Pemberdayaan Perempuan melalui Pengembangan Bisnis Berkelanjutan dan Inklusif
Program Unit Bisnis Daur Ulang membantu pemulung perempuan menjalankan ekonomi sirkular sekaligus meningkatkan taraf ekonomi. #Infotempo
Ramsah, 41 tahun, tidak peduli dengan anggapan orang tentang pekerjaannya sebagai pemulung. Profesi ini kerap dipandang sebelah mata dan harus menghadapi risiko terpapar berbagai macam masalah kesehatan. “Yang saya pikirin cuma gimana caranya anak-anak saya bisa tetap makan dan sekolah. Suami saya buruh lepasan yang cuma bekerja kalau lagi ada proyek.”
Ramsah menekuni pekerjaan sebagai seorang pemulung sekitar tujuh tahun. Berkeliling dari satu komplek perumahan ke komplek lain untuk mengumpulkan botol bekas, plastik, kardus, dan berbagai jenis sampah lain yang masih memiliki nilai ekonomi dan bisa didaur ulang. Barang-barang bekas tersebut dibawa ke lapak-lapak pengepul di daerah Pondok Cabe.
“Dari dulu saya punya mimpi untuk punya usaha yang bisa saya jalanin di rumah,” katanya. “Saya sadar, semakin tua, kondisi badan juga nggak akan sekuat dulu yang bisa jalan ke mana-mana selama berjam-jam setiap hari untuk mencari sampah.”
Mimpi itu akhirnya terkabul, Ramsah kini tidak perlu hilir mudik mencari nafkah. Empat tahun lalu, dia menyambut ajakan rekannya, sesama mantan pemulung yang sudah lebih dulu meninggalkan profesi tersebut, untuk bergabung di Program Recycling Business Unit (RBU) atau Unit Bisnis Daur Ulang di Tangerang Selatan. Sejak itu, Ramsah mengembangkan kemampuannya dengan bekerja sebagai penyortir sampah plastik di sana.
RBU merupakan bagian dari gerakan #BijakBerplastik Danone-AQUA yang sejalan dengan komitmen perusahaan untuk mengembangkan bisnis yang berkelanjutan dan menerapkan konsep ekonomi sirkular melalui pengelolaan sampah yang terintegrasi, inklusif, dan memiliki perspektif yang sensitif gender.
Melalui gerakan ini, Danone Indonesia melalui Danone-AQUA menginisiasi berbagai program sebagai perwujudan dari visi One Health One Planet. “Hal ini juga sejalan dengan tekad perusahaan untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam upaya mengurangi sampah plastik hingga 70 persen pada tahun 2025,” ujar Connie Ang, Chief Executive Officer (CEO) Danone Indonesia yang telah memenangkan penghargaan The Most Extraordinary Women Business Leaders 2022 dari majalah SWA.
Danone Indonesia peduli untuk ikut memperbaiki kondisi negara ini. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan Indonesia memproduksi 67,8 juta ton sampah pada tahun 2021. Menempatkan Indonesia di peringkat kedua sebagai negara penghasil sampah terbesar di dunia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 17 persen atau sekitar 11,6 juta ton merupakan sampah plastik.
“Kami sangat yakin bahwa model ekonomi sirkular merupakan salah satu solusi terbaik dalam mengatasi masalah sampah di Indonesia,” kata Connie. Model ekonomi diyakini juga mampu meningkatkan pendapatan keluarga yang berujung pada perbaikan taraf hidup.
“Melalui pengembangan ekosistem ekonomi sirkular yang inklusif, kami berupaya terus melibatkan berbagai pihak terutama perempuan di sektor informal agar dapat ikut berpartisipasi dan merasakan dampak positif dari inisiatif ini.”
Komitmen Danone-AQUA dalam mendukung pemberdayaan perempuan, kata Connie, tidak hanya diterapkan di dalam lingkungan perusahaan namun juga direalisasikan melalui berbagai inisiatif sosial di masyarakat.
Selain RBU, gerakan #BijakBerplastik Danone-AQUA juga memayungi program Inclusive Recycling Indonesia (IRI) yang bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle) di tingkat Desa dan TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) pada tingkat Kecamatan, serta lapak yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.
Sebanyak 1.045 orang pemulung perempuan tercatat sebagai peserta aktif di sejumlah lapak tersebut, mulai dari Semarang, Jawa Tengah, Malang, Jawa Timur, hingga Palu, Sulawesi Tengah.
Danone Indonesia juga membantu para pemulung dengan menyediakan berbagai fasilitas, di antaranya tabungan, layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dan Kesehatan, alat pelindung diri (APD), peningkatan kesadaran tentang pekerja anak, serta pelatihan-pelatihan pengembangan diri termasuk perihal keselamatan dan pengelolaan keuangan.
Dari hasil penelitian yang dimuat dalam ResearchGate disebutkan bahwa pemberdayaan perempuan merupakan faktor penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan berperspektif gender telah terbukti memperbaiki taraf hidup perempuan dalam kurun waktu dua puluh tahun terakhir.
Ramsah mengaku mengalami perbaikan taraf hidup sejak bergabung dengan Unit Bisnis Daur Ulang Danone-AQUA empat tahun silam. Selain memiliki pekerjaan dengan pendapatan tetap setiap bulannya, juga mendapat manfaat lain termasuk tabungan hari tua dan asuransi ketenagakerjaan. Dengan akses kesehatan yang lebih baik bagi dirinya dan keluarga, Ramsah kini dapat menjaga pemenuhan keseimbangan gizi bagi keluarganya termasuk memastikan kondisi kesehatan anggota keluarga.
Perbaikan taraf hidup dan kesehatan yang dialami Ramsah dan ribuan pemulung lainnya, menguatkan tekat Danone-AQUA untuk terus bekerja sama dengan masyarakat. “Kami terus berupaya untuk mendorong dan memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk bisa aktif dalam program-program yang dijalankan oleh Danone-AQUA. Dengan membuat perempuan lebih berdaya, akan mendorong perempuan untuk mengambil keputusan mengenai bagaimana mereka menjalani hidup dan mengejar mimpi mereka,” tutur Connie.