MADRID - Negara-negara di dunia kemarin berusaha menahan penyebaran virus corona baru atau Covid-19, yang semakin luas, dengan berbagai cara. Hingga kemarin, Johns Hopkins University melaporkan kasus virus corona baru secara global menembus 147 ribu dan angka kematiannya mencapai sedikitnya 5.539 orang.
Prancis dan Spanyol bergabung dengan Italia mengkarantina penduduknya, yang masing-masing berjumlah puluhan juta orang. Hal ini dilakukan setelah Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) mengatakan Eropa telah menggantikan Cina sebagai pusat pandemi virus corona.
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Jumat pekan lalu mengatakan, "Di Eropa kini ada lebih banyak kasus dilaporkan setiap hari dibanding di Cina pada puncak epidemi." Lebih dari 22 ribu kasus Covid-19 telah dikonfirmasi di seluruh Eropa, dan hampir 1.500 orang yang terinfeksi virus tersebut telah meninggal-sebagian besar di Italia.
Prancis kemarin menutup toko-toko, restoran, dan fasilitas hiburan. Pemerintah negara itu juga meminta 67 juta penduduknya tinggal di rumah guna mencegah penyebaran virus corona.
Perdana Menteri Edouard Philippe mengatakan pemerintah tidak memiliki pilihan lain. Otoritas kesehatan masyarakat menyebutkan 91 orang meninggal di Prancis dan hampir 4.500 orang kini terinfeksi. "Kita harus benar-benar membatasi gerakan kita," kata Philippe.
Kendati demikian, Prancis kemarin tetap menggelar pemilihan umum lokal. Namun ada beberapa ketentuan dalam pemilihan ini, yaitu setiap orang akan berada pada jarak yang aman, serta berbagai permukaan benda di lokasi pemilihan dipastikan bersih. Pemilih juga disarankan membawa pena mereka masing-masing untuk menandatangani daftar pemilih.
Adapun isolasi terhadap 47 juta penduduk Spanyol dilakukan setelah terjadi 1.500 kasus positif Covid-19 dalam sehari. Hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengumumkan karantina nasional, istrinya, Begona Gomez, dinyatakan positif mengidap Covid-19.
"Baik Begona Gomez maupun suaminya baik-baik saja dan berada di kediaman resmi mereka setelah langkah-langkah baru yang diperkenalkan oleh otoritas kesehatan," demikian pernyataan pemerintah Spanyol.
Covid-19 juga memaksa Vatikan mengumumkan bahwa perayaan Minggu Paskah tahun ini akan diadakan tanpa jemaat. Ini pertama kalinya ibadah Paskah digelar tanpa umat Katolik.
"Karena darurat kesehatan publik global saat ini, semua perayaan liturgi Pekan Suci akan berlangsung tanpa kehadiran fisik umat beriman," demikian pernyataan Rumah Tangga Kepausan. "Sampai 12 April, audiensi umum dan Angelus yang dipimpin oleh Bapa Suci hanya akan tersedia dalam streaming langsung di situs web resmi Vatikan News."
Kantor tersebut bertugas mengkoordinasikan sebagian besar jadwal dan agenda publik Paus Fransiskus dan audiensi dengan para kepala negara dan pejabat tinggi lainnya.
Italia merupakan negara Eropa yang paling terpukul sejauh ini dalam pandemi. Menurut penghitungan terakhir pada Sabtu malam, ada 1.441 kematian di Italia karena Covid-19 dan lebih dari 21 ribu orang di Italia dinyatakan positif.
Sedangkan di luar Eropa, Israel kemarin mulai menutup sebagian besar pusat belanja hingga menerapkan teknologi antiteroris untuk mencegah penyebaran virus. Australia memerintahkan warga asing yang datang untuk mengisolasi diri hingga 14 hari ke depan, sedangkan Argentina dan El Salvador memperpanjang larangan masuk warga asing.
Panick buying terjadi di Australia, Amerika Serikat, dan Inggris, meski para pemimpin negara meminta warganya untuk tenang. Beberapa negara memberlakukan larangan pertemuan massal, serta acara olahraga, budaya, dan agama yang tertutup, sementara para ahli medis mendesak orang untuk mempraktikkan "jarak sosial" guna mencegah penyebaran.
Akan halnya Cina, tempat epidemi corona dimulai pada Desember lalu, tampaknya kini menghadapi ancaman infeksi baru yang lebih besar dari luar perbatasannya, karena penyebaran virus di dalam negeri justru melambat.
Otoritas Cina memperketat pemeriksaan terhadap pelancong internasional yang tiba di bandara Beijing, kemarin, setelah jumlah infeksi baru virus corona impor melampaui kasus yang ditransmisikan secara lokal dalam dua hari berturut-turut.
REUTERS | FRANCE24 | CNBC
Momen Canggung Trump di Era Corona
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkhar mengalami momen canggung saat keduanya bertemu di Gedung Putih, Kamis lalu. Mereka bingung harus berinteraksi fisik seperti apa sebagai pengganti jabat tangan, di tengah kekhawatiran penyebaran virus corona.
Alih-alih bersalaman, mereka melakukan salam Namaste ala India.
"Kami saling memandang karena tidak bersalaman. Kami berkata, ‘Apa yang akan kita lakukan’," kata Trump, berkelakar. "Perasaan yang sangat aneh," kata Trump, menggambarkan momen saat dia menyapa Varadkhar dalam kunjungan rutin tahunan pemimpin Irlandia menjelang Saint Patrick Day.
Trump secara terbuka mengaku sebagai seorang germaphobe (orang yang punya ketakutan berlebih pada kuman), sehingga tidak suka berjabatan tangan. Namun kebiasaan itu ia coba hilangkan setelah berpolitik. "Begitu Anda menjadi politikus, berjabat tangan menjadi sangat biasa," tuturnya.
Sementara itu, Varadkhar mengatakan politikus hanya terbiasa untuk merasakan momen canggung dengan menghindari jabatan tangan selama pandemi virus corona berlangsung. "Rasanya seperti bukan diri sendiri, seperti Anda bersikap kasar, tapi Anda boleh berpikir seperti itu selama beberapa pekan ke depan," ujarnya.
Trump sendiri kemarin dinyatakan negatif corona setelah menjalani sejumlah tes. Hal ini disampaikan dokter Gedung Putih, Sean Conley, kemarin.
Trump menjalani tes beberapa hari setelah bertemu dengan Fabio Wajngarten, Direktur Komunikasi Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang dikabarkan positif terinfeksi virus corona. Mereka berfoto berdampingan di klub pribadi Trump di Florida, AS.
"Sepekan setelah makan malam bersama delegasi Brasil tersebut di Mar-a-Lago, Trump menjalani tes dan bebas dari gejala penyakit tersebut," demikian Conley menulis.
THE IRISH TIMES | SITA PLANASARI AQUADINI