maaf email atau password anda salah


Indonesia Youth Summit on Tobacco Control (IYSTC)

Peran Penting Anak Muda dalam Upaya Pengendalian Konsumsi Tembakau

Kontribusi anak muda bukan hanya sebagai penerima pembangunan, melainkan sebagai agen perubahan

arsip tempo : 171463040989.

Acara Indonesia Youth Summit on Tobacco Control (IYSTC) ke-2, dengan tema "Cerdas Berpolitik untuk Kebijakan yang Berpihak pada Kesehatan Publik" di Gedung Tempo Jakarta, Kamis, 14 Desember 2023.. tempo : 171463040989.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, Eva Susanti, menekankan pentingnya keterlibatan anak muda dalam upaya pembangunan negara, khususnya dalam pengendalian konsumsi tembakau. Pernyataan ini disampaikan dalam rangkaian acara Indonesia Youth Summit on Tobacco Control (IYSTC) ke-2, dengan tema "Cerdas Berpolitik untuk Kebijakan yang Berpihak pada Kesehatan Publik" di Gedung Tempo Jakarta, Kamis, 14 Desember 2023.

"Anak muda memiliki peran yang sangat strategis dalam membangun negara. Keterlibatan mereka dalam upaya pengendalian konsumsi tembakau dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan masyarakat," kata Eva Susanti di acara yang diselenggarakan kerjasama antara IYCTC, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (BEM FKM UI), dan Tempo Media.

Eva menuturkan, kontribusi anak muda bukan hanya sebagai penerima pembangunan, melainkan sebagai agen perubahan yang dapat membawa dampak positif bagi kemajuan negara. Menurutnya, pemahaman akan bahaya rokok dan peran penting anak muda dalam mendorong kebijakan kontrol tembakau menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat.

Menurut Eva, perokok usia 10-18 tahun mengalami peningkatan setiap tahunnya, sebuah tantangan serius yang harus dihadapi bersama. Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) mencatat peningkatan konsumsi rokok dari 7,2 persen pada tahun 2013 menjadi 9,1 persen pada tahun 2018. Angka ini menjadi sorotan karena melibatkan kelompok usia yang seharusnya dihindarkan dari bahaya rokok.

"Anak muda saat ini dihadapkan pada risiko konsumsi rokok yang semakin meningkat. Oleh karena itu, peran mereka dalam menciptakan kesadaran dan memengaruhi kebijakan sangat krusial," tambahnya.

Eva mengajak anak muda untuk menjadi bagian dari solusi dengan berperan aktif dalam menyuarakan kepedulian terhadap dampak negatif konsumsi tembakau. Dia menegaskan bahwa upaya preventif dan edukasi menjadi kunci utama untuk merubah perilaku masyarakat terkait konsumsi rokok.

Sementara itu, Program Manager IYCTC, Ni Made Shellasih menyoroti tantangan serius yang dihadapi sektor kesehatan masyarakat, khususnya terkait dengan konsumsi rokok di kalangan anak muda. "Yang kita tahu, konsumsi rokok setiap tahunnya meningkat, terutama di kalangan perokok usia 10-18 tahun," kata Shella.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, dengan peningkatan konsumsi rokok pada tahun 2018 sebesar 9,1 persen dari 7,2 persen pada tahun 2013. Merespons hal ini, pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024 menetapkan target untuk menurunkan prevalensi perokok anak menjadi 8,7 persen.

Namun IYCTC belum melihat adanya komitmen kuat pemerintah dalam mengendalikan konsumsi rokok. “Oleh karena itu, kami mendorong partisipasi aktif anak muda dalam mengambil inisiatif memilih calon pemimpin yang pro terhadap kesehatan masyarakat, termasuk dalam mengendalikan konsumsi rokok di Indonesia," ujar Shella.

IYCTC berharap agar anak muda dapat mengembangkan strategi untuk mengawal sikap dan pandangan calon pemimpin masa depan. "Jadi, kita tidak hanya sebagai pengamat, tetapi juga menjadi agen perubahan yang proaktif dalam mendorong kebijakan-kebijakan yang mendukung kesehatan masyarakat," ujar Shella.

