WASHINGTON - Virus corona baru atau Covid-19 diprediksi akan menginfeksi setengah dari populasi global dan memiliki tingkat kematian hingga 3 persen.
“Kami berasumsi virus corona akan menginfeksi sekitar 50 persen populasi dunia, 20 persen dari kasus akan parah, dan 1-3 persen mengakibatkan kematian,” kata analis dari Economist Intelligence Unit (EIU), seperti dilansir CNBC, kemarin.
Data dari Johns Hopkins University kemarin menunjukkan bahwa infeksi Covid-19 telah melampaui 200 ribu kasus di seluruh dunia, dengan lebih dari 8.000 orang meninggal dunia secara global.
Berdasarkan peta sebaran Covid-19 dari Center for Systems Science and Engineering Johns Hopkins University, hingga kemarin petang, terdapat 218.824 kasus positif terinfeksi virus corona di 164 negara. Sebanyak 8.810 pasien meninggal dunia dengan 84.121 dinyatakan sembuh.
“Rasio kematian bergantung pada kapasitas negara untuk secara efektif mendeteksi, melacak, dan menahan epidemi,” ujar analis EIU. “Rasio kematian akan lebih tinggi di negara-negara dengan sistem perawatan kesehatan yang buruk, seperti di Sahara, Afrika.”
Dalam penelitian besar di Cina terkait dengan virus corona yang diterbitkan bulan lalu, para ilmuwan menghitung tingkat kematian keseluruhan sebesar 2,3 persen. Sementara itu, Italia-negara yang paling parah terkena dampak oleh virus di luar Asia-telah mencatat lebih dari 2.500 kematian dari 31.506 kasus yang dikonfirmasi hingga saat ini.
Pada Rabu lalu, Italia melaporkan 475 kematian baru, peningkatan terbesar sejak wabah dimulai dan total kematian dalam satu hari dibandingkan dengan negara lain. Prancis juga melaporkan lonjakan kematian, yakni bertambah 89 orang atau 51 persen dalam 24 jam. Total kematian di Prancis menjadi 264 orang.
Kanselir Jerman Angela Merkel dalam kesempatan terpisah bahkan menyebut wabah ini sebagai tantangan terbesar bangsanya sejak Perang Dunia II. “Tidak ada tantangan seperti itu bagi negara kita sejak reunifikasi Jerman-tidak, sejak Perang Dunia II-yang sangat bergantung pada aksi bersama kita dalam solidaritas,” ujarnya dalam pidato yang ditayangkan stasiun televisi secara nasional pada Rabu malam lalu waktu setempat.
Fakta bahwa itu merupakan pidato pertama Merkel selama 15 tahun berkuasa-selain pidato kenegaraan untuk liburan tahun baru-menggarisbawahi gawatnya situasi. Merkel pun mendesak solidaritas warga Jerman dalam menghadapi wabah Covid-19. “Ini serius, dan Anda harus menanggapinya dengan serius.”
Sebelumnya, otoritas kesehatan publik Jerman, Robert Koch Institute, memperkirakan bahwa kemungkinan ada hingga 10 juta orang yang terinfeksi dalam tiga bulan jika orang-orang menolak untuk mengikuti rekomendasi social distancing (pembatasan interaksi sosial).
“Kami berada di awal epidemi yang akan bergerak di negara kami selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan,” kata presiden institut, Lothar Wieler, dalam jumpa pers. Dia menggambarkan pertumbuhan infeksi sebagai lonjakan eksponensial dan menambahkan bahwa efektivitas tindakan saat ini hanya akan menjadi jelas dalam dua minggu.
Sementara itu, ratusan juta warga di dunia menghadapi tindakan darurat di negara masing-masing yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menghentikan pandemi mematikan ini. Kehidupan, baik warga kaya maupun miskin, berubah drastis ketika berbagai acara dibatalkan, toko-toko ditutup, tempat-tempat kerja dikosongkan, jalan-jalan sepi, sekolah-sekolah tutup, dan perjalanan diminimalkan.
CNBC | DEUTSCHE WELLE | REUTERS
Tak Ada Lagi Penularan Domestik di Wuhan
Untuk pertama kalinya, pemerintah Cina menyatakan bahwa tidak ada laporan kasus baru infeksi virus corona atau Covid-19 di Wuhan serta wilayah sekitarnya yang berada di Provinsi Hubei. Dilansir dari Xinhua kemarin, laporan tersebut diungkap oleh otoritas kesehatan Tiongkok pada Rabu waktu setempat.
Wuhan menjadi tempat Covid-19 pertama kali ditemukan dan menyebar. Sejak saat itu, ribuan orang jatuh sakit hingga akhirnya penyakit ini menyebar ke seluruh dunia. Namun otoritas setempat kemarin mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi kasus baru.
Adapun 34 pasien baru yang dicatat sehari sebelumnya merupakan kasus dari luar negeri. “Hari ini kita telah melihat fajar setelah sekian hari berusaha keras,” kata Jiao Yahui, inspektur senior di Komisi Kesehatan Nasional Cina, seperti dilansir Independent.
Tidak adanya kasus baru di Wuhan mengurangi peningkatan transmisi domestik menjadi nol. Namun ancaman belum selesai. Cina masih harus menghadapi bahaya infeksi yang lebih besar dari luar negeri.
Zhang Boli, akademikus dari Chinese Academy of Engineering yang juga pakar terkemuka soal epidemi di Hubei, mengatakan terlalu dini untuk menurunkan penjagaan. Zhang mengatakan Cina masih harus memperkuat pertahanannya dari ancaman kasus-kasus impor dari luar negeri, perawatan ribuan pasien yang masih dalam kondisi kritis, serta merehabilitasi mereka yang baru dipulangkan dari rumah sakit.
Pada Rabu lalu, Beijing mencatat 21 infeksi baru dari luar negeri, sebagian besar pada pelancong dari Inggris dan Spanyol. Jumlah ini merupakan mayoritas dari 34 kasus impor baru di Cina daratan.
Upaya Cina dalam memerangi epidemi semakin berfokus pada pelancong yang datang. Sebab, virus ini menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan meningkatkan prospek gelombang infeksi kedua dari luar negeri. “Satu percikan api dapat memulai kebakaran padang rumput,” demikian China Daily menulis, yang didukung negara dalam tajuk rencana.
INDEPENDENT | XINHUA | SITA PLANASARI AQUADINI