Pentingnya Kolaborasi untuk Pengelolaan Sampah
90 persen sampah masih berakhir di TPA. #InfoTempo
Hari Peduli Sampah Nasional diperingati setiap 21 Februari, menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran mengenai isu sampah. Karena itu, perlu adanya perhatian khusus mulai dari edukasi, pemberdayaan masyarakat, penerapan teknologi hingga kebijakan untuk mendukung pelestarian lingkungan.
Direktur Pengurangan Sampah Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Vinda Damayanti Ansjar mengatakan, 2023 menjadi tahun darurat sampah. Sebanyak 35 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di beberapa provinsi mengalami over capacity. “Berdasarkan data sistem informasi pengelolaan sampah nasional 2023, jumlah timbunan sampah sebesar 69,2 juta ton,” ujarnya dalam acara Kick-Off Hari Peduli Sampah Nasional ‘Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat Perihal Sampah’, pada Selasa, 27 Februari 2024.
Dalam menghadapi tantangan timbunan sampah, Pemerintah Kota Cilegon bersama PLTU mendirikan pabrik sampah dengan kapasitas 5 ton per-hari. Sampah yang diolah akan menghasilkan co-firing yakni bahan bakar pendamping batu bara. Pemkot Cilegon juga tengah menjalin kerja sama dengan PLN untuk memaksimalkan pembangunan pabrik sampah, sehingga nantinya bisa menampung 30 ton sampah per-hari.
Wali Kota Cilegon, Helldy Agustian, menjelaskan, output dari pengolahan limbah sampah ini berbeda dengan Refuse Derived Fuel atau RDF. “Kalau kita adalah bahan bakar pendamping batu bara. Dan harganya pun sama dengan harga batu bara. Kurang lebih di angka 800 ribu/ton,” ujarnya.
Pemkot Cilegon mendapatkan dukungan dari Improvement of Solid waste management to support regional area and Metropolitan Citys atau ISWMP, berupa bantuan dana sebesar Rp102 miliar untuk pembangunan pabrik sampah berkapasitas 200 ton per hari yang akan terealisasikan pada 2025.
Selain dengan PLTU dan PLN, Pemkot Cilegon juga bekerjasama dengan Candra Asri untuk pemanfaatan sampah yang lebih maksimal. Sebab, Candra Asri mengolah sampah plastik menjadi minyak tanah, solar, bensin dan aspal plastik.
Menurut Helldy, majunya pengelolaan sampah di Kota Cilegon membuat perwakilan pemerintah daerah Kitakyushu, Jepang, datang untuk mempelajari sistem pengelolaan sampah. Dengan begitu, Cilegon juga bisa belajar kepada Jepang bagaimana cara mendidik masyarakat sehingga bisa mengelolah sampah dari rumah.
Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional, TEMPO menyelenggarakan diskusi online bertema "Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat Perihal Sampah" yang berlangsung pada Selasa, 27 Februari 2024.
Helldy mengakui, proses pengelolaan sampah memang tidak mudah. Perlu adanya kolaborasi dari berbagai pihak seperti masyarakat, pemerintah dan industri untuk sama-sama mewujudkan lingkungan yang bersih dengan pengelolaan sampah yang baik.
“Kolaborasi kepada seluruh masyarakat, pemerintah, industri bersama-sama agar tata kelola sampah ini menjadi jauh lebih baik. Ya kami merasa bersyukur bagaimana menciptakan nothing to something yang tidak bisa jadi bisa,” ujarnya.
Kota Padang juga mendapatkan dukungan dari ISWMP, yang sama-sama mendukung pengolahan sampah dengan mencanangkan pembangunan pabrik sampah berskala besar seperti Kota Cilegon. Pemkot Padang mencanangkan pembangunan pabrik sampah RDF yang nantinya akan bekerja sama dengan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni Semen Padang untuk pemanfaatan sumber energinya.
Pemkot Padang menargetkan pembangunan satu bank sampah untuk masing-masing RW sebagai upaya mengurangi sampah dari sumbernya sekaligus bisa menambah pendapatan masyarakat. Program Padang Bagoro menjadi salah satu upaya penguatan perilaku masyarakat dalam pengurangan sampah.
“Sembari sampah itu sampai ke TPA, sampah itu sudah di kelola dulu di lingkungan rumah,” ujar Wali Kota Padang, Hendri Septa.
Untuk mengedukasi masyarakat, Pemkot Padang bersama dengan Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan membuat program Padang memilih. Ini adalah program pendampingan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pengurangan sampah yang dimulai dari memilih sampah.
CEO Officer for Strategic Relation Waste4chance, Hani H. Sumarno mengatakan, data yang di keluarkan oleh Kementerian KLHK menunjukkan 90 persen sampah masih berakhir di TPA. Waste4chance mengupayakan perubahan pengolahan sampah dari linear ekonomi yakni sampah dari hulu yang langsung ke TPA menjadi sirkular ekonomi yakni adanya pengolahan terlebih dahulu.
“Dengan sirkular ekonomi, maka kita bisa membuat ekonomi income Rp28 triliun pertahun untuk Indonesia,” kata Hani.
Menurut dia, kolaborasi pentahelix sangat dibutuhkan dari media, dunia usaha, pemerintah, akademisi, masyarakat dan para relawan untuk pengolahan sampah ini. Sebagai salah satu perusahaan yang menggunakan plastik sebagai kemasannya, PT. Otsuka selalu berupaya melakukan analisis root cause, yakni mencari akar penyebab permasalahan sampah.
Menurut Human Capital and Corporate Communications Director Ditsuka Group, Sudarma Widodo, root cause dari masalah sampah ini adalah kebiasaan membuang sampah yang salah. “Kami menginisiasi program yang kami sebut sebagai Otsuka Blue Planet,” kata Sudarman.
Otsuka Blue Planet memiliki empat pilah penting yakni eco village, eco school, eco bottle dan eco factory. Dia menjelaskan, masyarakat harus sudah mulai mengubah kebiasaan dengan memilah sampah dari rumah, kemudian yang punya nilai ekonomis di jual dan kembali lagi ke masyarakat.
“Untuk sampah residu, tentu kami masih mengharapkan dari pemda akan membantu untuk mengatasi hal itu,” ujarnya.
Dia menegaskan, Otsuka berkomitmen mengelola sampah hasil produksi tidak menjadi sampah yang ujungnya masalah. “Kami akan mengupayakan terus mengedukasi masyarakat, mengedukasi konsumen dan juga bagaimana kita memanfaatkan kemasan nanti menggunakan recycle 100 persen,” kata Sudarman.