Salah satu penyebab meningkatnya jumlah perokok anak adalah paparan iklan rokok yang semakin luas di internet. Menurut survei IYCTC periode 7 September-2 Oktober 2023, paparan iklan rokok cenderung tergantung pada jam sibuk akses internet. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menemukan bahwa akses internet masyarakat Indonesia biasanya terjadi pada pukul 07.00-10.00 dan 19.01-21.00, dan survey IYCTC melaporkan iklan yang banyak pada jam tersebut. 

Sementara itu, iklan rokok paling sering muncul di berbagai platform berikut: Chrome (41,5%), Facebook (18,5%), Instagram (13,8%), Shopee (12,3%), TikTok (7,7%), YouTube (4,6%), dan Whatsapp (1,5%). Meskipun beberapa aplikasi telah memiliki panduan pengguna yang melarang promosi rokok, menunjukkan merokok, dan sebagainya, Indonesia belum memiliki peraturan khusus tentang aturan iklan rokok di internet, sehingga industri rokok dapat dengan bebas mempromosikan produknya.

Sebagai catatan, IYCTC mengungkap bahwa Shopee di Filipina sudah memiliki peraturan larangan iklan rokok. "Padahal, Aplikasi Shopee belum memiliki panduan pengguna terkait larangan iklan rokok. Namun, karena Filipina sudah memiliki larangan, Shopee mau tidak mau harus menyusun panduan yang sejalan dengan peraturan di Filipina," ujar Daniel Beltsazar Jacob, Program Officer dan Research Team IYCTC.

IYSTC ke-2 menggelar diskusi tajam tentang kebijakan konsumsi rokok di Indonesia. Acara ini menjadi panggung bagi kaum muda untuk menyuarakan aspirasi terkait dampak rokok dan menyoroti kontradiksi antara larangan iklan rokok dan eksistensinya yang masih terus muncul di berbagai media.

Ni Made Shellasih, Program Manager IYCTC mengungkapkan kekhawatiran mereka dalam masalah kebijakan publik di isu pengendalian tembakau. "Ada potensi benturan kepentingan dan cawe-cawe industri rokok pada setiap tahun pemilu. Kami mencoba membedahnya, siapa saja tokoh politik yang punya potensi konflik kepentingan dengan industri rokok. Kami ingin agar relasi pengusaha dan penguasa ini disampaikan secara transparan kepada publik. Agar publik bisa melihat secara terang apa jadinya ketika terjadi benturan kepentingan antara pengusaha dengan penguasa. Contoh paling menohok saat ini adalah kebijakan pengendalian tembakau Indonesia jadi salah satu yang paling lemah di dunia karena industri rokoknya mengintervensi tokoh politik melalui hubungan langsung maupun tidak langsung," jelas Shella.

Diskusi ini menjadi ajang refleksi terhadap kebijakan pemerintah terkait konsumsi rokok, terutama dalam melindungi generasi muda dari dampak buruknya. Rian Farhadi, perwakilan dari Distrik Berisik, menyuarakan misi kebebasan bersuara dan keinginan agar pesan anti-rokok dapat lebih efektif disampaikan kepada publik, khususnya kalangan anak-anak dan remaja.

"Kami ingin ada kebebasan untuk menyuarakan pandangan kami. Anak-anak harus mendengar pesan anti-rokok secara jelas dan efektif. Larangan iklan rokok harus diikuti dengan langkah-langkah nyata agar generasi muda terhindar dari bahaya merokok," ujar Rian.

Namun, diskusi tidak hanya membahas masalah konsumsi rokok, melainkan juga berkaitan dengan keterbukaan informasi dalam pemilu. Lutfi, perwakilan dari Bijak Pemilih, menyoroti pentingnya akses terbuka terhadap informasi yang benar dan kredibel bagi para pemilih.

"Pemilu adalah momen penting. Kami membutuhkan informasi yang jelas dan kredibel untuk membuat keputusan yang bijak. Media-media yang terlibat dalam pemilu harus menjaga keterbukaan dan memberikan informasi yang akurat kepada publik," ujar Lutfi.

