LONDON - Negara-negara kaya di dunia menyiapkan anggaran besar untuk memerangi dampak global wabah virus corona alias covid-19 yang telah menginfeksi puluhan ribu orang. Pandemi ini memicu adanya pembatasan sosial sejak Perang Dunia Kedua dan ancaman resesi ekonomi.
Dilansir Reuters, pemerintah di setiap benua telah menerapkan langkah-langkah karantina serta menghentikan perjalanan dan berbagai acara sosial. Dampak wabah corona menginfeksi lebih dari 190 ribu orang. Meski tujuan utamanya menghindari kematian yang saat ini lebih dari 7.500 jiwa, pemerintah global juga memusatkan perhatian soal solusi untuk membatasi dampak ekonomi.
Sejumlah paket stimulus dan dana miliaran dolar Amerika Serikat disiapkan. Prancis akan mendorong langkah-langkah mengatasi krisis senilai 45 miliar euro ke dalam perekonomian. Dana tersebut dimaksudkan untuk membantu perusahaan dan pekerja. "Saya selalu membela kekakuan finansial di masa damai, sehingga Prancis tidak harus berhemat pada anggarannya di masa perang," ujar Menteri Anggaran Gerald Darmanin, seperti dikutip harian keuangan Les Echos, kemarin.
Uni Eropa melonggarkan aturannya untuk memungkinkan perusahaan menerima hibah negara hingga 500 ribu euro atau jaminan pinjaman bank untuk memastikan likuiditas. Meski begitu, pembelanjaan tunai yang dijanjikan tersebut tidak memungkinkan pasar saham dunia atau harga minyak melepaskan mimpi buruk akibat virus corona. Sebabnya, Wall Street pada Senin lalu mengalami kekalahan terburuk sejak 1987.
Adapun pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengusulkan untuk mendorong dana US$ 1 triliun ke pasar. Trump ingin mengirim uang tunai ke Amerika dalam waktu dua minggu karena angka kematian negara itu mendekati 100 dan jumlah yang terinfeksi virus corona lebih dari 5.700. Maskapai penerbangan merupakan salah satu sektor yang paling terpukul. Sejumlah operator penerbangan di Amerika mencari anggaran setidaknya US$ 50 miliar dalam bentuk hibah dan pinjaman untuk tetap bertahan ketika jumlah penumpang merosot tajam.
Inggris, yang telah meminta warganya untuk menghindari keramaian, seperti restoran, bioskop, dan teater, meluncurkan paket penyelamatan sebesar 330 miliar pound sterling atau sekitar US$ 400 miliar untuk bisnis yang terancam bangkrut. Dilansir BBC, Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak menyatakan paket keuangan senilai US$ 400 miliar itu bertujuan untuk meringankan beban akibat dampak virus mematikan ini.
Pengamat anggaran menyatakan dana pinjaman yang dibutuhkan mungkin menyerupai jumlah utang yang diambil selama perang 1939-1945 melawan Jerman Nazi. "Sekarang bukan saatnya untuk merasa jijik tentang utang sektor publik," ujar Robert Chote, Kepala Lembaga The Office for Budget Responsibility, yang memberikan analisis independen terhadap keuangan publik Inggris kepada anggota parlemen.
Selain meluncurkan sejumlah paket stimulus, 27 negara anggota Uni Eropa menerapkan larangan bagi pelancong asing guna menekan penyebaran corona. Uni Eropa menutup wilayahnya bagi pendatang asing selama 30 hari. "Kami tidak akan ragu untuk mengambil langkah-langkah tambahan saat situasinya berkembang," ujar Ursula von der Leyen, Presiden Komisi Eropa.
Meski begitu, pengecualian diberikan terhadap warga negara bukan anggota Uni Eropa, diplomat, pekerja lintas batas, pemegang izin tinggal jangka panjang, layanan kesehatan, serta logistik barang dan makanan. "Warga negara juga harus dapat melakukan perjalanan ke negara asal mereka," ujar Presiden Dewan Eropa Charles Michel.
Uni Eropa merupakan kelompok politik dan ekonomi terbesar di dunia, dengan populasi gabungan sebesar 450 juta. Negara-negara anggota Uni Eropa terbatas pada apa yang dapat diperintahkan kepada anggotanya untuk dilakukan.
Von der Leyen menguraikan sejumlah langkah dalam menerapkan kebijakan tersebut. Dia mengatakan akan ada "jalur hijau" di perbatasan 26 negara yang merupakan "wilayah Schengen" untuk memberikan akses cepat pengangkutan makanan dan obat-obatan serta layanan darurat. "Kita perlu berbuat lebih banyak untuk mengurangi tekanan besar pada sistem perawatan kesehatan kita," katanya. Area Schengen merupakan wilayah yang sebagian besar negara anggota Uni Eropa, yang secara teknis tidak perlu menunjukkan paspor di perbatasan. REUTERS | BBC | NBC NEWS | SUKMA
Negara Kaya Siapkan Miliaran Dolar Hadapi Covid-19