petugas Kesehatan Google Karen DeSalvo. "Kami berharap laporan ini akan membantu mendukung keputusan (pemerintah) tentang bagaimana mengelola pandemi Covid-19," kata mereka.
Sementara itu, total angka kematian di Spanyol sudah melewati 10 ribu orang pada Kamis lalu. Negara tersebut melaporkan jumlah kematian tertinggi dalam satu hari, yakni lebih dari seribu jiwa. Angka itu mengerek jumlah total kematian menjadi 10.096 orang dari 110.238 kasus.
Meski Spanyol mencatat jumlah kematian terbesar pada Kamis lalu, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus corona terbanyak dan laporan lebih dari 6.000 kasus kematian. Berdasarkan data dari John Hopkins University, terdapat hampir seperempat juta kasus di Negeri Abang Sam.
Presiden Amerika Donald Trump telah menginisiasi peraturan produksi pertahanan untuk membangun pabrik produksi masker N95 di Minnesota. Trump menandatangani memo untuk Menteri Keamanan Dalam Negeri Chad Wolf agar menggunakan semua otoritas yang dimungkinkan di bawah peraturan tersebut untuk memproduksi masker.
Bahkan Amerika dilaporkan menelikung Prancis dengan membeli masker yang dijual Cina untuk negara tersebut dengan harga dua kali lipat. Laporan harian Prancis, Liberation, mengindikasikan bahwa Amerika sedang berusaha mendapatkan masker yang sudah tersedia dengan mengganggu pengiriman ke negara lain.
"Mereka membayar dua kali lipat dan tunai, bahkan sebelum melihat barang-barang itu," kata sumber anonim kepada surat kabar tersebut.
Hal ini diamini Kepala Provinsi Alpes-Côte d’Azur Renaud Muselier kepada RT France. "Pada Rabu lalu, di Cina, Amerika membeli pesanan 60 juta masker milik Prancis secara tunai tepat di landasan pacu. Setelah itu, pesawat yang seharusnya bertolak ke Prancis justru berangkat ke AS," ujar Muselier.
Langkah ini terpaksa dilakukan Amerika setelah sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa virus ini bisa menular melalui pernapasan dan kontak percakapan normal dengan penderita. Studi ini disampaikan oleh Dr Harvey Fineberg, Ketua Komite Tetap tentang Penyakit Menular dan Ancaman Kesehatan Abad Ke-21. Ia menjawab pertanyaan Anthony Fauci, anggota kunci gugus tugas virus corona Gedung Putih, baru-baru ini.
"Sementara penelitian khusus (virus corona) saat ini terbatas, hasil penelitian yang ada konsisten dengan aerosolisasi virus dari pernapasan normal," tutur Fineberg, kemarin. Warga Amerika mungkin akan diwajibkan mengenakan pelindung diri tersebut setelah studi terbaru Fineberg terungkap.
AL JAZEERA | RT FRANCE | ABC NEWS | REUTERS | SITA PLANASARI AQUADINI
Cina Gelar Hari Berkabung Nasional
Pemerintah Cina hari ini menggelar acara mengheningkan cipta secara nasional untuk mengenang lebih dari 3.300 orang yang meninggal dalam wabah virus corona baru atau Covid-19.
Kantor berita Cina, Xinhua, kemarin melaporkan, dalam momen mengheningkan cipta selama tiga menit dan berkabung nasional, pemerintah dan semua penduduk akan menaikkan bendera setengah tiang.
"Sirene serta klakson kendaraan, kereta, dan kapal laut akan dibunyikan sebagai tanda berduka," demikian Xinhua menulis.
Pada Kamis lalu, pemerintah Cina memberikan gelar pahlawan kepada 14 petugas yang tewas saat bekerja menghadapi virus mematikan ini. Mereka terdiri atas 12 anggota tim medis, seorang polisi, dan seorang pekerja sosial.
Salah satu anggota tim medis itu adalah mendiang Li Wenliang, dokter spesialis mata yang meninggal akibat terinfeksi virus corona di Kota Wuhan. Sebelum meninggal, Li sempat ditangkap dan diinterogasi oleh kepolisian Wuhan karena dianggap menyebarkan informasi palsu tentang virus corona.
Padahal pria yang mengembuskan napas terakhir dalam usia 34 tahun itu ingin memberi tahu rekan sejawatnya supaya berhati-hati terhadap penyakit yang mirip sindrom saluran pernapasan akut (SARS) sejak Desember tahun lalu.
Di sisi lain, pemerintah Kota Wuhan meminta para penduduk tidak bepergian lebih dulu jika tidak ada keperluan mendesak. Padahal mereka saat ini mulai melonggarkan aturan isolasi wilayah dan ada kemungkinan akan dicabut secara keseluruhan pada Rabu pekan depan.
Dalam pernyataannya, Ketua Partai Komunis Cina cabang Wuhan, Wang Zhonglin, meminta para penduduk tetap menerapkan perilaku pencegahan penularan virus corona.
Wang juga meminta para penduduk tetap mengenakan masker saat keluar dari rumah dan segera memeriksa suhu tubuh ketika pulang. Sejauh ini, Cina mencatat 81.620 kasus infeksi dan 3.322 kematian akibat wabah corona.
XINHUA | SITA PLANASARI AQUADINI