Perwakilan BEM UI Melki menegaskan pentingnya peran pemuda dalam menjaga integritas pemilu. Menurutnya, semua yang hadir dalam forum itu bukan hanya sebagai saksi, melainkan sebagai bagian dari kekuatan perubahan. “Pemilu adalah pilar demokrasi kita, dan kita, pemuda, memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa parlemen kali ini tidak lagi terjerumus dalam kesalahan masa lalu.”

 

Rokok dalam Pusaran Politik Baru

Ketua Badan Pengurus Nasional Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia, Julius Ibrani, menegaskan pentingnya transparansi agar semua lapisan masyarakat bisa mengakses informasi tanpa adanya manipulasi kepentingan tertentu. Dia pun menyoroti hilangnya transparansi dalam proses legislasi yang mengabaikan hak publik untuk memberikan pertimbangan atas kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan. 

Julius menekankan perlunya menjaga transparansi dan melibatkan masyarakat sipil dalam setiap proses legislasi. Ia menegaskan bahwa isu kesehatan tidak boleh diabaikan dan perlu menjadi fokus utama dalam setiap pemilihan.

Sekretaris Jenderal Terpilih Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia, Nadhir Wardana mengungkapkan, isu rokok kerap diabaikan oleh politisi karena adanya konflik kepentingan. Menurutnya, upaya untuk menghadapi masalah ini perlu didukung oleh regulasi yang lebih ketat dan komprehensif.

Rokok, kata Rina Adeline dari Partai Gelora, harus dihilangkan dan tembakau dialihkan ke produk yang lebih bermanfaat. Rina pun berkomitmen untuk mendukung pendidikan anak dari tingkat SD hingga SMA, dengan pengawasan yang ketat. 

Sementara Michael Victor dari Partai Perindo menyoroti peran oligarki dan kebutuhan akan undang-undang baru yang mengatur benturan kepentingan. Dia menegaskan pentingnya transparansi dalam kebijakan kesehatan, termasuk sumber pendanaan. Michael Victor menekankan perlunya proses transparan dan keterlibatan LSM dalam memetakan dan menyuarakan isu-isu kesehatan.

Ilhamsyah dari Partai Buruh pun mengusulkan perubahan kepentingan korporasi. Ilhamsyah mengusulkan pemahaman faktor utama yang memengaruhi anak-anak, termasuk lingkungan, dan perlunya regulasi rokok yang lebih ketat.

Dalam forum itu, IYSTC juga meluncurkan platform Pilihan Tanpa Beban.id. Situs ini disadur dari sumber-sumber media kredibel yang mengangkat berbagai isu, mulai dari ekonomi hingga lingkungan. Sebuah terobosan yang diharapkan dapat memungkinkan suara pemuda terdengar dalam berbagai permasalahan kompleks yang dihadapi bangsa ini.

Nadia Sukmawati, Pemuda Penggerak Solo, memberikan apresiasi atas peluncuran Pilihan Tanpa Beban.id. Baginya, situs ini memiliki potensi besar untuk memetakan dan menyuarakan isu-isu konflik kepentingan yang perlu mendapatkan perhatian publik. 

Sementara Rosita Meilani Dewi, Ketua Center of Human and Economic Development, mengatakan edukasi melalui platform perlu merambah hingga pelosok negeri, sehingga anak-anak muda di seluruh Indonesia dapat memiliki pemahaman yang lebih baik terkait isu-isu nasional. Dia pun menyinggung isu tembakau sebagai masalah kesehatan dan ekonomi, serta perlunya regulasi penjualan rokok yang lebih baik.

Konten Eksklusif Lainnya

  • 2 Mei 2024

  • 1 Mei 2024

  • 30 April 2024

  • 29 April 2024


Jurnalisme berkualitas memerlukan dukungan khalayak ramai. Dengan berlangganan Tempo, Anda berkontribusi pada upaya produksi informasi yang akurat, mendalam dan tepercaya. Sejak awal, Tempo berkomitmen pada jurnalisme yang independen dan mengabdi pada kepentingan orang banyak. Demi publik, untuk Republik.

Login Langganan